aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Selasa, 11 Maret 2014

BaPTiSaN dan PeRJaMuaN KuDuS



A.           SAKRAMEN BAPTISAN KUDUS

Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diakui dan dilaksanakan oleh gereja sampai saat ini. Baptisan adalah tanda atau meterai dimana orang-orang percaya ada di dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus.  Baptisan itu juga diberikan oleh Allah sendiri, sebagai ganti dari sunat dalam Perjanjian Lama, dimana sunat dalam Perjanjian Lama diperintahkan oleh Allah sendiri kepada umat pilihan-Nya.  Sunat diberikan sebagai tanda persekutuan Allah dengan umat-Nya. 
F. D. Wellem mengatakan bahwa: Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan kristus untuk dilaksanakan gereja-Nya. Dalam Perjanjian Lama, orang Yahudi menggunakan sunat sebagai tanda perjanjian antara Tuhan Allah dan umat Israel. Dalam Perjanjian Baru, sunat diganti dengan baptisan. Dengan baptisan, orang yang percaya diasingkan dari orangyang tidak percaya dan ia dipersatukan dengan Kristus dan oleh-Nya dengan Allah Bapa dan dengan Roh Kudus. Baptisan adalah tanda yang mempersatukan seseorang yang percaya dengan Allah Tritunggal. Seseorang yang dibaptis telah menjadi milik Kristus.[1]
Baptisan ini diamanatkan oleh Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga, dengan berkata “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19-20).  Dalam Injil Markus dikatakan juga “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak dipercaya akan dihukum” (Mrk. 16:16).  Dari ayat ini jika dilihat secara sepintas sepertinya Baptisan itu menyelamatkan, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian.  Baptisan hanyalah tanda dan meterai dimana sebagai umat Allah, harus dimeteraikan di dalam Dia.  Tuhan Yesus menetapkan baptisan ini sesuai dengan ketetapn-Nya. 
Yohanes Calvin menyatakan bahwa baptisan adalah tanda bahwa kita diterima masuk ke dalam persekutuan Gereja, supaya setelah kita ditanamkan di dalam Kristus, kita terhisab dalam anak-anak  Allah.  Baptisan itu diberikan Allah kepada kita dengan tujuan yang, seperti telah saya ajarkan, sama untuk semua sakramen:  Yaitu pertama untuk membantu iman kita dalam hubungan dengan Dia, selanjutnya untuk membantu pengakuan iman itu dalam hubungan dengan manusia.[2]

            Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa baptisan itu diberikan oleh Allah sendiri kepada Gereja-Nya, dengan tujuan supaya setiap anak-anak Tuhan diterima kepada persekutuan dengan Allah.  Sehingga dengan adanya baptisan itu maka iman anak-anak Tuhan semakin kuat dan semakin teguh.  Maka dengan melalui hal ini orang-orang percaya tidak perlu meragukan lagi tentang Sakramen ini apakah dari Allah atau tidak sebab Firman Tuhan sendirilah yang menyatakan itu.  Oleh karena itu,  
Martin Luther menyatakan bahwa karena itu kita hendaknya tidak ragu-ragu apakah Baptisan itu memang berasal dari Allah.  Baptisan bukanlah hasil pikiran dan khayalan manusia.  Sebab, sebagaimana saya dapat mengatakan bahwa kesepuluh Firman, Pengakuan Iman dan Doa Bapa Kami bukanlah rekaan manusia, melainkan diwahyukan dan diberikan kepada kita oleh Allah, maka saya juga dapat menjunjung tinggi Baptisan.  Baptisan bukanlah kata-kata manusia belaka, melainkan telah ditetapkan oleh Allah sendiri.  Lagi pula, Ia telah memberi perintah yang sungguh-sungguh dan tegas agar kita dibaptis, atau jika tidak, kita tidak akan menerima kesukaan kekal.[3]

Maksudnya ialah bahwa adanya baptisan ini bukan karena hasil pikiran serta khayalan manusia melainkan baptisan adalah ketetapan Allah sendiri dan Allah sangat menegaskan baptisan ini sebab jika tidak dibaptis maka tidak akan memperoleh bagian dalam kerajaan surga.  Baptisan ini pertama kali dikumandangkan oleh Yohanes pembaptis, sebab dialah yang diutus Allah untuk membuka jalan bagi kedatangan Juruselamat yaitu Yesus Kristus.  Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes ini dilakukannya dengan air, dan air itu sebagai simbol atau tanda.  Baptisan Yohanes ini berbeda dengan baptisan yang dilakukan oleh Yesus Kristus.  Yohanes membaptis dengan air sedangkan Kristus membaptis dengan Roh Kudus.    Harold M. Freligh menyatakan bahwa baptisan Roh Kudus: “Ia (Yesus) akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat. 3:11).[4]  Artinya bahwa di dalam Injil Matius sangat jelas dikatakan bahwa Kristus membaptis umat-Nya dengan Roh Kudus.  Oleh karena itu, Baptisan ini tidak perlu diragu-ragukan, sebab baptisan ini diperintahkan oleh Yesus Kristus.         
Starr Meader menyatakan baptisan adalah pembasuhan dengan air di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang merupakan sebuah tanda dan meterai bahwa anak-anak Tuhan dipersatukan dengan Kristus, mereka menerima manfaat-manfaat dari Perjanjian anugerah dan bahwa mereka terikat menjadi milik Tuhan.[5] 
Maksudnya adalah bahwa setiap orang yang dibaptis dengan air harus dibaptis di dalam nama Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, bukan di dalam nama manusia biasa atau pendeta dan lain sebagainya.  Melalui baptisanlah orang dimeteraikan bahwa Ia termasuk dalam keluarga Allah yaitu Gereja-Nya.  Stephen Tong menyatakan bahwa beberapa aspek lain yang menyatakan hal yang khusus mengenai peranan ketiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal nampak di dalam Baptisan. Baptisan orang Kristen di lakukan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.[6]   Hal ini sangatlah jelas bahwa Orang yang percaya kepada Allah akan dimeteraikan atau dibaptiskan melalui Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Allah Putra (Yesus Kristus) dan Allah Roh Kudus.  A. A. Hodge to said, We believe that the command to baptize is precisely and only a command to was with water as a symbol of spiritual regeneration and cleaning into the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost.[7]  (Kita percaya bahwa perintah untuk membaptis dengan tepat dan hanya perintah dengan menggunakan  air sebagai lambang untuk pembersihan dan perbuatan rohani  dalam nama Bapa, dan Putra, dan  Roh Kudus).   Air adalah sesuatu yang berguna untuk membersihkan tubuh dari kotoran, Oleh karena itu sebagaimana tubuh dibersihkan oleh air demikianlah jiwa orang percaya yang telah tercemar oleh dosa perlu dibersihkan. Walaupun hanya menggunakan air sebagai lambang, tetapi mempunyai arti bahwa orang tersebut memperoleh penyucian dosa dan pengampunan dosa, karena air itu adalah lambang darah Kristus yang tercurah di bukit Golgota.  Karena itu melalui baptisan itu juga maka janji dari Allah semakin diteguhkan melalui alat karunia ini bahwa umat-Nya menjadi milik Tuhan dan ada di dalam persekutuan-Nya.
Martin Luther menyatakan bahwa Baptisan bukanlah air biasa saja, melainkan air yang terkandung dalam firman dan perintah Allah, serta dikuduskan oleh-Nya.  Dengan demikian Baptisan tidak lain daripada air Allah sendiri – bukan karena air itu sendiri lebih istimewa daripada segala jenis air yang lain, tetapi karena Firman dan perintah Allah menyertainya.[8]

Air adalah unsur yang dipakai untuk membaptis setiap orang yang percaya.  Seperti Yesus Kristus sendiri juga dibaptis dengan air. Baptisan disertai dengan Firman dan perintah Allah, maka janganlah menghina akan baptisan dan melemparkan ocehan bahwa baptisan dengan air tidak berarti dan sia-sia.  Memang air yang dipakai itu adalah air biasa, tidak berbeda dengan air yang sering dilihat, yang dipakai untuk masak, mandi, minum, mencuci, dan untuk hal-hal lain.  Tetapi air yang dipakai untuk baptisan menjadi sangat istimewah karena disertai dengan Firman dan perintah Allah dan nama-Nya (Allah Tritunggal).  Dan juga karena ada sesuatu yang mulia yang mengikutinya atau menyertainya karena di dalam baptisan itu Allah memeteraikan janji-Nya.  Oleh karena itu, Firman dan baptisan ini tidak bisa dipisahkan, karena merupakan harta yang berharga dan nilainya yang terkandung begitu besar, karena ditetapkan oleh Allah sendiri.  William W. Menzies & Stanley M. Horton menyatakan bahwa baptisan air adalah upacara yang melambangkan permulaan hidup rohani.  Ini merupakan pernyataan di depan umum bahwa kita menjadi satu dengan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, karena kedua-Nya memungkinkan hidup baru kita di dalam Dia (lih. Rm. 6:1-4).[9]  Maksudnya ialah bahwa ketika kita dibaptis dalam nama Allah Tritunggal, ini berarti bahwa kita mulai hidup baru yaitu hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.  Dan juga dengan baptisan ini kita menjadi satu di dalam tubuh Yesus Kristus.
J. L. Ch. Abineno menyatakan bahwa baptisan adalah suatu kesaksian, atau lebih tepat, suatu manifestasi dan suatu meterai yang kelihatan dari pemberian Kristus sebagai Mesias.  Ia bukan saja memimpin kepada Gereja (dan kepada Perjamuan Malam), seperti yang kita sangkakan, tetapi lebih daripada itu.  Ia mempresentir keselamatan yang terkandung di dalam kematian dan kebangkitan Kristus.  Siapa yang dibaptis mendapat bagian di dalam keselamatan yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus.[10]

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa baptisan suatu meterai yang kelihatan yang diberikan oleh Allah sendiri.  Dan orang yang telah dibaptis tersebut akan mendapat hidup yang baru, yaitu bahwa ia akan menanggalkan manusia lamanya.  Karena baptisan ini berdasarkan atas kematiaan Yesus Kristus, yang disalibkan menderita, mati dan dikuburkan serta bangkit kembali.  Oleh karena itu, Orang yang dibaptiskan menjadi manusia yang baru yang telah dilahirkan kembali oleh air dan Roh (Yoh. 3:4).  Kelahiran kembali dikerjakan oleh Roh Kudus supaya orang yang mendengar Injil keselamatan itu bertobat dan percaya, dilahirkan kembali dan mengenakan manusia yang baru sebagai ciptaan yang baru.  Oleh karena siapa yang ada di dalam Kristus ia adalah ciptaan yang baru (I Kor. 5:17).  Baptisan merupakan suatu kesaksian di dalam hidup Gereja, supaya melalui baptisan itu janji Allah kepada umat-Nya akan semakin jelas diperoleh untuk menjadi milik Gereja-Nya atau umat-Nya.  Baptisan juga merupakan hidup orang itu yang dahulunya penuh dengan kecemaran, melakukan segala hal yang bertentangn dengan kehendak Tuhan dan menyembah berhala, dimatikan, dan ia dipanggil oleh Injil melalui kuasa Roh Kudus sehingga mengakui bahwa Kristus akan menyucikan segala dosanya sehingga ia menjadi manusia yang baru.  Seseorang yang ingin dibaptis haruslah dengan sungguh-sungguh, menyesali akan dosanya, dan pertobatan itu harus lahir dari hati (secara khususnya bagi yang dewasa).  Tetapi bayi dan anak-anak akan mendapat bimbingan dari orang tua, sampai mereka besar dan diteguhkan dengan cara mereka mengakui iman mereka di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya dan mengakui baptisan yang mereka terima sewaktu anak-anak dan mereka siap untuk bertanggungjawab sebagai anggota tubuh Kristus.   Herman Hoeksema to said, That baptism signifies indeed much more than the washing away of our sins, although this benefit of salvation is always fundamental is also plain from the doctrinal part of the form for the administration of Baptism.  There indeed it is said that holy baptism "witnesseth and sealeth unto us the washing away of our sins through Jesus Christ. [11] (Baptisan menandakan jauh untuk menyucikan dosa kita, walaupun manfaat keselamatan ini selalu pokok  juga sederhana dari yang berkenaan dengan doktrin bagian dari format untuk administrasi Baptisan. Di sana tentu saja baptisan kudus kesaksian dan perubahan bagi kita menyucikan dosa kita melalui Yesus Kristus).  Maksudnya ialah baptisan adalah suatu tanda bahwa umat-Nya telah dicucikan dosanya melalui darah Yesus Kristus.  Yesus Kristus menyucikan kita dari dosa melalui darah-Nya yang dicurahkan di atas kayu salib.   
R. J. Porter menyatakan baptisan menandakan bahwa kita telah menjadi milik Allah, kita dipersatukan dengan Tuhan Yesus dalam kematian dan kebangkitan, dan karena itu kita masuk dalam persekutuan dengan Bapak, Anak dan Roh Kudus.  Baptisan adalah pertanda hidup baru yang diciptakan oleh Roh Kudus dalam diri kita.  Kita diselamatkan oleh iman dan baptisan menandakan keselamatan itu dan penyucian dari dosa.  Melalui baptisan kita dimasukkan ke dalam pola ketaatan baru, yaitu hidup yang memulia nama Tuhan.[12]

Maksudnya ialah bahwa dengan adanya baptisan maka yang dibaptis tersebut itu menandakan bahwa ia telah menjadi milik Kristus.  Karena Kristus telah membawa ia dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib atau dari manusia lama kepada manusia yang baru.  Semua ini hanya dapat dikerjakan oleh Roh Kudus supaya orang yang dibaptis memperoleh hidup yang baru dan melalui baptisan itu ia mendapat jaminan atau tanda bahwa penyucian akan dosanya melalui darah Yesus Kristus telah diperolehnya.  Sehingga janji keselamatan itu semakin diteguhkan kepadanya.  Dan nama-Nya dipermuliakan dari selama-lamanya sampai selamanya, karena segala hormat dan kemuliaan hanya kepada Dia saja dipanjatkan oleh umat-Nya.
Air adalah suatu unsur yang dipakai dalam baptisan.  Air ini melambangkan darah Kristus yang telah dicurahkan untuk penebusan umat-Nya.  Air ini dipakai untuk membasuh umat-Nya dengan cara menenggelamkan, memercik.  Air ini adalah air biasa yang dipakai untuk membasuh atau membersihkan kotoran di atas tubuh.  Demikian juga air yang melambang darah Kristus, menyucikan atau membersikan umat-Nya dari dosa secara rohani oleh Roh Kudus, dengan membersihkan dosa mereka maka mereka akan memperoleh kelahiran kembali.  Sehingga mereka yang patut mendapat murka Allah telah dicucikan sehingga menjadi umat-Nya, yang dulunya adalah anak-anak murka, sekarang adalah anak-anak Allah oleh karena darah Kristus, karena apa yang sudah dicucikan Kristus tidak sia-sia.  
Dj Zandbergen menyatakan bahwa jikalau air adalah tanda, maka yang ditandai olehnya adalah darah Kristus.  Ia menumpahkan untuk membayar dosa kita.  Lebih tepat rumusan yang berikut: sama seperti air menghapus kotoran dari badan kita demikian juga darah dan Roh Kristus membersihkan kita dari dosa.  Darah adalah segala penderitaan Kristus serta kematian-Nya di kayu salib.  Ia menanggung hukuman kita; dengan demikian Ia melunaskan kesalahan dan hutang kita.  Darah membersihkan kita.  Itulah pembenaran kita.  Roh-Nya memperbaharui kita dan memberikan kehidupan baru kepada kita.  Makin lama makin lebih Ia meniadakan kecemaran dosa pula.  Itulah pengudusan.[13]

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa Air adalah tanda darah Kristus, karena melalui darah Kristuslah Ia menyucikan umat-Nya.  Dan Baptisan ini juga melambangkan penyatuan orang percaya dengan Kristus dalam kematian, penguburan dan kebangkitannya.  Darah Kristus yang mahal itulah yang memercikkan mereka supaya mereka memperoleh penyucian atau pengudusan.  Darah Kristus ibaratkan Laut merah yang harus dilintasi untuk luput dari penindasan Firaum.  Firaum ini adalah Iblis dan bukit-bukit di samping kiri dan kanan adalah kecemaran dan permasalahan-permasalahan.  Sedangkan Laut Merah adalah darah Kristus yang harus dilintasi untuk menuju ke Firdaus, hidup yang kekal, atau tanah Kanaan Rohani.  
Henry C. Thiessen menyatakan bahwa Baptisan bukan saja melambangkan penyatuan orang yang bertobat dengan Kristus, Baptisan juga merupakan sarana lahiriah untuk menyatakan bahwa orang yang bertobat itu sudah diterima menjadi anggota lokal.  Pada waktu ia menjadi anggota tubuh Kristus, ia juga harus menghubungkan diri dengan jemaat lokal.  Bila seseorang menanggapi panggilan keselamatan, maka sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang percaya di Perjanjian Baru, ia harus dibaptis dan secara resmi menjadi anggota masyarakat Kristen (Kis. 2:41).[14]

Mereka yang telah dibaptis telah dimeteraikan bahwa mereka adalah milik Tuhan.  Dan mereka yang telah dibaptis harus memperbaharui hidupnya melalui kuat kuasa Roh Kudus, karena mereka akan mengalami peperangan iman, untuk melawan Firaun yaitu iblis yang akan selalu merintangi mereka di sepanjang perjalanan.  Maksudnya ialah bahwa Baptisan adalah suatu sarana atau alat yang dipakai untuk memeteraikan orang yang percaya kepada Kristus untuk menjadi Gereja-Nya.  Dan melalui Baptisan juga ia ditetapkan untuk menjadi anggota Gereja yang berada dibawah perjanjian Allah.     Baptisan ini terjadi terus menerus walaupun tidak lagi dipercik dengan air.  Maksudnya bahwa orang yang telah dibaptiskan harus terus menerus mematikan manusia lamanya dan perlu pertobatan secara terus-menerus.
Derek Prime menyatakan Baptisan adalah tindakan yang menandakan murid yang taat.  Baptisan ditetapkan oleh Kristus dan dilaksanakan dalam nama Tritunggal.  Baptisan melambangkan pertobatan, iman kepada Tuhan Yesus Kristus, pengakuan akan keTuhan-an-Nya.  Penerimaan ke dalam keluarga Allah, turut menerima semua berkat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan melambangkan keinginan untuk memulai hidup baru oleh kekuatan Roh Kudus.[15]

Pendapat di atas menjelaskan bahwa Tuhan Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk membaptis orang yang percaya kepada-Nya di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.  Para Murid-Nya melaksanakan perintah tersebut dan membaptis banyak orang.  Kristus sendiri yang memerintah dan menetapkan mereka untuk membaptis orang yang percaya kepada-Nya.  Dan sesudah murid-murid-Nya, Kristus memakai hamba-hamba-Nya untuk membaptis orang.  Pelayan Firman Tuhan berhak untuk membaptis setiap orang yang mau mengikut Yesus dan mengakui Dia sebagai Juruselamatnya. Pelayan Firman Tuhan atau Gembala Sidang ini harus ditahbiskan oleh Sinode setempat dan barulah Gembala Sidang membaptis orang.
R. J. Porter menyatakan bahwa seorang dibaptiskan hanya satu kali.  Ia dibaptiskan atas pengakuan iman, atau sebagai anak dari orang tua yang sudah mengaku iman mereka.  Baptisan adalah tanda masuk umat Kristen.  Orang dibaptis sesuai perintah Tuhan Yesus sendiri (Mat. 28:19-20).[16]  Maksudnya ialah bahwa seseorang yang dibaptis cukup sekali saja tidak perlu membaptis berulang-ulang kali.  Tetapi ada aliran yang membaptis ulang, karena menurut mereka bahwa orang yang dibaptis pertama belum berubah maka ia harus dibaptis lagi dengan baptisan Roh Kudus.  Ada juga yang lain mengatakan bahwa baptisan anak tidak dipakai jadi yang dipakai adalah baptisan dewasa, sehingga seseorang yang sudah dibaptis sejak kecil harus dibaptis ulang karena belum sah.  Ini sebenarnya mempermainkan nama Allah Tritunggal, karena nama yang dipakai adalah satu nama, Allah Tritunggal.  Sehingga tidak perlu untuk membaptis yang kedua kalinya karena itu tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. 
 B.                     SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS
Perjamuan kudus adalah tanda dan meterai keselamatan yang mempersatukan orang percaya dengan tubuh dan darah Kristus. M. Bous Storm mengatakan bahwa  Perjamuan Kudus merupakan tanda dan materai, bahwa  kita sudah diselamatkan oleh kasih Allah, yang nyata dalam kematian dan kebangkitan Kristus, dan perjamuan itu sudah membayangkan kepada kita, bahwa nanti kita juga boleh duduk pada meja perjamuan dalam Kerajaan Allah.[17]
Perjamuan Kudus ini mempunyai gambaran di Perjanjian Lama yaitu orang Israel melaksanakan perayaan Paskah.  Paskah dalam Perjanjian Lama merupakan perayaan umat Israel untuk memperingati suatu peristiwa yaitu bahwa Allah telah membebaskan mereka dari tanah perbudakan dan membawa mereka ke tanah perjanjian yakni tanah Kanaan.  C. J. Den Heyer menyatakan bahwa malam Paskah memberikan arah balik pada masa lampau yaitu pada peristiwa keluaran Israel dari perhambaannya di Mesir.[18]  Dalam merayakan paskah ini mereka mempersembahkan korban kepada Allah sebagai korban pendamaian, agar dosa mereka disucikan dan mendapat pengampunan dari Allah.  Sehingga Allah menerima mereka kembali sebagai umat-Nya dan bersekutu dengan Dia.  Dan dengan melaksanakan makan Paskah ini mereka memperingatinya, karena Tuhan sendiri memerintahkan hal tersebut, agar mereka merayakan turun-temurun.  Dari Paskah ini menjadi Perjamuan Kudus bagi orang-orang Kristen, oleh karena Kristus telah membebaskan umat-Nya dari belenggu dosa.
Louis Berkhof menyatakan  Perjanjian Baru melihat Perjamuan Paskah itu sebagai model ( I Kor. 5:7),  sehingga dengan demikian Perjanjian Baru bukan sekedar melihatnya sebagai peringatan akan pembebasan dari Mesir, tetapi juga merupakan lambang dan meterai dari pembebasan atas belenggu dosa dan persekutuan dengan Tuhan dalam Mesias yang dijanjikan.  Perjamuan itu berkaitan dengan makan Paskah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan kemudian menjadi Perjamuan Kudus.  Dengan tetap memakai elemen dalam perjamuan Paskah itu, Tuhan Yesus memulai satu tradisi yang sangat alamiah.[19]
Maksudnya ialah Perjamuan Kudus wajib dilaksanakan, sebagaimana perjamuan Paskah wajib dilaksanakan oleh umat Israel secara turun temurun.  Demikian juga dengan Perjamuan Kudus harus dilaksanakan oleh setiap orang percaya, yang dengan kesadaran haus dan lapar akan sakramen tersebut.  Tidak boleh menganggap remeh Perjamuan Kudus ini, tidak boleh memandangnya hanya dari segi lahiriah saja, tetapi sakramen Perjamuan Kudus mempunyai nilai yang terkandung di dalamnya.  Tuhan Yesus Kristus menetapkan Perjamuan Kudus ini agar terus dilaksanakan, pastilah memiliki maksud dan tujuan.  Ketika melaksanakan Perjamuan malam dengan murid-Nya, Ia mengatakan bahwa ini adalah lakukanlah ini sebagai peringatan akan kematiaan-Ku di kayu salib untuk membebaskan atau menyelamatkan umat-Nya yang berdosa.
J. Vekuyl menyatakan bahwa pertama, Perjamuan Kudus adalah suatu perjamuan peringatan. Yesus menghendaki kita memperingati Dia dengan menggunakan tanda-tanda yang berupa roti dan anggur.  Kita memperingati kematian Yesus.  Roti yang dipecah-pecahkan dan anggur yang dituangkan itu menggambarkan kematian Yesus.... Kedua, Perjamuan Kudus adalah suatu perjamuan persekutuan dan Yesus yang dimuliakan dan dirayakan dengan Roh-Nya.  Di situ makan dan minum berlangsung dalam persekutuan dengan Yesus.  Persekutuan itu tidak kelihatan tidak dapat diraba.  Persekutuan itu bersifat rohani.[20]

Dari pendapat di atas dijelaskan bahwa Perjamuan Kudus itu diadakan untuk memperingati kematian Yesus.  Untuk memperingati hal tersebut maka digunakan unsur berupa roti dan anggur, sesuai dengan pernyataan Kristus. Kristus sendiri yang menetapkan unsur yang dipakai dalam Perjamuan Kudus, bukan hasil pikiran dari manusia mengenai diadakan unsur itu.  Unsur itu dipakai untuk mengingat bagaimana Ia memberikan tubuh-Nya untuk dikorbankan, dan darah-Nya dicurahkan untuk menyucikan umat-Nya dari dosa.  Zacharias Ursinus, The wine is separated from the bread to signity the violence of His death, when His blood was split and separated from His body[21] (Anggur terpisah dari roti menandakan bahwa betapa dasyatnya kematian Kristus, dan ketika darah-Nya di tumpakan dan itu terpisah dari tubuh-Nya).   Roti dan anggur adalah simbol bagi tubuh dan darah Kristus yang telah mati di atas kayu salib demi dan untuk menebus umat kepunyaan.  Dan setiap orang percaya yang memakan roti dan anggur tersebut berarti ia sedang memperingati kematian Kristus.  Serta merenungkan kematian Kristus itu dalam segala aspek kehidupannya sebab oleh karena dosa umat-Nya maka Ia rela sengsara dan mati di atas kayu salib.    
William W. Menzies & Stanley M. Horton menyatakan bahwa Perjamuan Kudus yang menurut perintah Yesus harus sering diulangi hingga kedatangan-Nya yang kedua.  Mempunyai beberapa nilai dan hubungan-Nya dengan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.  Perjamuan Kudus itu merupakan peringatan, mengandung pelajaran, dan memberikan inspirasi; Perjamuan Kudus meningkatkan ucapan syukur dan persekutuan; persekutuan kudus memberitahukan perjanjian baru; dan mengandung tanggung jawab.[22]

Maksudnya ialah Perjamuan Kudus diadakan bukan hanya sekali saja, atau terakhir dirayakan oleh Tuhan Yesus Kristus bersama murid-murid-Nya.  Tetapi Perjamuan Kudus harus dilaksanakan berulang atau terus-menerus,  sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh Denominasi Gereja.  Perjamuan Kudus mempunyai nilai yang terkandung di dalamnya karena merupakan alat karunia yang dipakai Allah.  Perjamuan Kudus mempunyai hubungan dengan masa lalu, yaitu bahwa Tuhan telah membebaskan umat-Nya dari tanah perbudakan. Masa sekarang, Kristus sudah memberikan tubuh-Nya sebagai korban yang sempurna di atas kayu salib.  Masa yang akan datang supaya umat-Nya mendapat hidup yang kekal.   Karena Perjamuan Kudus merupakan alat karunia yang dipakai oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus, untuk penerapan di dalam hidup dan hati umat-Nya.
            H. Hadiwijono menyatakan demikianlah Perjamuan Kudus yang menjadi alat keselamatan tadi memberikan kepada kita karunia-karunia Kristus.  Dan oleh karena Perjamuan Kudus juga memjadi makanan dan minuman, maka perjamuan Kudus itu pada waktu-waktu tertentu harus kita terima, dan harus menyertai kita di sepanjang hidup kita hingga kedatangan Kristus.[23] Maksudnya ialah bahwa yang terkandung dalam Perjamuan Kudus adalah bahwa umat-Nya akan memperoleh karunia-karunia Kristus, supaya apa yang Kristus peroleh, diperoleh juga oleh umat-Nya sebab umat tebusan-Nya berada di dalam Kristus.  Dan melalui Perjamuan Kudus maka janji itu akan semakin diteguh, dengan dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam hati dan hidup umat-Nya.  Perjamuan Kudus harus dilaksanakan sampai Tuhan Yesus datang kembali yang kedua kalinya.
G. H. Kersten to said, The Lord Jesus Instituted the Lord's Supper in the same night in which He was betrayed.  All the evangelists tell us this, except John.  He tells of Jesus washing the disciples feet, but not of the institution of the sacrament (Matt 26:28; mark. 14:22-24; Luke 22:19,20).  Paul also speaks of it, having received a special instruction of the Lord's Supper, "For I have received of the Lord that which also I delivered unto you, that the Lord Jesus the same night in which He was betrayed took bread, etc. ( I Cor. 11:23-25).[24] (Tuhan Yesus Memulai Perjamuan  malam Tuhan di dalam malam yang sama di mana Ia telah dikhianati. Semua pengabar Injil ceritakan kepada kita hal ini, kecuali Yohanes. Ia menceritakan Yesus yang mencuci kaki para murid itu, tetapi  bukan institusi sakramen itu ( Mat. 26:28; Mark. 14:22-24; Luk. 22:19,20). Paulus juga berbicara tentang hal itu, setelah diterima suatu instruksi yang khusus dari Perjamuan malam Tuhan, " Sebab aku sudah terima dari Tuhan yang juga aku teruskan bagi kamu, bahwa Tuhan Yesus malam yang sama di mana Ia telah dikhianati mengambil roti, dan lain lain (1 Kor. 11:23-25).

Untuk memahami atau mengetahui bahwa yang mengadakan Perjamuan Kudus itu adalah Tuhan Yesus sendiri.  Dalam Mat. 26:18, dikatakan bahwa Yesus sendiri yang mengadakan Perjamuan Malam atau Perjamuan Kudus.  Dan Ia yang mengundang umat-Nya agar mereka datang ke Perjamuan-Nya.  Ia mengundang umat-Nya supaya mereka datang bersekutu bersama-sama dengan-Nya.  Datang umat-Nya untuk mengikuti Perjamuan Kudus bukan dari keinginan diri sendri atau inisiatif umat-Nya, tetapi yang mengundang adalah Tuhan Yesus sendiri
G. I. Williamson menyatakan bahwa Perjamuan Kudus adalah suatu sakramen dimana dengan memberi dan menerima roti dan anggur sesuai dengan ketetapan Kristus, kematian-Nya diberitakan; dan orang yang menerimanya dengan cara yang layak, bukan secara jasmaniah atau kedagingan, melainkan melalui iman dijadikan berbagian di dalam tubuh dan darah-Nya, dengan semua berkat-berkat dari-Nya.  Dengan demikian mereka mendapatkan makanan rohani dan bertumbuh dalam anugerah.[25]

Menerima kemudian makan dan minum roti dan anggur berarti umat-Nya memberitakan kematian-Nya kepada setiap orang yang ikut dalam Perjamuan Kudus tersebut.  Umat-Nya akan memperingati bagaimana Kristus telah memberikan tubuh-Nya dan darah-Nya untuk mereka.  Mereka datang ke Perjamuan Kudus untuk bersekutu dengan Dia karena Kristus telah membeli mereka dengan darah-Nya yang mahal.  Tetapi harus berhati-hati karena Yudas juga ikut dalam Perjamuan Kudus.  Ini menunjukkan adanya orang yang munafik yang ikut Perjamuan Kudus, yang melayakkan dirinya untuk ikut tetapi dengan kesombongan mereka datang dan mengambil Perjamuan Kudus.  Dan disetiap Gereja orang munafik yang ikut Perjamuan Kudus ada di dalamnya.  Orang yang sungguh ikut dalam Perjamuan Kudus adalah orang yang sudah menguji dirinya dan mengakui tubuh dan darah Kristus yang menyelamatkan mereka dari dosa.  Karena tanpa pengorbanan darah maka tidak ada pengampunan dosa.  Menerima Perjamuan Kudus haruslah dengan iman dan hati yang hancur, supaya Tuhan mengisinya dengan kasih-Nya.  Karena yang diundang untuk datang ke Perjamuan Kudus adalah orang berdosa. William W. Menzies & Stanley M. Horton mengatakan :
Perjamuan Tuhan yang terdiri atas unsur-unsur roti dan air buah anggur – adalah simbol yang mengungkapkan keikutsertaan kita dalam kodrat Ilahi Yesus Kristus, Tuhan kita (II Ptrs. 1:4); peringatan dan kematian-Nya (I Kor. 11:26); dan nubuat tentang kedatangan-Nya yang kedua kali (I Kor. 11:26) dan diperintahkan kepada semua orang-orang percaya sampai Ia datang.’[26]  
Perjamuan Kudus, harus diterima oleh umat-Nya karena merupakan peringatan akan kematian-Nya Yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan dosa, dan yang akan membawa mereka kepada hidup yang kekal.  Menerima roti dan anggur bukanlah dengan jasmaniah atau kedagingan atau karena ada kepentingan diri sendiri.  Menerimannya haruslah dengan iman dan harus lapar dan haus secara rohani, supaya dikenyangkan oleh Kristus melalui karunia-karunia-Nya.
Starr Meade menyatakan bahwa Perjamuan Kudus adalah sakramen dimana roti dan anggur diberikan dan diterima sebagaimana yang diperintahkan Kristus untuk mewartakan kematian-Nya.  Mereka yang menerima Perjamuan Kudus dengan cara yang benar dapat berbahagian dalam tubuh dan darah-Nya dengan semua manfaat dari-Nya bukan hanya secara jasmani tetapi dengan iman, dan menjadikan mereka semakin kuat secara rohani dan bertumbuh di dalam anugerah.[27]

Maksudnya ialah dengan menerima dengan iman maka umat-Nya akan semakin dikuatkan dan diteguhkan dan memperoleh manfaat dari tubuh dan darah Kristus.  Segala karunia dan berkat dari Kristus akan di warisi kepada umat-Nya, dan jaminannya Roh Kudus akan selalu menerapkan itu dalam hati dan hidup umat-Nya.
David L. Bartlett menyatakan bahwa kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis, “barang siapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” ( I Kor. 11:29).  Bagi Paulus sandungan itu adalah orang-orang Kristen yang kaya, yang dapat tiba lebih awal memisahkan diri mereka pada perjamuan makan dari umat Kristus yang lebih miskin, yang datang terlambat dan mempunyai lebih sedikit.  Memperhatikan tubuh berarti, dalam sebagian hal, memperhatikan bahwa seluruh paguyuban yang berkumpul bersama dimeja itu adalah tubuh Kristus, tubuh-Nya 41

Paulus menyatakan kepada Jemaat Korintus supaya dalam mengambil roti dan anggur harus mengakui tubuh Tuhan agar  tidak mendatangkan hukuman atas diri mereka.  Anggota Gereja tidak boleh memisah-misahkan diri dalam menerima Perjamuan Kudus, baik orang kaya maupun orang Miskin, baik orang Yahudi maupun orang Yahuni, baik orang merdeka maupun budak adalah satu dalam persekutuan karena mereka adalah satu tubuh dan Kepalanya adalah Kristus.  Jangan mengadakan perbedaan di dalam pelayanan sakramen Perjamuan Kudus.  Karena yang berkumpul di meja Perjamuan Kudus adalah anggota tubuh Kristus yang diundang oleh Kristus.
DAFTAR PUSTAKA

Abineno J. L. Ch., Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, Cet. 5, Jakarta: Gunung Mulia, 2001
Berkhof Louis., Teologi Sistematika: Doktrin Gereja, Vol. 5, Cet. 3, Surabaya: Momentum, 2001
Bous-Storm,  M., Apakah Penggembalaan Itu? Cet. ke-8, Jakarta: Gunung Mulia, t.t
Calvin Yohanes., Institutio:  Pengajaran Agama Kristen, Cet. 4, Jakarta,  Gunung Mulia, 2003 
Dabney R. L., Systematic Theology, Pennsylvania: The Banner Of Truth Trust, 1985
Freligh Harold M., Delapan Tiang Keselamatan, Cet. 7, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999
Hadiwijono H., Iman Kristen, Cet. 5, Jakarta: Gunung Mulia, 1986, hlm. 458.
Heyer C. J. Den., Perjamuan Tuhan: Studi Mengenai Paskaah Dan Perjamuan Kudus Bertolak Dari Penafsiran Dan Teologi Alkitabiah, Cet. 2, Jakarta: Gunung Mulia, 1997
Hodge A. A., Evangelical Theology Lectures On Doctrine, Pennsylvania: The Banner Of Truth Trust, 1990
Hoeksema Herman., Reformed Dogmatics, Michigan: Grand Rapids, 1985.
Kersten G. H., Reformed Dogmatics, Vol. II, Michigan: Grand Rapids, 1983, page 598.
Luther Martin., Katekismus Besar, Cet. 2, Jakarta: Gunung Mulia, 1996
Meader Starr., Membentuk Hati, Mendidik Akal Budi: Renungan Keluarga Berdasarkan Katekismus Singkat Westminster, Cet. 1, Surabaya: Momentum, 2004
Menzies William W. & Stanley M. Horton., Doktrin Alkitab, Cet. 1, Malang: Gandum Mas, 1998
Porter R. J., Katekisasi Masa Kini, Cet. 4, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994
Prime Derek., Tanya Jawab Tentang Iman Kristen, Cet. 5, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2001.
Thiessen Henry C., Teologi Sistematika, cet. 4, Malang: Gandum Mas, 1997
Tong Stephen,  Allah Tritunggal, cet. 6, Surabaya: Momentum, 2002
Ursinus Zacharias., On The Heidelberg Catachism, Presbyterian And Reformed Publishing Company, 1985
Vekuyl J., Aku Percaya: Uraian Tentang Injil Dan Seruan Untuk Percaya, Cet. 16, Jakarta: Gunung Mulia, 1995
Wellem, F. D., Injil dan Marapu: Suatu Studi Historis Teologis Tentang Perjumpaan Injil dan Masyarakat Sumba pada Periode 1876-1990, cet. ke-1, Jakarta: Gunung Mulia, 2004
Williamson G. I., Katekismus Singkat Westminster, Vol. 2, Cet. 1, Surabaya: Momentum, 2006.
Zandbergen DJ., Catatan Pada Pengakuan Iman Rasuli, t.c, Ofsset Yapelin, Jayapura, 1982.


[1] F. D. Wellem, Injil dan Marapu: Suatu Studi Historis Teologis Tentang Perjumpaan Injil dan Masyarakat Sumba pada Periode 1876-1990, cet. ke-1, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 323.

[2]Yohanes Calvin, Institutio:  Pengajaran Agama Kristen, Cet. 4, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), h. 281. 

[3] Martin Luther, Katekismus Besar, Cet. 2, (Jakarta: Gunung Mulia), 1996, h. 184.


[4] Harold M. Freligh, Delapan Tiang Keselamatan, Cet. 7, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), h. 73.

[5] Starr Meader, Membentuk Hati, Mendidik Akal Budi: Renungan Keluarga Berdasarkan Katekismus Singkat Westminster, Cet. 1, (Surabaya: Momentum, 2004), h. 419.

[6] Stephen Tong,  Allah Tritunggal, Cet. 6, (Surabaya: Momentum, 2002), h. 105.

[7] A. A. Hodge, Evangelical Theology Lectures On Doctrine, (Pennsylvania: The Banner Of Truth Trust, 1990), page 320.

[8] Martin Luther, Ketekismus Besar, Cet. 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), h. 186.

[9] William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab, Cet. 1, (Malang: Gandum Mas, 1998), h. 110.

[10] J. L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, Cet. 5, (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), h. 225.

[11] Herman Hoeksema, Reformed Dogmatics, (Michigan: Grand Rapids, 1985), page 678.

[12] R. J. Porter, Katekisasi Masa Kini, Cet. 4, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), h. 167.

[13] Dj Zandbergen, Catatan Pada Pengakuan Iman Rasuli, t.c, (Jayapura:  Ofsset Yapelin, 1982), hlm. 62.
[14] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Cet. 4, (Malang: Gandum Mas, 1997), h. 500.

[15] Derek Prime, Tanya Jawab Tentang Iman Kristen, Cet. 5, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,  2001). h.
[16] R. J. Porter, Katekisasi Masa Kini, Cet. 4, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994),  hlm. 167.
                [17] M. Bous-Storm, Apakah Penggembalaan Itu? Cet. ke-8, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, t.t), h. 122.
[18] C. J. Den Heyer, Perjamuan Tuhan: Studi Mengenai Paskaah Dan Perjamuan Kudus Bertolak Dari Penafsiran Dan Teologi Alkitabiah, Cet. 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), h. 54.

[19] Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Gereja, Vol. 5, Cet. 3, (Surabaya: Momentum, 2001), h. 176.
[20] J. Vekuyl, Aku Percaya: Uraian Tentang Injil Dan Seruan Untuk Percaya, Cet. 16, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), h. 234-235.

[21]Zacharias Ursinus On The Heidelberg Catachism, (Presbyterian And Reformed Publishing Company, 1985), page 398. 

[22] William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab, Cet. 1, (Malang: Gandum Mas, 1998) , h. 116.
[23] H. Hadiwijono, Iman Kristen, Cet. 5, (Jakarta: Gunung Mulia, 1986), h. 458.

[24] G. H. Kersten, Reformed Dogmatics, Vol. II, (Michigan: Grand Rapids, 1983), page 598.
[25] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster, Vol. 2, Cet. 1, (Surabaya: Momentum, 2006), h. 167.

[26] William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab, Cet. 1, Malang: Gandum Mas, 1998, hlm. 110.

[27] Starr Meade, Membentuk Hati, Mendidik Akal Budi: Renungan Keluarga Berdasarkan Katekismus Singkat Westminster, Cet. 1, (Surabaya: Momentum, 2004), h. 427.

Tidak ada komentar:

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.