aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Kamis, 21 Juni 2012

Katekismus Heidelberg Minggu Ke 38


Pertanyaan dan jawab 103
Matius 12:1-8 (8)
“Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”
Keluaran 20: 8-11, (Matius 12:1-8;8).
“Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat: Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari sabat bagi Tuhan Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan engkau atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan atau hewanmu atau orang asing yang ditempat kediamanmu.  Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan ia berhenti pada hari ketujuh, itulah sebabnya Tuhan memberkati hari sabat dan menguduskanya”.
Saudara/I yang kekasih Minggu ke-38 ini adalah bagian ketiga dalam Katekismus Heidelberg yang membicarakan tentang “Syukur yang wajib dipersembahkan kepada Allah karena kelepasan itu” jikalau bagian ini adalah bagian dimana manusia yang sudah dilepaskan dari dosa mengucap syukur karena kelepasan itu, sudah tentu yang kita perhatikan adalah sikap kita kepada Tuhan yang adalah pencipta kita.  Sebagaimanusia saja jikalau kita menerima sesuatu dari sesama kita atau sahabat kita yang pastinya kita bersyukur, karena itu seharusnya  demikianlah kita mengucap syukur atas kelepasan yang Tuhan sudah berikan  kepada kita anak-anak Tuhan.  Pada beberapa minggu yang lalu kita sudah mendengar bagaimana manusia yang berdosa dilepaskan dari dosanya.  Dimana karena ketidaktaatan manusia kepada Allah, sehingga manusia jatuh dalam dosa.  Pada saat itu hubungan manusia itu dengan Allah menjadi putus.  Tetapi Allah yang adalah maha Kasih dan Maha Adil Ia tidak membiarkan manusia itu berdiam dalam keberdosaannya maka Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal yang satu-satunya untuk datang dan menebus dosa manusia (Yoh. 3:16).  Oleh karena kelepasan itulah manusia yang berdosa tadi mengucap Syukur kepada Allah.
Berbicara mengenai hukum ke-4 tentu tidak pernah terlepas dari kesembilan hukum lainnya, secara khusus hukum ke1-4 yang adalah hukum yang berbicara mengenai hubungan secara vertikal yakni hubungan antara Allah dengan manusia.  Hukum ke-4 ini sangat penting kita perhatikan karena sangat berhubungan dengan perilaku kita terhadap Allah pencipta kita sebagai tanda ucapan syukur anak-anak Tuhan  kepada-Nya, tetapi tidak berarti bahwa hukum yang lainnya kurang penting tetapi kedudukannya sama dalam kehidupan anak-anak Tuhan, dimana ke-10 hukum ini adalah sebagai cermin yang dapat melihat apakah kehidupan kita sudah berkenan kepada Tuhan atau belum.  Dengan melihat penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa hukum ke-4 atau mengenai Katekismus Heidelberg minggu ke-38 ini dengan khususnya kata sabat sangat penting kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai anak-anak Tuhan.
Dalam hukum keempat ini ada beberapa hal yang dituntut Allah dari setiap kita anak-anak Tuhan, yaitu pertanyaan, Apa yang Allah Kehendaki dalam perintah yang  keempat?Disana dijelaskan Pertama, agar pelayan Gereja, yaitu pemberitaan Firman, dan sekolah-sekolah tetapdiselenggarakan. a). dan agar aku teristimewa pada hari perhentian, dengan setia bergabung dengan jemaat Allah, b). untuk mendengarkan Firman Allah, c). menerima sakramen-sakramen, d). berseru kepada Tuhan Allah dalam acara umum, e). dan berderma kepada orang-orang miskin secara Kristen, f). kedua, agar seumur hidupku aku berhenti dari perbuatanku yang jahat dan menerima Tuhan bekerja melalui Roh-Nya dalam hatiku, dan dengan demikian memulai hari sabat yang kekal dalam hidup ini.  Dalam minggu-minggu yang lalu juga sudah dijelaskan bahwa Katekismus Heidelberg bersifat Pribadi.  Karena itu setiap pertanyaan dan jawabannya menggunakan kata aku atau ku, jadi dalam hubungannya dengan hukum ke empat untuk menguduskan hari sabat tersebut harus dimulai dari dalam diri kita pribadi setiap anak Tuhan.  Jangan menghakimi orang lain atau melihat orang lain dulu tetapi terlebih dulu melihat diri kita bagaimana kita pribadi mengindahkan hari sabat itu atau tidak.  Salah satu contoh kecil dalam kehidupan anak-anak Tuhan saat ini, jikalau satu orang teman saja tidak ke gereja atau tidak ikut ibadah lainnya, bukan tidak mungkin ada teman yang lain lagi mengatakan “ah orang itu malas sekali ke gereja” perkataan ini sebenarnya perkataan yang sombong dalam artian ia menilai dirinya lebih baik dari yang lain.  Tetapi jangan juga ketika kita melihat orang lain yang rajin beribadah kita mengatakan “ah orang itu sok suci”.  Tetapi sebaiknya melihat dalam diri masing-masing apakah pribadi kita sudah mengindahkan hari sabat itu, atau apakah kita lebih malas dari orang lain. 
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan Kita Yesus Kristus, untuk mengerti apa yang dikehendaki Allah atau apa yang diperintahkan Allah dalam minggu ke-38, yaitu hukum yang ke-4, maka terlebih dulu kita mengerti tiga point yang berhubungan dengan pertanyaan minggu ke 38 ini.  1).  Apa yang diperintahkan Allah?, 2). Mengapa Allah perintahkan?, 3). Kepada siapa dan apa alasan Tuhan perintahkan untuk menguduskan hari sabat itu?.   Perintah adalah sebuah kalimat yang mengandung arti suruhan atau larangan, dimana dalam perintah ini ada tanggung jawab yang harus dilakukan oleh si penerima perintah dan tentu tidak boleh dilanggar.  Apabila dilanggar maka akan menimbulkan hukuman dari si pemberi perintah.  Dalam bagian yang kita pelajari atau berbicara tentang minggu ke 38 ini tentu, yang memberi perintah adalah Allah sendiri, dan apa yang diperintahkan? Yaitu untuk menguduskan hari sabat.  Segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan harus diutamakan yaitu pemberitaan Firman Tuhan dan sebagainya yang berhubungan dengan Allah harus diutamakan dulu barulah kepentingan manusia itu sendiri.  Tuhan menginginkan bahwa enam hari yang Tuhan sudah berikan harus kita pergunakan dengan baik, karena Ia ingin dalam satu hari yang sudah dikhususkan supaya kita melakukan pekerjaan pekabaran Injil.  Tetapi akan muncul pertanyaan, bagaimanakah mungkin dalam satu hari saja kita tidak bekerja sementara kita makan butuh kerja dulu dan yang lebih kecil lagi bernafas saja itu pekerjaan?.  Hal ini mungkin membuat kita bingung, tetapi ingat saja bahwa pekerjaan yang merupakan pelaksanaan kasih atau yang menyangkut pelayanan kasih kita kepada sesama atau melaksanakan sesuatu pekerjaan yang bertujuan mendukung berlangsungnya ibadah dalam hari sabat itu, tidaklah salah, melainkan hal itu dituntut Tuhan dari setiap kita.
Saudara/I yang kekasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus Ketika kita kembali melihat kesepuluh hukum ini dari dalam Perjanjian Lama merupakan bagian yang diperhatikan dan jangan kita menyangka bahwa dalam Perjanjian Baru kesepuluh Hukum ini dihapus tetapi dari Perjanjian Lama adalah bayang-bayang tetapi dalam Perjanjian Baru sudah digenapi.  Tuhan Yesus sendiri mengatakan Matius 5:17-18, jelas bahwa Tuhan Yesus tidak menghapus satu titikpun dari Hukum Taurat itu melainkan Ia datang untuk menggenapinya.  Point yang pertama ini juga dapat dikatakan Allah perintahkan supaya kita sebagai anak-anak Tuhan menyadari bahwa kapan kita harus menggunakan satu hari untuk menyembah dan enam hari untuk melayani Allah.  Satu hari yang adalah milik Allah adalah hari perhentian itu sendiri, yaitu hari dimana kita berhenti dari segala pekerjaan kesenangan dunia kita tetapi pada hari sabat sebagai orang percaya haruslah beribadah.
Selanjutnya, yang kedua mengapa Allah perintahkan untuk menguduskan hari sabat?, supaya setiap kita yang adalah anak-anak Tuhan tidak semena-mena atau tidak sesuai kemauan kita untuk bekerja dalam semua hari yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi baiklah juga kita lebih dulu mengutamakan Allah dalam segala apa yang kita kerjakan.  Karena dalam bagian minggu ke-38 ini Allah ingin agar kita tahu dan mengerti bahwa hanya Anugerah yang oleh-Nya hati kita akan diubahkan , yang dapat membuat kita berbalik dari urusan-urusan kita sendiri dihari sabat, agar kita dapat menyukakan diri kita dihadapan Allah (Yesaya 58:13-14).  Pada hari sabat sebagai orang percaya yang pastinya kita beribadah.  Kebaktian yang kita lakukan haruslah tertuju untuk hormat dan kemuliaan Allah bukan hormat dan kemuliaan manusia.  Kebaktian yang kita lakukan bisa berupa perorangan, bersama atau kelompok dan semuanya yang terpenting adalah kerendahan hati kita kepada Tuhan.
Bagian ketiga atau point ketiga kepada siapa dan apa alasan Tuhan memberi perintah untuk menguduskan hari sabat?.  Kata tanya siapa berarti menanyakan subjek maka jelas manusia yang percayalah yang diberikan perintah untuk menguduskan hari sabat tersebut dan apa alasannya? Karena Allah ingin kita memelihara hari sabat, dan dalam hari sabat itu tentu berbicara mengenai ibadah, didalam ibadah seperti yang sudah tekankan tadi,Tuhan ingin agar kita beribadah dengan menunjukkan sifat ibadah yang benar.  Ibadah yang benar adalah ibadah yang harus berlangsung dalam Roh dan Kebenaran (Yoh. 4:24).Jadi, Saudara/I yang kekasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, kita dapat mengerti apa alasannya mengapa Allah memerintahkan untuk menguduskan hari sabat yaitu bahwa Allah sendiri sudah memberi teladan-Nya kepada kita yaitu terbukti bahwa Allah memberkati hari sabat itu dan menguduskannya.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, selain kita sudah mengerti apa yang perintahkan Tuhan dalam minggu ke 38 ini atau hukum keempat ini maka kita juga perlu mengetahui bahwa dalam  pertanyaan 103 minggu 38 ini mengandung suatu kalimat yang menarik perhatian kita yaitu kata kehendak.Dalam minggu ke 38 dikatakan bahwa “Apakah yang di kehendaki Allah dalam Hukum ke-4?”, kata kehendak disini dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai suatu kemauan, keinginan dan harapan yang keras, atau juga dapat diartikan sebagai permintaan batin.  Dengan demikian dalam minggu ke 38  ini dapat dikatakan  keinginan keras Allah dan harapan Allah yang berasal dari hati yang paling dalam kepada kita anak-anak Tuhan untuk menguduskan hari sabat sebagai mana Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya dan memberkati atau mengkhususkan satu hari itu untuk kita Memuji dan Memuliakan Tuhan.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, untuk kita mengerti lebih jauh bahwa bukan saja kata kehendak atau apa yang sudah dijelaskan diatas, maka berbicara mengenai kata sabat atau hari sabat tidak asing lagi bagi kita saat ini, baik orang kristen, maupun orang bukan kristen.  Karena begitu populernya hari minggu ini sering dikatakan bahwa Hari sabat atau hari minggu itu sering dikatakan hari libur atau hari dimana setiap orang akan  bersantai-santai danbahkan berhenti dari setiap pekerjaannya, terlebih mereka yang bekerja di kantor, yang bersekolah atau sebagai apapun kita.  Sebagai pemuda-pemudi, sering menganggap bahwa hari minggu adalah hari yang sangat tepat untuk melakukan kegiatan yang dapat menghilangkan stres, dan sangat disayangkan adalah kita juga sebagai pemuda dan pemudi kristen ada didalamnya.  Tetapi apakah demikian yang dimaksudkan dengan hari sabat atau hari perhentian dalam katekismus minggu ke-38 ini?.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Katekismus mengajarkan bahwa ada sepuluh hukum moral yang berbeda dengan hukum sipil atau seremonial (tata ibadah) yang diberikan hanya kepada bangsa Israel, dan sepuluh perintah ini sebagai kehendak Allah bagi semua orang disegala abad seperti yang sudah dijelaskan diatas.  Ada sebagian orang yang menyangkal bahwa perintah keempat terus-menerus mengikat orang disegala abad, tetapi katekismus tetap menganggap bahwa perintah keempat ini juga merupakan hukum moral karena mempunyai tiga alasan yang kuat dan baik karena sabat merupakan ketetapan penciptaan, bersifat moral dimana membuktikan fakta bahwa Allah menulis sepuluh perintah-Nya diatas dua loh batu (keluaran 31:18), fakta bahwa tidak ada satu bagian pun didalam perjanjian baru mengajarkan bahwa perintah ini dihapuskan.  Karena itu saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus sangatlah jelas bahwa hukum  keempat atau minggu ke 38 menjelaskan betapa pentingnya kita menjaga dan menguduskan hari sabat tersebut dan hari sabat itu tidak bertujuan untuk memuliakan nama manusia tetapi memuliakan nama Allah Bapa di surga. 
            Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristusseperti yang sudah kita dengarkan tadi  apa sebenarnya makna kita menguduskan hari sabat itu tentunya kita juga harus tahu apa yang dimaksud dengan hari sabat.  Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sabat diartikan sebagai “Berhenti atau perhentian” itu berarti bahwa kita akan berhenti melakukan pekerjaan kita.  Berhenti melakukan pekerjaan itu berarti kita tidak mengeluarkan keringat atau tidak bersusah payah pada saat itu. Sabat itu sendiri berarti perhentian dan mengapa harus hari minggu? Karena minggu berasal dari bahasa portugis dominggu yang artinya hari Tuhan kita dapat membaca dalam kejadian 2:1-3.  Dalam kejadian pasal 2:1-3 ini dijelaskan bahwa Tuhan memberkati dan berhenti dari segala pekerjaan-Nya.  Dengan demikian Saudara/I kalau Tuhan saja berhenti dari segala pekerjaan-Nya dan mengkhususkan satu hari, bagaimana kita sebagai ciptaan yang diciptakan-Nya tidak mengkhususkan satu hari saja untuk Tuhan?.  Karena itu saudara/I kita dapat melihat dan mengerti apa yang dimaksudkan dan apa pula yang dituntut Allah dari pada kita orang-orang percaya melalui hukum ke-4 atau dalam minggu ke -38 katekismus Heidelberg.
            Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, dalam minggu ke-38 ada hal yang dituntut dan yang Allah perintahkan kepada setiap kita orang percaya.  Dalam minggu ke-38 ini Allah menuntut kita untuk menguduskan satu hari penuh untuk Allah sebagaimana sudah tertera dalam Firman-Nya, yaitu satu hari penuh dalam tujuh hari sebagai hari sabat yang kudus bagi diri-Nya.  Enam hari Allah memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan pekerjaan kita tetapi Allah hanya meminta satu hari saja untuk kita menyembah dan berbakti kepada-Nya.  Pernyataan ini tidak berarti bahwa enam hari itu adalah milik kita, tetapi enam hari itu adalah kesempatan kita untuk bekerja dan hari yang ketujuh adalah sabat yang harus kita kuduskan untuk Tuhan. 
            Saudara/I yang terkasih, hari sabat tidak saja hari yang khusus bagi kita orang-orang percaya, tetapi hari itu adalah hari yang sangat sakral untuk Tuhan.  Tetapi perlu diingat bahwa bukan harinya yang kita perhatikan tetapi bagaimana kesiapan kita dan bagaimana kita menyambut hari itu atau saat itu untuk Tuhan.  Jika kita melihat kebelakang bagaimana kehidupan orang Israel, disana sangat jelas bahwa bagi mereka satu hari itu betapa istimewanya bagi mereka.  Dalam zaman Tuhan Yesus juga jelas bahwa hari sabat adalah hari yang sangat dikhususkan sehingga pada waktu murid-murid memetik gandum  pada hari sabat orang-orang farisi dan ahli Taurat memarahi mereka dan bertanya pada Tuhan Yesus kita dapat baca dalam Matius 12:1-8.  Sebelum kita masuk dalam zaman perjanjian baru atau pada zaman Tuhan Yesus kita harus melihat dulu arti dan maksud hari sabat itu dalam Perjanjian Lama.



            Dalam Perjanjian Lamasudah jelas juga dikatakan bahwa  hari Sabat tidak sama dengan hari Sabtu. Kemiripan bunyi antara Sabat dan Sabtu seringkali membuat orang menyamakan keduanya. Kata “Shabbat” dalam bahasa Ibrani berarti berhenti atau beristirahat. 
kemudian dilanjutkan dengan perintah “kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8) mempunyai latar belakang karya penciptaan, yaitu setelah bekerja selama enam hari, Allah beristirahat pada hari ketujuh (Kej 2:2). Hari ketujuh itu dinyatakan sebagai kudus, milik Allah. Apa yang dilakukan Allah itu menjadi teladan bagi manusia, artinya manusia haruslah beristirahat dari pekerjaan dan menguduskan hari itu bagi Tuhan. Inilah pengertian umat Israel tentang hari Sabat pada saat itu (Kel 20:8-11; Kel 31:16
Saudara/I yang kekasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, istirahat Allah disini mempunyai maksud tertentu yang mau diperlihatkan bahwa istrahat mempunyai makna yang lebih mendalam daripada sekadar “tidak bekerja” saja. Tindakan kreatif Allah ini terus berdampak atau mendasari dunia secara tak kunjung henti.  Artinya bahwa Allah selalu berkarya, seperti yang dikatakan juga oleh Yesus sendiri dalam membicarakan perintah Sabat: “Bapa-Ku masih bekerja dan Aku sedang bekerja” (Yoh 5:17). Istirahat Allah ini tidak menunjuk sekadar pada Allah yang tidak aktif, tetapi lebih menekankan Allah yang seakan-akan berlama-lama menikmati hasil ciptaan-Nya yang “sungguh amat baik” (Kej 1:31).Allah melayangkan pandangan kontemplatif penuh kesukaan yangmenggembirakan atas keindahan ciptaan yang telah dicapai, secara istimewa atas manusia, mahkota penciptaanjadi, istirahat Allah di sini berarti Allah menikmati karya-Nya yang begitu indah.
Saudara/I yang kekasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, hari sabat adalah suatu momen yang membuat kita mengenang karya Allah dan merupakan atau sebagai motivasi hari Sabat, dan terlihat atau nampak dengan  jelas dalam Ul 5:12-15, yaitu mengenang karya penyelamatan Allah: yaitu mengenai “pembebasan dari perbudakan Mesir.” Allah yang beristirahat pada hari ketujuh itu adalah Allah yang sama yang membebaskan Israel dari penindasan Firaun. Pada karya penciptaan dan karya pembebasan itu, Allah menampilkan diri sebagai mempelai pria menghadapi mempelai wanita (bdk Hos 2:16-24; Yer 2:2; Yes 54:4-8) (DD no 12).Mengenang berarti mengingat kembali, ketika kita melihat  dengan latar belakang “mengenang karya Allah” untuk hari Sabat, dengan mudah  kita mengerti mengapa Gereja Para Rasul dengan cepat memindahkan istirahat kudus dari hari ketujuh (Sabtu) ke hari pertama (Minggu), karena Kristus bangkit pada hari Minggu.  Kristus tidak saja bangkit pada hari minggu namun enam kali penampakan-Nya setelah Dia bangkit juga terjadi pada hari minggu.  Hari pentakosta yang merupakan saat terbentuknya tubuh Kristuspun jatuh pada hari minggu.


Hampir selalu hari itu disebut sebagai hari pertama dalam minggu itu, dapat dibaca dalam (Matius 28:1;Markus 16:2;9, Lukas 24:1; Yohanes 20:1-9).   Kebangkitan Kristus menandai pembebasan umat manusia dari kuasa dosa dan maut.  Hal inilah yang merupakan  pembebasan sempurna yang dilakukan oleh Kristus melalui sengsara dan kebangkitan-Nya. Selain dari itu, inijuga merupakan penciptaan baru (2 Kor 5:17), sesudah ciptaan lama dirusak oleh dosa. Misteri Penciptaan Allah mencapai kepenuhannya dalam Misteri Paskah, yaitu Wafat dan Kebangkitan Kristus, yang sekaligus merupakan antisipasi kepenuhan definitif pada akhir zaman bila Kristus akan datang dalam kemuliaan (bdk Kis 1:11; 1 Tes 4:13-17) serta segala sesuatu akan dibarui (bdk. Why 21:5).Saudara/I yang kekasih  kebiasaan merayakan hari Minggu sudah dilakukan sejak zaman Gereja Para Rasul: “Pada hari pertama dalam Minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecahkan roti.” (Kis 20:7). Mereka juga menyebut hari Minggu itu sebagai hari Tuhan (Why 1:10). Memang pada awal mula umat masih terus menghadiri ibadat bait Allah pada hari Sabtu, tetapi pada hari Minggu mereka berhimpun untuk memecahkan roti (Kis 2:42, 46). Tetapi kemudian terbentuklah kesadaran untuk menguduskan hari Minggu sebagai kenangan hari Kebangkitan Tuhan dengan merayakan Ekaristi dalam kegembiraan dan persaudaraan kristiani. Dengan demikian, kita beralih dari hari “Sabat” ke “hari pertama sesudah Sabat,” dari ketujuh ke hari pertama, dari Dies Domini (Hari Tuhan) ke Dies Christi (Hari Kristus).
Saudara/I yang kekasih kita kembali melihat atau membaca dalam Keluaran 20:8-9  khususnya.Hari Sabat (Sabbath) adalah perkara yang sangat penting di mata YAHWEH bagaimana tidak ,  Elohim  yang adalah Pencipta seluruh alam semesta menyampaikan perintah.  Mengapa demikian, dapat dilihat dari kata atau  nampak dari kata “INGATLAH.” Kata “ingatlah merupakan “peringatan”.  Kata “Ingatlah ”ini tidak terdapat di seluruh Sepuluh Perintah Allah kecuali hanya pada perintah yang keempat  dari Sepuluh Perintah-Nya tersebut.  Ini berarti bahwa perintah keempat ini adalah perintah yang unik.  Tetapi sekali lagi ditekankan bahwa tidak berarti kesembilan Hukum yang lainnya tidak penting, dan tidak berarti bahwa enam hari yang lainnya adalah hari kita manusia tetapi semuanya itu adalah Milik Allah.  Itu nampak dari ayat ini, “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:1-3).




Saudara/I yang kekasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, Jadi hari sabat tidak hanya dikenal zaman dulu sampai sekarang sudah ditentukan oleh Allah sendiri.  Karena itu hari sabat bukanlah juga hal yang ditetapkan oleh manusia dan telah ditentukan oleh Allah kurang lebih 2550 tahun sebelum umat Israel keluar dari perbudakan. Nabi Yeremia bernubuat atas pembuangan Israel karena pelanggaran hari Sabat (Yer 17).  Jadi tidaklah mengherankan bahwa kata Sabat ini dikenal di banyak bahasa di dunia, dan seperti yang sudah ditentukan pada awal dari bagian ini bahwa kata sabat atau hari sabat bukanlah hal yang baru melainkan sudah lazim bagi semua orang, bukan saja orang Kristen melainkan orang yang juga bukan Kristen. 
Saudara/I yang kekasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, berbicara mengenai hari sabat, Dalam kita berbakti yang sentral yang kita perhatikan adalah hati kita.  Selain itu juga, tempat dimana kita berbakti haruslah nyaman, karena kalau tidak ibadah kita tidak akan berlangsung dengan aman.  Dalam Imamat 19:20, disana dijelaskan bahwa kita harus memelihara hari-hari sabat dan menghormati tempat kudus Tuhan.  Setiap hari adalah milik Tuhan, tetapi Tuhan mengingini kita untuk tetap mengkhususkan satu hari dalam setiap minggunya untuk melakukan kebaktian khusus kepada-Nya.  Khususnya pada hari itu kita tidak boleh bekerja seperti pada hari-hari yang lain, dan juga kita tidak boleh menyuruh orang lain untuk bekerja.
Orang Kristen perlu berbakti pada hari minggu, karena pada hari minggu itu adalah hari kebangkitan Tuhan Kita Yesus Kristus dari kematian dan permulaan ciptaan baru seperti yang sudah dijelaskan diatas.  Ciptaan baru tidak berarti Tuhan menciptakan kembali manusia seperti pada awal penciptaan, melainkan Allah menciptakan hidup kita yang baru dimana kita tidak lagi hidup dalam keberdosaan kita tetapi sudah ditebus oleh darah Tuhan kita Yesus Kristus.  Katekismus Heidelberg khususnya minggu ke-38 ini, menekankan bahwa hari sabat atau hari Tuhan itu sangat perlu diperhatikan karena  Allah menginginkan kita untuk tidak lebih mementingkan pekerjaan kita daripada pekerjaan Tuhan.
Dalam minggu ke-38 ini memperingatkan kepada setiap kita orang percaya untuk selalu menguduskan dan mengingat bahwa hari sabat begitu penting.  Banyak orang kristen yang menganggap bahwa hari minggu atau hari sabat Tuhan adalah hari yang biasa-biasa saja atau tidak ada bedanya dengan hari-hari lainnya.  Tetapi pernah kah kita menyadari bahwa hari sabat Tuhan itu adalah suatu hari yang begitu penting bagi setiap kita?.  Dalam kehidupan keseharian anak-anak Tuhan sering menganggap bahwa hari sabat itu adalah hari dimana kita beribadah kepada Tuhan dan selesai itu selesai juga artinya bahwa masih tetap  juga kita lanjutkan pekerjaan yang lain.Pemahaman ini sebenarnya adalah pemahaman yang salah dan tentu tidak bagus untuk kita tingkatkan.  Tetapi sayang sekali bahwa anak-anak Tuhan saat ini, selalu melakukan hal yang demikian.  Contohnya saja pada hari minggu selesai kebaktian kemudian ke pantai atau ke tempat yang lain yang menyenangkan.  Sebenarnya sadar atau tidak sadar hal ini kita sudah tidak menghormati hari Tuhan atau hari sabat yang Tuhan sudah tentukan untuk kita beribadah dan berbakti kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam Katekismus Heidelberg adalah pertanyaan yang bersifat pribadi yang harus dijawab oleh diri kita sendiri bukan menjawab untuk orang lain.  Artinya apa yang kita perbuat kita pertanggung jawabkan sendiri kepada Tuhan bukan si A yang menanggung dosa si B.  Dalam minggu ke-38 ini ada beberapa hal yang Allah inginkan dari setiap kita sebagai anak Tuhan, bahwa Allah mempunyai keinginan agar pelayan mengenal tugas dan tanggung jawab mereka dalam memberitakan Firman Tuhan, kemudian bahwa dalam perhentian itu saatnya kita berkumpul dengan saudara seiman untuk mendengarkan Firman Tuhan dan menerima Sakramen artinya turut mengambil bagian dalam undangan yang diberikan oleh Tuhan sendiri.  Selain itu kita juga berkumpul untuk berseru secara umum kepada Tuhan artinya bahwa secara bersama-sama dengan jemaat Tuhan untuk berseru berbeda kalau kita berdoa secara pribadi.  Bukan hanya itu saja supaya juga dapat membantu ornag miskin yang membutuhkan pertolongan kita dan agar dalam hidup kita tidak tetap tinggal dalam ketidaktahuan kita mengenai sabat itu sendiri.  Artinya sabat dalam Perjanjian Lama sabat yang dimaksud adalah bayang-bayang tetapi dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus sendirilah Tuhan atas hari sabat itu. 
Saudara/I yang kekasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus , dengan melihat penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa dalam minggu ke-38 ini sekali lagi ditekankan bahwa bukan harinya yang menjadi masalahnya atau yang menjadi pokok pembicaraan tetapi yang mau dilihat atau yang diperhatikan oleh kita adalah bagaimana kita mengenal Tuhan kita Yesus Kristus yang adalah Tuhan atas hari sabat itu.  Ketika kita mendengar tentang Firman Tuhan ini yang memperingatkan kita akan pentingnya kita mengindahkan hari Tuhan itu, maka yang menjadi pertanyaan untuk saya dan saudari/I sebagai anak-anak Tuhan saat ini adalah, sudahkah kita sebagai orang  kristen yang percaya  menyadari apakah yang dimaksud Tuhan dalam minggu ke-38 ini mengenai perintah untuk menguduskan hari sabat itu?ataukah kita juga tidak berbeda dengan yang lainnya bahwa hari minggu itu adalah hari untuk kita melepaskan lelah dari segala pekerjaan kita? Atau sudahkah kita mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dan apakah kita mengerti maksud Tuhan yang mengatakan “Bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”?.  pertanyaan ini hendaknya juga menjadi perenungan untuk kita dan baiklah kita jawab itu dalam hati kita masing-masing. Dorkas Day Atandima
  AMIN……………

Tidak ada komentar:

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.