Pertanyaan dan jawab 103
Matius 12:1-8
(8)
“Karena Anak
Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”
Keluaran 20:
8-11, (Matius 12:1-8;8).
“Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat: Enam
hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari
ketujuh adalah hari sabat bagi Tuhan Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan engkau atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau hambamu
laki-laki atau hambamu perempuan atau hewanmu atau orang asing yang ditempat
kediamanmu. Sebab enam hari lamanya
Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan ia berhenti pada
hari ketujuh, itulah sebabnya Tuhan memberkati hari sabat dan menguduskanya”.
Saudara/I yang kekasih Minggu
ke-38 ini adalah bagian ketiga dalam Katekismus Heidelberg yang
membicarakan tentang “Syukur yang wajib dipersembahkan kepada Allah karena
kelepasan itu” jikalau bagian ini adalah bagian dimana manusia yang sudah
dilepaskan dari dosa mengucap syukur karena kelepasan itu, sudah tentu yang
kita perhatikan adalah sikap kita kepada Tuhan yang adalah pencipta kita. Sebagaimanusia saja jikalau kita menerima
sesuatu dari sesama kita atau sahabat kita yang pastinya kita bersyukur, karena
itu seharusnya demikianlah kita mengucap
syukur atas kelepasan yang Tuhan sudah berikan kepada kita anak-anak Tuhan. Pada beberapa minggu yang lalu kita sudah
mendengar bagaimana manusia yang berdosa dilepaskan dari dosanya. Dimana karena ketidaktaatan manusia kepada
Allah, sehingga manusia jatuh dalam dosa.
Pada saat itu hubungan manusia itu dengan Allah menjadi putus. Tetapi Allah yang adalah maha Kasih dan Maha
Adil Ia tidak membiarkan manusia itu berdiam dalam keberdosaannya maka Allah
mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal yang satu-satunya untuk datang dan menebus
dosa manusia (Yoh. 3:16). Oleh karena
kelepasan itulah manusia yang berdosa tadi mengucap Syukur kepada Allah.
Berbicara mengenai hukum ke-4 tentu tidak pernah
terlepas dari kesembilan hukum lainnya, secara khusus hukum ke1-4 yang adalah
hukum yang berbicara mengenai hubungan secara vertikal yakni hubungan antara Allah
dengan manusia. Hukum ke-4 ini sangat
penting kita perhatikan karena sangat berhubungan dengan perilaku kita terhadap
Allah pencipta kita sebagai tanda ucapan syukur anak-anak Tuhan kepada-Nya, tetapi tidak berarti bahwa hukum
yang lainnya kurang penting tetapi kedudukannya sama dalam kehidupan anak-anak
Tuhan, dimana ke-10 hukum ini adalah sebagai cermin yang dapat melihat apakah
kehidupan kita sudah berkenan kepada Tuhan atau belum. Dengan melihat penjelasan diatas dapat kita
ambil kesimpulan bahwa hukum ke-4 atau mengenai Katekismus Heidelberg minggu
ke-38 ini dengan khususnya kata sabat
sangat penting kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai anak-anak
Tuhan.
Dalam hukum keempat ini ada beberapa hal yang dituntut
Allah dari setiap kita anak-anak Tuhan, yaitu pertanyaan, Apa yang Allah Kehendaki
dalam perintah yang keempat?Disana dijelaskan Pertama, agar pelayan Gereja, yaitu
pemberitaan Firman, dan sekolah-sekolah tetapdiselenggarakan. a). dan agar aku
teristimewa pada hari perhentian, dengan setia bergabung dengan jemaat Allah,
b). untuk mendengarkan Firman Allah, c). menerima sakramen-sakramen, d).
berseru kepada Tuhan Allah dalam acara umum, e). dan berderma kepada
orang-orang miskin secara Kristen, f). kedua, agar seumur hidupku aku berhenti
dari perbuatanku yang jahat dan menerima Tuhan bekerja melalui Roh-Nya dalam
hatiku, dan dengan demikian memulai hari sabat yang kekal dalam hidup ini. Dalam minggu-minggu yang lalu juga sudah
dijelaskan bahwa Katekismus Heidelberg bersifat Pribadi. Karena itu setiap pertanyaan dan jawabannya
menggunakan kata aku atau ku, jadi dalam hubungannya dengan hukum ke empat
untuk menguduskan hari sabat tersebut harus dimulai dari dalam diri kita
pribadi setiap anak Tuhan. Jangan
menghakimi orang lain atau melihat orang lain dulu tetapi terlebih dulu melihat
diri kita bagaimana kita pribadi mengindahkan hari sabat itu atau tidak. Salah satu contoh kecil dalam kehidupan
anak-anak Tuhan saat ini, jikalau satu orang teman saja tidak ke gereja atau
tidak ikut ibadah lainnya, bukan tidak mungkin ada teman yang lain lagi
mengatakan “ah orang itu malas sekali ke gereja” perkataan ini sebenarnya
perkataan yang sombong dalam artian ia menilai dirinya lebih baik dari yang lain. Tetapi jangan juga ketika kita melihat orang
lain yang rajin beribadah kita mengatakan “ah orang itu sok suci”. Tetapi sebaiknya melihat dalam diri
masing-masing apakah pribadi kita sudah mengindahkan hari sabat itu, atau
apakah kita lebih malas dari orang lain.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan Kita Yesus
Kristus, untuk mengerti apa yang dikehendaki Allah atau apa yang diperintahkan
Allah dalam minggu ke-38, yaitu hukum yang ke-4, maka terlebih dulu kita
mengerti tiga point yang berhubungan dengan pertanyaan minggu ke 38 ini. 1). Apa
yang diperintahkan Allah?, 2). Mengapa Allah perintahkan?, 3). Kepada siapa dan
apa alasan Tuhan perintahkan untuk menguduskan hari sabat itu?. Perintah adalah sebuah kalimat yang
mengandung arti suruhan atau larangan, dimana dalam perintah ini ada tanggung
jawab yang harus dilakukan oleh si penerima perintah dan tentu tidak boleh
dilanggar. Apabila dilanggar maka akan
menimbulkan hukuman dari si pemberi perintah.
Dalam bagian yang kita pelajari atau berbicara tentang minggu ke 38 ini
tentu, yang memberi perintah adalah Allah sendiri, dan apa yang diperintahkan?
Yaitu untuk menguduskan hari sabat. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan harus diutamakan yaitu pemberitaan Firman
Tuhan dan sebagainya yang berhubungan dengan Allah harus diutamakan dulu
barulah kepentingan manusia itu sendiri.
Tuhan menginginkan bahwa enam hari yang Tuhan sudah berikan harus kita
pergunakan dengan baik, karena Ia ingin dalam satu hari yang sudah dikhususkan
supaya kita melakukan pekerjaan pekabaran Injil. Tetapi akan muncul pertanyaan, bagaimanakah
mungkin dalam satu hari saja kita tidak bekerja sementara kita makan butuh
kerja dulu dan yang lebih kecil lagi bernafas saja itu pekerjaan?. Hal ini mungkin membuat kita bingung, tetapi
ingat saja bahwa pekerjaan yang merupakan pelaksanaan kasih atau yang
menyangkut pelayanan kasih kita kepada sesama atau melaksanakan sesuatu
pekerjaan yang bertujuan mendukung berlangsungnya ibadah dalam hari sabat itu,
tidaklah salah, melainkan hal itu dituntut Tuhan dari setiap kita.
Saudara/I yang kekasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus Ketika
kita kembali melihat kesepuluh hukum ini dari dalam Perjanjian Lama merupakan
bagian yang diperhatikan dan jangan kita menyangka bahwa dalam Perjanjian Baru
kesepuluh Hukum ini dihapus tetapi dari Perjanjian Lama adalah bayang-bayang
tetapi dalam Perjanjian Baru sudah digenapi.
Tuhan Yesus sendiri mengatakan Matius 5:17-18, jelas bahwa Tuhan Yesus
tidak menghapus satu titikpun dari Hukum Taurat itu melainkan Ia datang untuk
menggenapinya. Point yang pertama ini
juga dapat dikatakan Allah perintahkan supaya kita sebagai anak-anak Tuhan
menyadari bahwa kapan kita harus menggunakan satu hari untuk menyembah dan enam
hari untuk melayani Allah. Satu hari
yang adalah milik Allah adalah hari perhentian itu sendiri, yaitu hari dimana kita
berhenti dari segala pekerjaan kesenangan dunia kita tetapi pada hari sabat
sebagai orang percaya haruslah beribadah.
Selanjutnya, yang kedua mengapa Allah
perintahkan untuk menguduskan hari sabat?, supaya setiap kita yang adalah
anak-anak Tuhan tidak semena-mena atau tidak sesuai kemauan kita untuk bekerja
dalam semua hari yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi baiklah juga kita lebih
dulu mengutamakan Allah dalam segala apa yang kita kerjakan. Karena dalam bagian minggu ke-38 ini Allah
ingin agar kita tahu dan mengerti bahwa hanya Anugerah yang oleh-Nya hati kita
akan diubahkan , yang dapat membuat kita berbalik dari urusan-urusan kita
sendiri dihari sabat, agar kita dapat menyukakan diri kita dihadapan Allah
(Yesaya 58:13-14). Pada hari sabat
sebagai orang percaya yang pastinya kita beribadah. Kebaktian yang kita lakukan haruslah tertuju
untuk hormat dan kemuliaan Allah bukan hormat dan kemuliaan manusia. Kebaktian yang kita lakukan bisa berupa
perorangan, bersama atau kelompok dan semuanya yang terpenting adalah
kerendahan hati kita kepada Tuhan.
Bagian ketiga atau point ketiga kepada siapa dan
apa alasan Tuhan memberi perintah untuk menguduskan hari sabat?. Kata tanya siapa berarti menanyakan subjek
maka jelas manusia yang percayalah yang diberikan perintah untuk menguduskan
hari sabat tersebut dan apa alasannya? Karena Allah ingin kita memelihara hari
sabat, dan dalam hari sabat itu tentu berbicara mengenai ibadah, didalam ibadah
seperti yang sudah tekankan tadi,Tuhan ingin agar kita beribadah dengan
menunjukkan sifat ibadah yang benar.
Ibadah yang benar adalah ibadah yang harus berlangsung dalam Roh dan
Kebenaran (Yoh. 4:24).Jadi, Saudara/I yang kekasih dalam nama Tuhan kita Yesus
Kristus, kita dapat mengerti apa alasannya mengapa Allah memerintahkan untuk
menguduskan hari sabat yaitu bahwa Allah sendiri sudah memberi teladan-Nya
kepada kita yaitu terbukti bahwa Allah memberkati hari sabat itu dan
menguduskannya.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus
Kristus, selain kita sudah mengerti apa yang perintahkan Tuhan dalam minggu ke
38 ini atau hukum keempat ini maka kita juga perlu mengetahui bahwa dalam pertanyaan 103 minggu 38 ini mengandung suatu
kalimat yang menarik perhatian kita yaitu kata kehendak.Dalam minggu ke
38 dikatakan bahwa “Apakah yang di kehendaki Allah dalam Hukum ke-4?”, kata kehendak disini dalam kamus besar
bahasa indonesia diartikan sebagai suatu kemauan, keinginan dan harapan yang
keras, atau juga dapat diartikan sebagai permintaan batin. Dengan demikian dalam minggu ke 38 ini dapat dikatakan keinginan keras Allah dan harapan Allah yang
berasal dari hati yang paling dalam kepada kita anak-anak Tuhan untuk
menguduskan hari sabat sebagai mana Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya
dan memberkati atau mengkhususkan satu hari itu untuk kita Memuji dan Memuliakan
Tuhan.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus
Kristus, untuk kita mengerti lebih jauh bahwa bukan saja kata kehendak atau apa
yang sudah dijelaskan diatas, maka berbicara mengenai kata sabat atau hari
sabat tidak asing lagi bagi kita saat ini, baik orang kristen, maupun orang
bukan kristen. Karena begitu populernya
hari minggu ini sering dikatakan bahwa Hari sabat atau hari minggu itu sering
dikatakan hari libur atau hari dimana setiap orang akan bersantai-santai danbahkan berhenti dari setiap
pekerjaannya, terlebih mereka yang bekerja di kantor, yang bersekolah atau
sebagai apapun kita. Sebagai
pemuda-pemudi, sering menganggap bahwa hari minggu adalah hari yang sangat
tepat untuk melakukan kegiatan yang dapat menghilangkan stres, dan sangat
disayangkan adalah kita juga sebagai pemuda dan pemudi kristen ada
didalamnya. Tetapi apakah demikian yang
dimaksudkan dengan hari sabat atau hari perhentian dalam katekismus minggu ke-38 ini?.
Saudara/I yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus
Kristus, Katekismus mengajarkan bahwa ada sepuluh hukum moral yang berbeda
dengan hukum sipil atau seremonial (tata ibadah) yang diberikan hanya kepada
bangsa Israel, dan sepuluh perintah ini sebagai kehendak Allah bagi semua orang
disegala abad seperti yang sudah dijelaskan diatas. Ada sebagian orang yang menyangkal bahwa
perintah keempat terus-menerus mengikat orang disegala abad, tetapi katekismus
tetap menganggap bahwa perintah keempat ini juga merupakan hukum moral karena
mempunyai tiga alasan yang kuat dan baik karena sabat merupakan ketetapan
penciptaan, bersifat moral dimana membuktikan fakta bahwa Allah menulis sepuluh
perintah-Nya diatas dua loh batu (keluaran 31:18), fakta bahwa tidak ada satu
bagian pun didalam perjanjian baru mengajarkan bahwa perintah ini
dihapuskan. Karena itu saudara/I yang
saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus sangatlah jelas bahwa hukum keempat atau minggu ke 38 menjelaskan betapa
pentingnya kita menjaga dan menguduskan hari sabat tersebut dan hari sabat itu
tidak bertujuan untuk memuliakan nama manusia tetapi memuliakan nama Allah Bapa
di surga.
Saudara/I yang saya
kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristusseperti yang sudah kita dengarkan tadi apa sebenarnya makna kita menguduskan hari
sabat itu tentunya kita juga harus tahu apa yang dimaksud dengan hari sabat. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, kata sabat diartikan sebagai “Berhenti atau
perhentian” itu berarti bahwa kita akan berhenti melakukan pekerjaan kita. Berhenti melakukan pekerjaan itu berarti kita
tidak mengeluarkan keringat atau tidak bersusah payah pada saat itu. Sabat itu
sendiri berarti perhentian dan mengapa harus hari minggu? Karena minggu berasal
dari bahasa portugis dominggu yang
artinya hari Tuhan kita dapat membaca dalam kejadian 2:1-3. Dalam kejadian pasal 2:1-3 ini dijelaskan
bahwa Tuhan memberkati dan berhenti dari segala pekerjaan-Nya. Dengan demikian Saudara/I kalau Tuhan saja
berhenti dari segala pekerjaan-Nya dan mengkhususkan satu hari, bagaimana kita sebagai
ciptaan yang diciptakan-Nya tidak mengkhususkan satu hari saja untuk
Tuhan?. Karena itu saudara/I kita dapat
melihat dan mengerti apa yang dimaksudkan dan apa pula yang dituntut Allah dari
pada kita orang-orang percaya melalui hukum ke-4 atau dalam minggu ke -38
katekismus Heidelberg.
Saudara/I yang saya
kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, dalam minggu ke-38 ada hal yang dituntut
dan yang Allah perintahkan kepada setiap kita orang percaya. Dalam minggu ke-38 ini Allah menuntut kita
untuk menguduskan satu hari penuh untuk Allah sebagaimana sudah tertera dalam
Firman-Nya, yaitu satu hari penuh dalam tujuh hari sebagai hari sabat yang
kudus bagi diri-Nya. Enam hari Allah
memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan pekerjaan kita tetapi Allah
hanya meminta satu hari saja untuk kita menyembah dan berbakti kepada-Nya. Pernyataan ini tidak berarti bahwa enam hari
itu adalah milik kita, tetapi enam hari itu adalah kesempatan kita untuk
bekerja dan hari yang ketujuh adalah sabat yang harus kita kuduskan untuk
Tuhan.
Saudara/I yang
terkasih, hari sabat tidak saja hari yang khusus bagi kita orang-orang percaya,
tetapi hari itu adalah hari yang sangat sakral untuk Tuhan. Tetapi perlu diingat bahwa bukan harinya yang
kita perhatikan tetapi bagaimana kesiapan kita dan bagaimana kita menyambut
hari itu atau saat itu untuk Tuhan. Jika
kita melihat kebelakang bagaimana kehidupan orang Israel, disana sangat jelas
bahwa bagi mereka satu hari itu betapa istimewanya bagi mereka. Dalam zaman Tuhan Yesus juga jelas bahwa hari
sabat adalah hari yang sangat dikhususkan sehingga pada waktu murid-murid
memetik gandum pada hari sabat
orang-orang farisi dan ahli Taurat memarahi mereka dan bertanya pada Tuhan
Yesus kita dapat baca dalam Matius 12:1-8.
Sebelum kita masuk dalam zaman perjanjian baru atau pada zaman Tuhan
Yesus kita harus melihat dulu arti dan maksud hari sabat itu dalam Perjanjian
Lama.
Dalam Perjanjian Lamasudah jelas juga dikatakan bahwa hari Sabat
tidak sama dengan hari Sabtu. Kemiripan bunyi antara Sabat dan Sabtu seringkali
membuat orang menyamakan keduanya. Kata “Shabbat” dalam bahasa Ibrani berarti
berhenti atau beristirahat.
kemudian dilanjutkan dengan perintah “kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8) mempunyai latar belakang karya penciptaan, yaitu setelah bekerja selama enam hari, Allah beristirahat pada hari ketujuh (Kej 2:2). Hari ketujuh itu dinyatakan sebagai kudus, milik Allah. Apa yang dilakukan Allah itu menjadi teladan bagi manusia, artinya manusia haruslah beristirahat dari pekerjaan dan menguduskan hari itu bagi Tuhan. Inilah pengertian umat Israel tentang hari Sabat pada saat itu (Kel 20:8-11; Kel 31:16.
kemudian dilanjutkan dengan perintah “kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8) mempunyai latar belakang karya penciptaan, yaitu setelah bekerja selama enam hari, Allah beristirahat pada hari ketujuh (Kej 2:2). Hari ketujuh itu dinyatakan sebagai kudus, milik Allah. Apa yang dilakukan Allah itu menjadi teladan bagi manusia, artinya manusia haruslah beristirahat dari pekerjaan dan menguduskan hari itu bagi Tuhan. Inilah pengertian umat Israel tentang hari Sabat pada saat itu (Kel 20:8-11; Kel 31:16.
Saudara/I yang kekasih dalam
nama Tuhan kita Yesus Kristus, istirahat Allah disini mempunyai maksud tertentu yang
mau diperlihatkan bahwa istrahat mempunyai makna yang lebih mendalam daripada sekadar
“tidak bekerja” saja. Tindakan kreatif Allah ini terus berdampak atau mendasari dunia secara tak kunjung henti. Artinya bahwa Allah selalu berkarya, seperti yang dikatakan juga oleh Yesus sendiri dalam membicarakan perintah Sabat:
“Bapa-Ku masih bekerja dan Aku sedang bekerja” (Yoh 5:17). Istirahat Allah ini
tidak menunjuk sekadar pada Allah yang tidak aktif, tetapi lebih menekankan
Allah yang seakan-akan berlama-lama menikmati hasil ciptaan-Nya yang “sungguh
amat baik” (Kej 1:31).Allah melayangkan pandangan kontemplatif penuh
kesukaan yangmenggembirakan atas keindahan ciptaan yang telah dicapai, secara
istimewa atas manusia, mahkota penciptaanjadi, istirahat Allah di sini berarti
Allah menikmati karya-Nya yang begitu indah.
Saudara/I yang kekasih dalam
nama Tuhan kita Yesus Kristus, hari sabat adalah suatu momen yang membuat kita mengenang karya Allah dan merupakan atau sebagai motivasi hari Sabat, dan terlihat atau nampak dengan jelas dalam Ul
5:12-15, yaitu mengenang karya penyelamatan Allah: yaitu mengenai “pembebasan dari perbudakan Mesir.” Allah yang
beristirahat pada hari ketujuh itu adalah Allah yang sama yang membebaskan
Israel dari penindasan Firaun. Pada karya penciptaan dan karya pembebasan itu,
Allah menampilkan diri sebagai mempelai pria menghadapi mempelai wanita (bdk
Hos 2:16-24; Yer 2:2; Yes 54:4-8) (DD no 12).Mengenang berarti mengingat kembali,
ketika kita melihat dengan latar belakang
“mengenang karya Allah” untuk hari Sabat, dengan mudah kita mengerti mengapa Gereja Para Rasul dengan cepat
memindahkan istirahat kudus dari hari ketujuh (Sabtu) ke hari pertama (Minggu),
karena Kristus bangkit pada hari Minggu.
Kristus tidak saja bangkit pada hari minggu namun enam kali
penampakan-Nya setelah Dia bangkit juga terjadi pada hari minggu. Hari pentakosta yang merupakan saat
terbentuknya tubuh Kristuspun jatuh pada hari minggu.
Hampir selalu hari itu
disebut sebagai hari pertama dalam minggu itu, dapat dibaca dalam (Matius
28:1;Markus 16:2;9, Lukas 24:1; Yohanes 20:1-9). Kebangkitan
Kristus menandai pembebasan umat manusia dari kuasa dosa dan maut. Hal inilah yang merupakan pembebasan sempurna yang dilakukan oleh Kristus
melalui sengsara dan kebangkitan-Nya. Selain dari itu, inijuga merupakan penciptaan baru (2 Kor 5:17), sesudah ciptaan lama
dirusak oleh dosa. Misteri Penciptaan Allah mencapai kepenuhannya dalam Misteri
Paskah, yaitu Wafat dan Kebangkitan Kristus, yang sekaligus merupakan
antisipasi kepenuhan definitif pada akhir zaman bila Kristus akan datang
dalam kemuliaan (bdk Kis 1:11; 1 Tes 4:13-17) serta segala sesuatu akan dibarui
(bdk. Why 21:5).Saudara/I yang kekasih kebiasaan
merayakan hari Minggu sudah dilakukan sejak zaman Gereja Para Rasul: “Pada hari
pertama dalam Minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecahkan roti.” (Kis 20:7). Mereka juga menyebut hari Minggu
itu sebagai hari Tuhan (Why 1:10). Memang pada awal mula umat masih terus
menghadiri ibadat bait Allah pada hari Sabtu, tetapi pada hari Minggu mereka
berhimpun untuk memecahkan roti (Kis 2:42, 46). Tetapi kemudian terbentuklah
kesadaran untuk menguduskan hari Minggu sebagai kenangan hari Kebangkitan Tuhan
dengan merayakan Ekaristi dalam kegembiraan dan persaudaraan kristiani. Dengan
demikian, kita beralih dari hari “Sabat” ke “hari pertama sesudah Sabat,” dari
ketujuh ke hari pertama, dari Dies Domini (Hari Tuhan) ke Dies Christi (Hari Kristus).
Saudara/I yang kekasih
kita kembali melihat atau membaca dalam Keluaran 20:8-9 khususnya.Hari Sabat
(Sabbath) adalah perkara yang sangat penting di mata YAHWEH bagaimana tidak , Elohim yang adalah Pencipta seluruh alam semesta menyampaikan
perintah. Mengapa demikian, dapat
dilihat dari kata atau nampak dari kata “INGATLAH.” Kata “ingatlah merupakan “peringatan”. Kata “Ingatlah ”ini tidak terdapat di seluruh Sepuluh Perintah Allah kecuali hanya
pada perintah yang keempat dari Sepuluh Perintah-Nya tersebut. Ini berarti
bahwa perintah keempat ini adalah perintah yang unik. Tetapi sekali lagi ditekankan bahwa tidak
berarti kesembilan Hukum yang lainnya tidak penting, dan tidak berarti bahwa
enam hari yang lainnya adalah hari kita manusia tetapi semuanya itu adalah
Milik Allah. Itu nampak dari ayat ini, “Demikianlah
diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari
ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia
pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
Lalu Allah memberkati
hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:1-3).
Saudara/I yang kekasih
dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, Jadi hari sabat tidak hanya dikenal zaman dulu
sampai sekarang sudah ditentukan oleh Allah sendiri. Karena itu hari sabat bukanlah juga hal yang
ditetapkan oleh manusia dan telah ditentukan oleh Allah kurang lebih
2550 tahun sebelum umat Israel keluar dari perbudakan. Nabi Yeremia bernubuat
atas pembuangan Israel karena pelanggaran hari Sabat (Yer 17). Jadi tidaklah mengherankan bahwa kata Sabat ini
dikenal di banyak bahasa di dunia, dan seperti yang
sudah ditentukan pada awal dari bagian ini bahwa kata sabat atau hari sabat
bukanlah hal yang baru melainkan sudah lazim bagi semua orang, bukan saja orang
Kristen melainkan orang yang juga bukan Kristen.
Saudara/I yang kekasih
dalam Tuhan kita Yesus Kristus, berbicara mengenai hari sabat, Dalam kita
berbakti yang sentral yang kita perhatikan adalah hati kita. Selain itu juga, tempat dimana kita berbakti
haruslah nyaman, karena kalau tidak ibadah kita tidak akan berlangsung dengan
aman. Dalam Imamat 19:20, disana dijelaskan
bahwa kita harus memelihara hari-hari sabat dan menghormati tempat kudus
Tuhan. Setiap hari adalah milik Tuhan,
tetapi Tuhan mengingini kita untuk tetap mengkhususkan satu hari dalam setiap
minggunya untuk melakukan kebaktian khusus kepada-Nya. Khususnya pada hari itu kita tidak boleh
bekerja seperti pada hari-hari yang lain, dan juga kita tidak boleh menyuruh
orang lain untuk bekerja.
Orang Kristen perlu
berbakti pada hari minggu, karena pada hari minggu itu adalah hari kebangkitan
Tuhan Kita Yesus Kristus dari kematian dan permulaan ciptaan baru seperti yang
sudah dijelaskan diatas. Ciptaan baru
tidak berarti Tuhan menciptakan kembali manusia seperti pada awal penciptaan,
melainkan Allah menciptakan hidup kita yang baru dimana kita tidak lagi hidup
dalam keberdosaan kita tetapi sudah ditebus oleh darah Tuhan kita Yesus Kristus. Katekismus Heidelberg khususnya minggu ke-38
ini, menekankan bahwa hari sabat atau hari Tuhan itu sangat perlu diperhatikan
karena Allah menginginkan kita untuk
tidak lebih mementingkan pekerjaan kita daripada pekerjaan Tuhan.
Dalam minggu ke-38 ini
memperingatkan kepada setiap kita orang percaya untuk selalu menguduskan dan
mengingat bahwa hari sabat begitu penting.
Banyak orang kristen yang menganggap bahwa hari minggu atau hari sabat
Tuhan adalah hari yang biasa-biasa saja atau tidak ada bedanya dengan hari-hari
lainnya. Tetapi pernah kah kita
menyadari bahwa hari sabat Tuhan itu adalah suatu hari yang begitu penting bagi
setiap kita?. Dalam kehidupan keseharian
anak-anak Tuhan sering menganggap bahwa hari sabat itu adalah hari dimana kita
beribadah kepada Tuhan dan selesai itu selesai juga artinya bahwa masih tetap juga kita lanjutkan pekerjaan yang lain.Pemahaman
ini sebenarnya adalah pemahaman yang salah dan tentu tidak bagus untuk kita
tingkatkan. Tetapi sayang sekali bahwa
anak-anak Tuhan saat ini, selalu melakukan hal yang demikian. Contohnya saja pada hari minggu selesai
kebaktian kemudian ke pantai atau ke tempat yang lain yang menyenangkan. Sebenarnya sadar atau tidak sadar hal ini
kita sudah tidak menghormati hari Tuhan atau hari sabat yang Tuhan sudah
tentukan untuk kita beribadah dan berbakti kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam Katekismus Heidelberg adalah pertanyaan yang bersifat pribadi
yang harus dijawab oleh diri kita sendiri bukan menjawab untuk orang lain. Artinya apa yang kita perbuat kita pertanggung
jawabkan sendiri kepada Tuhan bukan si A yang menanggung dosa si B. Dalam minggu ke-38 ini ada beberapa hal yang
Allah inginkan dari setiap kita sebagai anak Tuhan, bahwa Allah mempunyai
keinginan agar pelayan mengenal tugas dan tanggung jawab mereka dalam
memberitakan Firman Tuhan, kemudian bahwa dalam perhentian itu saatnya kita
berkumpul dengan saudara seiman untuk mendengarkan Firman Tuhan dan menerima
Sakramen artinya turut mengambil bagian dalam undangan yang diberikan oleh
Tuhan sendiri. Selain itu kita juga
berkumpul untuk berseru secara umum kepada Tuhan artinya bahwa secara
bersama-sama dengan jemaat Tuhan untuk berseru berbeda kalau kita berdoa secara
pribadi. Bukan hanya itu saja supaya
juga dapat membantu ornag miskin yang membutuhkan pertolongan kita dan agar
dalam hidup kita tidak tetap tinggal dalam ketidaktahuan kita mengenai sabat
itu sendiri. Artinya sabat dalam
Perjanjian Lama sabat yang dimaksud adalah bayang-bayang tetapi dalam
Perjanjian Baru Tuhan Yesus sendirilah Tuhan atas hari sabat itu.
Saudara/I yang kekasih
dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus , dengan melihat penjelasan diatas dapat
dikatakan bahwa dalam minggu ke-38 ini sekali lagi ditekankan bahwa bukan
harinya yang menjadi masalahnya atau yang menjadi pokok pembicaraan tetapi yang
mau dilihat atau yang diperhatikan oleh kita adalah bagaimana kita mengenal
Tuhan kita Yesus Kristus yang adalah Tuhan atas hari sabat itu. Ketika kita mendengar tentang Firman Tuhan
ini yang memperingatkan kita akan pentingnya kita mengindahkan hari Tuhan itu,
maka yang menjadi pertanyaan untuk saya dan saudari/I sebagai anak-anak Tuhan
saat ini adalah, sudahkah kita sebagai orang
kristen yang percaya menyadari
apakah yang dimaksud Tuhan dalam minggu ke-38 ini mengenai perintah untuk
menguduskan hari sabat itu?ataukah kita juga tidak berbeda dengan yang lainnya
bahwa hari minggu itu adalah hari untuk kita melepaskan lelah dari segala
pekerjaan kita? Atau sudahkah kita mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dan
apakah kita mengerti maksud Tuhan yang mengatakan “Bahwa Anak Manusia adalah
Tuhan atas hari Sabat”?. pertanyaan ini
hendaknya juga menjadi perenungan untuk kita dan baiklah kita jawab itu dalam
hati kita masing-masing. Dorkas Day Atandima
AMIN……………
AMIN……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar