aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Jumat, 16 November 2012

AGAMA SUKU SABU

I. Pendahuluan (Latar Belakang).
Sabu secara geografis merupakan salah satu pulau di wilayah Propinsi Nusa tenggara Timur (121045 dan 12204, Belahan Barat; 10027 dan 10038, Lingkaran Selatan) Yang terletak secara terndiri di tengah Laut Sawu. Menyebut Sabu maka tidak telepas dengan sebuah pulau kecil didekatnya yankni pulau Raijua. Jadi keduanya adalah satu kesatuan baik mengenai adat maupun keturunan walaupun berbeda pulau.
Dalam Kehidupan Orang Sabu khususnya dalam kehidupan religi tidak terlepas kaitannya dengan aspek kehidupan lain yakni bidang, ekonomi sosial dan budaya atau adat istiadat. Hal ini bermula dari pandangan bahwa semuanya harus didasarkan pada keselarasan dengan agama suku, atau atas pandangan bahwa segala sesuatu adalah merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa (Deo Mone Ae) sehingga segalanya harus dilakukan dalam suasan yang religi dalam kehidupan. Dalam segala segi kehidupan, setiap kegiatan-kegiatan selalu diawali dengan ritual-ritual dengan maksud memohon bimbingan, petunjuk, berkat serta penjagaan dari Deo.
Dalam Tulisan ini saya coba menulis mengenai Agama Suku Sabu yang lebih menekankan pada Penyelenggaraan serta pemahaman yang ada di wilayah Seba (Habba). Hal ini disebabkan karena pada beberapa daerah lain dI Sabu yang memiliki corak-corak yang agak berlainnan, walaupun tidak signifikan namun dimaksud agar tidak terjadi salah pengertian dari pihak lain. Di samping itu juga kebetulan saya adalah salah seorang dari keturunan Sabu yang leluhur berasal dari wilayah Habba (Namata), yang mungkin sedikit lebih mengenal tentang peristiwa, penyelenggaraan Agama Suku Sabu di Habba. Tulisan ini didasarkan atas pengalaman, beberapa buku refrensi dan ceritra orang tua (leluhur).

II. Tentang Daerah Asal Orang Sabu (Sejarah).
Tentang asal usul orang Sabu dan negeri asalnya, terdapat beberapa versi menurut ceritera beberapa orang Mone Ama dan mereka mengetahui tentang sejarah Sabu. Meskipun demikian, dari tuturan mereka itu terdapat satu kesimpulan yang sama bahwa nenek-moyang orang Sabu berasal dari suatu negeri yang sangat jauh, letaknya di ufuk Barat pulau Sabu.
Sejarah dunia memberitahukan bahwa antara abad ke-3 sampai abad ke-4 ada arus perpindahan penduduk yang cukup banyak dari India Selatan, ke kepualauan Nusantara. Perpindahan penduduk itu disebabkan karena pada kurun waktu terjadi peperangan yang berkepanjangan di India Selatan, Raja Chandragupta II yang memerintah di India Utara dari tahun 375-413 telah menyerang dan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil, teramasuk kerajaan Gujarat di India Selatan. Keamanan yang buruk telak mendorong orang untuk mencari daerah pemukiman baru yang lebih aman.
Jauh hari sebelumnya, telah tersebar berita bahwa di kepulauan Nusantara, di mana pengaruh India sudah semakin besar, adalah negeri yang aman, tenteram dan makmur. Maka terbitlah dorongan kuat diantara penduduk untuk meninggalkan negeri asalnya menuju negeri baru yaitu kepulauan Nusantara.
Dari syair-syair kuno dalam bahasa Sabu dapat diperoleh informasi sejarah mengenai negeri asal dari leluhur Sabu. Syair-syair itu mengungkapkan bahwa negeri asal orang Sabu terletak sangat jauh di seberang laut di sebelah Barat yang bernama Hura. Dalam peta India memang terdapat Kota Surat di Wilayah Gujarat, India Selatan. Kota Surat terletak di sebelah Kota Bombay, teluk Cambay, India Selatan. Daerah Gujarat pada waktu itu sudah di kenal di mana-mana sebagai pusat perdagangan di India Selatan. Kota dangang yang terkenal adalah Koromandel.
Orang Sabu tidak dapat melafalkan kata Surat dan Gujarat itu sebagaimana mestinya. Lidah mereka menyebutnya Hura.
Sebelum perpindahan penduduk itu, antara abad ke 2-3 sudah terjalin hubungan perdagangan antara kepulauan Nusantara dengan pedagang-pedagang dari India Selatan. Pengaruh India Selatan besar sekali terhadap kepualauan Nusantara. Pada abad ke-2 sampai abad-16 telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, mula-mula di Jawa, kemudian di Sumatera dan Kalimantan. Dari antara kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal dan paling besar pengaruhnya di kepulauan Nusantara adalah kerajaan Majapahit. Sisa-sisa pengaruhnya masih dapat ditemui di kalangan masyarakat Sabu.
Para pendatang dari Gujarat ini ketika tiba di pula Raijua dapat hidup bersama dengan para imigran yang berasal perpindahan penduduk gelombang kedua yang berasimilasi dengan imigran gelombang pertama, meskipun pengaruh mereka tampak dominan.
Menurut ahli sejarah sebelum India Selatan, Nusantara sudah dihuni oleh Austronesia kira-kira 2000 SM. Kemudian disusul ras Mongoloid, lewat Muangthai, Malasyia Barat dan menyebar di Nusantara, kira-kira 500 SM.
Rombongan India Selatan menjadi penghuni pertama pulau Raijua di bawah pimpinan Kika Ga. Setelah kawin mawin mereka kemudian menyebar di pulau Sabu dan Raijua menjadi cikal bakal orang Sabu.

III. Pengaruh Majapait (Hindu-Jawa).
Pada abad ke 14 sampai awal abad ke 16, Majapahit berhasil menguasai dan menyatukan Nusantara. Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu-Jawa. Meskipun demikian setiap kerajaan di bawah kekuasaanya memiliki otonomi seluas-luasnya untuk mengurus rumah-tangganya dengan satu persyaratan yakni tetap mengakui kedaulatan Majapahit lewat pemberian upeti. Bukti pengaruh Majapahit terhadap Sabu dapat dilihat dalam:
a. Mitos (ceritra rakyat) yang meberikan penghormatan terhap raja Majapahit. Sehingga muncul ceritra bahwa Raja mjapahit dan istrinya pernah tinggal di Ketita di pulau Raijua dan pulau Sabu.
b. Ada kewajiban bagi setiap rumah tangga untuk memelihara babi yang setiap saat akan dikumpul untuk dipersembahkan kepada Raja Majapahit.
c. Ada batu peringatan untuk Raja Majapahit yang disebut wowadu Maja dan sebuah sumur Maja di wilayah Daihuli dekat Ketita.
d. Setiap 6 tahun sekali ada upacar yang diadakan oleh salah satu Udu di Raijua, Udu Nadega yang diberi julukan Ngelai yang menurut ceritra adalah keturunan orang-orang Majapahit.
e. Motif pada tenunan selimut orang Sabu yang bergambar Pura.
f. Di Mesara ada desa yang bernama Tanah Jawa yang penduduknya mempunyai profil seperti orang Jawa. Sedangkan di Mesara juga ada tempat dekat pelabuhan Mesara yang disebut dengan Mulie yang diambil dari bahasa Jawa yakni Mulih yang berarti pulang.

IV. Pembagian Wilayah dan Penyebaran Penduduk di Sabu.
Pembagian wilayah ini terjadi pada masa Wai Waka (generasi*) ke 18). Pembagian ini dibuat berdasarkan jumlah anak-anaknya yang dibagikan. Pembagian tersebut adalah:
a. Dara Wai mendapat wilayah Habba (Seba)
b. Kole Wai mendapat wilayah Mehara (Mesara)
c. Wara Wai mendapat wilayah Liae.
d. Laki Wai mendapat wilayah Dimu (Timu).
e. Dida Wai mendapat wilayah Menia.
f. Jaka Wai mendapat wilayah Raijua.
Dari pembagian ini telah menyebakan terbentuknya komunitas genelogis-teritorial, dimana suatu rumpun keluarga terikat pada pemukiman tertentu.
Karena rumpun ini berkembang semakin besar maka dibentuk suatu sub-rumpun yang disebut Udu yang dikelpali oleh seorang Bangu Udu. Di Habba (Seba) terdapat 5 Udu yang nanti akan terbagi lagi menjadi Kerogo-kerogo.
5 Udu di Seba tersebut adalah:
1. Udu Nataga (terdiri dari 9 kerogo).
2. Udu Namata (terdiri dari 4 kerogo).
3. Udu Nahoro (terdiri dari 4 kerogo).
4. Udu Nahpu
5. Udu Naradi (kedua terakhir tidak terbagi dalam kerogo).
Di Sabu dan Raijua seluruhnya terdapat 43 Udu dan 104 kerogo.

V. Agama Suku & Hal-hal Menyangkut Ritual.

Sistim Kepercayaan.
Agama suku Sabu atau Agama Asli Sabu tidak diketahui namanya. Pada umunya orang menyebut agama suku Sabu dengan nama “jingitiu”, yang berasal dari kata “jingiti Au” yang diartikan atau ditafsir oleh para penginjil dan pendeta dahulu dengan nada lecehan yakni “jingi” artinya melanggar atau menolak, “ti” artinya dari dan “Au” artinya engkau (Tuhan). Jadi dapat diartikan secara harafiah bahwa Jingitiu adalah agama yang menolak Tuhan. Padahal nama ini adalah penyebutan yang berikan oleh penginjil Potugis yang datang ke Sabu pada Tahun 1625. Mereka menyebut dengan Gentios (kafir/ tidak mengenal tuhan). Yang menurut pelafalan orang Sabu adalah jingitiu. Hal tersebut dapat dilhat juga dalam penyebutan mereka terhadap agama suku di Belu yang dilafalkan oleh orang Belu dengan Dintiu.
Para Mone Ama (pimpinan agama suku) pada waktu itu menerima penyebutan tersebut karena ketidak mengertian mereka terhadap arti dari istilah/ penyebutan tersebut.
Beberapa hal mengenai sistim kepercayaan Agama Suku Sabu:
1. Orang Sabu Percaya pada satu Zat Ilahi yang disapa dengan “Deo Ama” (Allah Bapa asal dari segala sesuatu), “Deo Woro Deo Pennji” (Tuhan pencipta semesta) atau “Deo Mone Ae” (Tuhan Maha Kuasa/ Maha Agung).
2. Segala ciptaan terdiri dari 2 unsur yang esensial, mengandung daya yang saling bertentangan, bergantungan, dan saling melengkapi. Contohnya laki-laki dan perempuan. Keduanya adalah setara dengan masing-masing fungsi yang saling melengkapi. Sehingga dalam kehidupan orang Sabu Laki-laki dan perempuan selalu dilihat sebagai suatu kesetaraan atau apa yang kenal sekarang dengan istilah “gender.”
3. Manusia harus selalu menjaga hubungan atau relasi yang baik dengan Tuhan. Jika hubungan itu baik maka disebut dengan “Meringgi” atau dingin yang mendatangkan damai sentosa, mengerru (hijau/ kesuburan) dan merede (kelimpahan). Tetapi sebaliknya dan bila terjadi kesalahan atau pelanggaran terhadap aturan atau tatanan yang ada akan mendatangkan hal-hal yang “Pana” (Panas) atau hal-hal yang berupa petaka, bencana.
4. Untuk menjaga Relasi yang harmonis antara Manusia dan Tuhan maka dalam tatanan kehidupan diatur juga tentang ritual-ritual keagaaman, hubungan kekerabatan dan hukum adat.

Tentang Nada
Nada adalah tempat beribadat bagi penganut agama suku Sabu (Agama Asli). Nada pertama didirikan Kika Ga di Kolo Marabbu (generasi 11, Miha Ngara). Nada perkembang menjadi dua, yang satu tetap di Merabbu, yang satu di Kolo Teriwu.
Pada masa Wai Waka (generasi 18) diadakan pembagian wilayah dan masing-masing wilayah didirikan Nada.
Pada masa Robo Aba (Generasi 24) terjadi perpindahan Nada dari Kolo Teriwu ke Namata. Tidak semua yang dipindahkan termasuk Eku (salah satu alat penting). Eku baru berhasil dibawa ke Namata pada masa Mata Lai (generasi 29). Dengan demikian lengkaplah sudah perlengkapan upacara bagi penduduk di wilayah Habba.
Dalam perkembangan disamping Nada di Namata ( Nada Ae Namata ) di bangun Nada di Rai Dana (Nada Ae Gurikebeu). Nada ini juga diurus oleh Mone Ama dari Namata.
a. Batu-batu (wowadu)di Nada Ae Namata, antara lain :
1. Wowadu Piga Hina ;
2. Wowadu Ngellu ;
3. Wowadu Lirru Bella ;
4. Wowadu Dahi Bella ;
5. Wowadu Lawarai (batu peringatan terhadap Hawu Miha di Teriwu;
6. Wowadu Kika Ga;
7. Wowadu Petti Ma Ratu Kaho, dan beberapa batu lainnya yang semuanya ada berjumlah 14 buah.
b. Batu-batu di Nada Ae Gurikeberu, antara lain:
1. Wowadu Ettu (batu Ulat);
2. Wowadu Lale Dahi (batu kiamat atau air bah);
3. Wowadu Lakati (batu penyakit cacar);
4. Wowadu Kolera (batu penyakit kolera);
5. Wowadu Heraba (batu penyakit serampa atau morbili); dan beberapa batu lain.
Perlu diingat bahwa batu dalam agama suku Sabu bukanlah sembahan tetapi merupakan sarana berupa mesbah untuk meletakkan korban persembahan bagi Deo.

Mone Ama (Majelis Adat & Agama).
Dalam tata kehidupan termasuk didalamnya dalam urusan pemerintahan, keagamaan diatur oleh sebuah sistim kemajelisan yang mempunyai fungsi masing-masing. Majelis ini disebut dengan Majelis Mone Ama. Bagi orang Sabu Agama dan Hukum Adat merupakan dasar bagi kehidupan mereka, naik dalam bidang sosial, ekonomi, kesenian. Sehingga segala aspek kehidupan tersebut harus mencerminkan totalitas yang serasi dengan agama (agama suku).
Di Habba pada mulanya Majelis Mone Ama ini cuma terdiri dari 4 orang (masa Roba Aba, genarasi 24) masing-masing adalah:
• Deo Rai
• Do Heleo.
• Rue.
• Pulodo.
Dari majelis ini, yang memimpin kemajelisan adalah yang memangku jabatan sebagai Deo Rai. Hal tersebut dapat dilihat dalam hal perlengkapan upacara serta urutan-urutan dalam pelaksanaan upacara.
Dalam perkembangannya dengan melihat kebutuhan dan permasalahan dalam masyarakat yang semakin kompleks maka jumlah Mone Ama juga bertambah. Di Habba berkembang menjadi 9 orang, yakni:
• Deo Rai.
Tugasnya sebagai pemimpin, penegak syarat agama dan adat serta menjalankan pemerintahan. Memimpin upacara yang bersangkutan dengan tugasnya antara lain; Puru Hogo, Baga Rae, Jelli Ma, Hanga Dimu, Daba, Banga Liwu, Hole. Selain itu juga ia bertugas dalam masalah tanah, paertanian (Kacang hijau) dan yang terakhir adalah tugasnya sebagai pemimpin upacara untuk memanggil hujan.
• Pulodo.
Tugasnya adalah masalah pertanian (padi), kesuburan tanah, kegiatan-kegiatan musim kemarau termasuk sabung ayam, mendampingi Deo Rai dalam upacara Puru Hogo dan upacara lainnya, berkoordinasi dengan Bengu Udu dalam urusan pemerintahan.
• Doheleo.
Mengawasi agar adat ditegakkan secara tertib dan teratur, melihat setiap peristiwa (bencana) yang terjadi karena pelanggaran adat. Memimpin upacara tyolak bala. Masalah pertanian (jagung Rote/ sorgum) serta urusan kesuburan tanah.
• Rue.
Melakukan upacara menghilangkan akibat dari perbuatan haram (tolak bala). Menyelesaikan bencana alam, hama dan wabah penyakit.
• Latia
Memimpin upacara pentahiran yang bersangkutan dengan korban manusia, tanaman dan rumah yang terbakar.
• Bakka Pahi.
Memimpin upacara pentahiran yang bersangkutan dengan korban manusia, tanaman dan rumah akan tetapi tidak terbakar.
• Maukia.
Menangani segala urusan menyangkut peperangan. Menangani apa yang bersangkutan dnega barang-barang yang bersifat haram dari luar, lewat upacara memuat dalam suatu perahu dan dihanyutkan ke laut.
• Kenuhe.
Pada waktu perang dan ada musuh yang terbunuh maka tuganyalah untuk memangku mayat sementara upacara berlangsung.
• Tutudalu.
Setiap mayat dalam pangkuan Kenuhe dikuliti kulit kepala dan ditanam dalam nada dan hal ini dilakukan oleh Tutudalu.

Kalender Adat dan Upacara menurut Siklus Kehidupan Orang Sabu.
Tidak ada satupun aktivitas hidup orang Sabu selama satu tahun kalender yang dapat terpisah dari kehidupan keagamaan. Pola ini ini didasarkan atas 9 amanat Deo Ama, yakni:
• Puru Hogo
• Baga Rae
• Jelli Ma
• Hanga Dimu
• Daba • Banga Liwu
• Hole
• Hapo
• Made

Hal tersebut merupakan syarat agama sekaligus merupakan adat orang Sabu, terutama bagi mereka masih menganut agama asli.
Dalam penyelenggaraan pemenuhan 9 amanat ini maka pelaksanaannya tidak telepas kaitannya dengan kalender kegiatan tahunan. Adapun kalender Tahunan tersebut adalah:

1. Kelila Wadu (Jul-Agust)
2. Tunu Manu (Agust-Sept)
3. Bagarae (Sept-Okt)
4. Ko’o Ma (Okt-Nov)
5. Naiki Kebui (Nov-Des)
6. Wila Kolo (Des-Jan) 7. Hanga Dimu (Jan-Ferb)
8. Daba Akki (Ferb-Mart)
9. Daba Ae (Mart-April)
10. Banga Liwu (April-Mei)
11. A’a (Mei-Juni)
12. Ari (Juni-Juli)

Pelaksanaan 9 Amanat Deo:
• Puru Hogo; diadakan pada bulan Kelila Wadu, saat akan dimulainya kegiatan iris tuak & dan masak gula yang merupakan salah satu bahan makanan pokok orang Sabu.
• Baga Rae; diadakan pada akhir bulan Baga Rae, dengan tujuan;
Sebagai tanda akhir dari kegiatan iris tuak dan masak gula.
Menyumbat mulut tanah agar jangan menelan korban.
Mengecek tentang curah hujan pada musim penghujan yang akan datang.
Memagari daerah agar terhindar dari musuh dan malapetaka.
Mempererat tali persaudaraan antara warga udu dan kerogo.
• Jelli Ma; diadakan pada bulan Ko’o Ma sebagai upacara membersihkan kebun.
• Hanga Dimu; diadakan pada bulan Hanga Dimu, yakni Deo Rai dan Pululodo memulai panen Kacang Hijau dilanjutkan dengan acara Nga’a Hanga Dimu. Setelah itu baru warga boleh memulai panen kacang hijau.
• Daba; dalam daur hidup dikenal tahap; lahir (metana), pemberian nama (pe wie ngara), hapo (pengakuan tentang sahnya anak), daba (baptis), leko wue (belajar memakai pakaian), bagga (sunat) , potong gigi dan perkawinan (peloko nga’a) serta kematian (made).
Daba merupakan rangkaian acara yang dilaksanakan pada hari ketiga setelah panen sorgum dan pesta pado’a. Daba diadakan pada bulan Daba Akki.
• Banga Liwu; diadakan pada bulan Banga Liwu (malam ke 9 dari bulan baru). Dalam rangkai upacara tersebut bertujuan untuk:
Mendinginkan obyek-obyek seperti kebun kapas, kebun kelapa, pinang dan kandang ternak.
Penghormatan terhadap arwah leluhur dengan membawa sirih pinang ke pekuburan leluhur dan malamnya diadakan “Pe-do’a bui ihi”.
• Hole; dilakukan pada hari ke 7 setelah purnama pada bulan Banga Liwu. Salah satu tujuannya adalah melepaskan celaka ke laut serta menutup mulut laut agar hasil yang dari darat jangan terhisap atau tertelan ke dalam laut. Atau dapat dikatakan dengan istilah buang sial.
• Hapo; merupakan acara pengakuan terhadap anak yang dilahirkan.
• Made; upacara yang bersangkutan dengan kematian.

VI. Penutup.
Dan dari hal-hal yang tersebut diatas maka saya ingin menyampaikan tentang beberapa hal untuk bagian akhir dari tulisan ini bahwa saya sangat tidak sependapat dengan penyebutan jingitiu bagi Agama Suku Sabu. Penyebutan tersebut merupakan penyalahan arti dan merupakan penghinaan bagi orang Sabu serta menujukkan ketidak tahuan atau kurang mengertinya orang tentang tatanan kehidupan, adat istiadat dan Sistem kepercayaan orang Sabu. Saya lebih setuju dengan pendapat dari:
1. Pdt. Victor I. Tanya, PhD, yakni: Melihat pada kenyataan bahwa sebagian besar penduduk di Tanah Air kita yang belum menganut salah satu agama tidak dapat begitu saja digolongkan sebagai orang yang tidak ber-Tuhan atau kafir. Dalam kepercayaan yang beragam di muka bumi persada kita, kesemua pemeluknya mempunyai kesadaran, kepercayaan dan praktek-praktek beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perlu diingat bahwa apa yang disebut dengan Politeisme (menyembah Allah yang Banyak) sebenarnya tidak ada tetapi cuma karena ada kesalah pahaman tentang Zat Ilahi yang satu yang menampakkan wujudnya dalam berbagai bentuk. Agama-agama sukupun tidak politeisme namun monoteisme. Sehingga sungguh adil bila kepercayaan-kepercayaan tersebut diberikan kedudukan hukum, sosial dan politik yang sama dengan agama lain.

2. Pdt. DR. Eka Darma Putra, dalam artikelnya berjudul “Inter-Relationship Among Religious Group In Indonesia”. Dalam karangan tersebut mengangkat beberapa renungan bagi kita: Apakah kita adalah saksi dari Kristus ataukah saksi dari Agama Kristen? (Kisah 1:18). Kalau kita saksi dari Kristus, maka hendaknya kita renungkan bahwa Allah yang diperkenalkan oleh Yesus adalah bukan Allah dari suatu agama tertentu, Allah yang hanya disembah secara ekslusif melalui ritus tertentu pada tempat tertentu? Bukankah Yesus telah merelatifkan klaim yang bersifat absolut dan ekslusif dari satu agama tertentu? (Yoh 4:21-23 & Mat 7: 21- 23) Apakah yang paling penting bagi Yesus, ajaran dan kata-kata yang indah ataukah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Atau yang lebih tegas yang diambil dari bacaan Kisah 24:14 yakni bahwa: Apakah yang dimaksudkan dengan agama Kristen dan para pengikutnya yang percaya kepada Yesus yang adalah Jalan kepada Tuhan, ataukah yang dimaksudkan Yesus pada bacaan itu adalah bukan agama yang benar, melainkan Jalan yang benar yang dimaksudkan oleh Yesus yaitu Dirinya sendiri?

Dengan demikian seiring dengan hal tersebut maka kita selalu diingatkan agar kita jangan mudah untuk mencela agama atau kepercayaan lain termasuk agama suku. Tapi marilah kita selalu mengemban tugas yang telah dimandatkan kepada kita sebagai saksi Kristus. 
CoPas dari  http://ika-tim.blogspot.com/2009/09/agama-suku-sabu.html

Serangan Stres dan 7 akibatnya

Sudah banyak diketahui bahwa stres bisa menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan seseorang. "Perlu ada manajemen stres yang baik agar stres tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius dan buruk bagi tubuh," tukas Rustika Thamrin, SPsi, CHt, CI, MTLT, psikolog dari Brawijaya Women and Children Hospital, dalam acara "How to be a Happy and Productive Career Women" di Thamrin Nine, Jakarta, beberapa waktu lalu. Akibat stres tidak hanya tampak kondisi wajah yang murung atau lekas tersinggung dan marah. Ada beberapa akibat lain yang tanpa Anda sadari bisa mengganggu aktivitas Anda sehari-hari:

1. Emosi negatif.
Hal yang paling mudah terlihat ketika Anda mengalami stres adalah adanya emosi negatif yang tidak stabil sehingga menyebabkan seseorang menjadi mudah marah karena emosi yang tidak terkontrol.

2. Perilaku buruk.
"Stres bisa memicu perbuatan buruk seseorang, misalnya mengonsumsi narkoba, atau bunuh diri. Hal ini sebagai bentuk penyimpangan karena dia tidak mendapatkan kesenangan dalam hidupnya sehingga dia mencari pelampiasan dengan melakukan perbuatan buruk," tambahnya.

3. Konsentrasi terganggu.
Stres sangat memengaruhi pikiran Anda, termasuk dalam berfokus pada sesuatu hal. Jangankan mengerjakan beberapa hal sekaligus, melakukan satu hal saja kadang-kadang membutuhkan waktu lama. Kalau sudah begini, Anda akan sulit menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas.

4. Gangguan makan.
Pada beberapa orang, stres bisa membuat seseorang kehilangan selera makan, atau sebaliknya, membuat keinginan makan menjadi bertambah berkali-kali lipat. Jelas gangguan makan ini akan berakibat buruk bagi pengidapnya. Tak ada yang ingin menjadi obesitas gara-gara stres, kan?

5. Hiperaktif.
Hiperaktif di dalam otak menyebabkan orang tidak dapat berpikir secara normal. Mereka bisa membuat keputusan tanpa dipikirkan lebih dulu, salah menilai orang lain, memori pun terganggu. Pada akhirnya, kondisi ini akan menyebabkan timbulnya masalah bagi dirinya sendiri.

6. Mudah sakit.
Stres sangat memengaruhi kekebalan tubuh seseorang sehingga akan menyebabkannya mudah terserang penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang tubuh ketika stres adalah migrain dan juga maag. "Sekitar 80 persen orang mengalami masalah kesehatan karena disebabkan oleh gangguan fungsional dalam tubuh akibat stres sehingga hormonnya terganggu. Sedangkan 20 persennya adalah benar-benar karena alasan kesehatan yang menurun atau luka," jelas Rustika.

7. Insomnia.
Stres bisa mengganggu otak dan memberi beban berat sehingga memengaruhi waktu tidur dan juga kualitas tidur. Jangan lupa, insomnia bukan masalah berapa jam Anda tidur, melainkan lelap-tidaknya Anda tidur. Meskipun Anda menghabiskan tujuh jam di atas tempat tidur, misalnya, tetapi jika Anda tak dapat mengistirahatkan pikiran, itulah saat Anda mengalami insomnia.
CoPas dari http://koran-remaja.blogspot.com/2012/02/7-akibat-dari-serangan-stres.html

Selasa, 13 November 2012

Dogmatika tentang keputusan Allah


A.       Keputusan Allah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa keputusan adalah suatu hal yang berkaitan dengan segala putusan yang telah ditetapkan (sudah dipertimbangkan, dipikirkan dsb); ketetapan; sikap terakhir (langkah yang harus dijalankan).[1]  Dari pendapat ini, menunjukkan bahwa keputusan merupakan suatu hal yang telah diputuskan dengan penuh pertimbangan dan ditetapkan, dan yang harus dijalankan.
Dalam membahas mengenai keputusan Allah yang menjadi pokok atau yang telah ditekankan adalah bagaimana Allah itu menetapkan suatu putusan menjadi suatu putusan yang menjadi suatu keputusan yang penuh dengan pertimbangan tentang apa yang telah dikehendaki Allah atau yang telah direncanakan-Nya dalam melaksanakan keputusan tersebut.  Allah dalam mengambil keputusan itu adalah kekal dan keputusan yang telah ditetapkan tidak akan pernah berubah, hal ini juga menandakan bahwa Allah itu tidak pernah berubah.  Seperti yang dikatakan  A. A. Hodge:
The decree og God is His eternal, Unchangeable, holy, wise and soveregn purpose, comprehending at once all thing that ever where or will be in their causes, conditions, successions, and relation, and determining their certain futurition.[2] (Keputusan Allah adalah kekekalan-Nya, tidak dapat dibantah, suci, bijakasana dan maksud yang berdaulat, memahami segala sesuatau bahwa pada saat atau kehendak dalam masalah mereka, kondisi, penggantian dan hubungan-hubungan dan ditentukan pasti akan terjadi).
Keputusan Allah yang berdaulat dan kekal pastilah akan terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya.  Sehubungan dengan itu,  J. Erikson juga mengatakan bahwa rencana Allah sebagai keputusan kekal-Nya yang membuat pasti segala sesuatu akan terjadi.[3]  Allah telah mengetahui segala sesuatu yang ada pada manusia baik situasi dan  kondisi manusia serta semua yang ada pada manusia diketahui oleh Allah, bahkan tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dihadapan Allah, hal ini juga menandakan akan kemahatahuan Allah.  Sama seperti yang dikatakan  James P. Bois, yaitu The decree of God may be difined as that just, and holy porpuse or plan by which eternal, and whitin Himself He determines all thing Wharsoever that come to pass.[4]  (keputusan Allah dapat didefinisikan sebagai tujuan kudus atau rencana dari kekekalan dan di dalam diri-Nya sendiri menetapkan segala sesuatu yang terjadi).  Dari pendapat ini lebih ditegaskan lagi oleh Charles Hodge bahwa The decrees of God are His eternal porpuse, acording of His will, mhere by for His own glory, he hath forerdained what soever come to pass.[5] (keputusan-keputusan Allah adalah maksud kekal-Nya, sesuai dengan keputusan kehendak-Nya, yang mana untuk kemuliaan diri-Nya, Dia memutuskan akan terjadi). 
Tak dapat dipungkiri bahwa Keputusan Allah itu kekal dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebelum dunia diciptakan, ini hanya untuk kemuliaan diri-Nya sendiri sesuai dengan rencana kehendak-Nya yang berdaulat.  J. W. Brill berpendapat bahwa sejak permulaan dunia ini, karena kemahatahuan-Nya, Allah telah memilih orang-orang yang akan bertobat dan percaya kepada-Nya.[6]  Dari pendapat ini telah jelas bahwa Tuhan sejak semula memilih umat kepunyaan-Nya.  Dari pendapat ini lebih jelas lagi yang dikemukakan oleh Gharles Hodge bahwa:  The decree of God is the act of an infinite, absolute, eternal, unchangeable, and soverign person, comprehending a plen including all His work of all kinds, great and small, from the beginning of creation to an unending eternity.  (keputusan Allah merupakan sebuah tindakan yang tidak terbatas, mutlak, kekal, tidak dapat dibantah dan berdaulat, memahami sebuah rencana termasuk semua pekerjaan dari kebaikan hati-Nya, besar dan kecil, dari permulaan penciptaan sampai pada kekekalan). 
Segala sesuatu yang terjadi dalam dunia semua berdasarkan apa yang diputuskan oleh Allah sesuai dengan keputusan dan kehendak-Nya.  Allah tidak bergantung kepada apa dan siapa pun juga dan Allah berdaulat, hal ini berarti bahwa keputusan Allah juga tidak bergantung dan berdaulat.  Sama seperti yang  dikemukakan oleh Martyn Lloyn-Jones bahwa all the decree of God are uncconditional and sovereign.[7]  Tidak membutuhkan nasehat dan arahan dalam keputusan (Yes. 40:12-26).  Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya telah dilakukan dan tidak ada sesuatu apapun yang dapat menggagalkan rencana-Nya.  Keputusan yang ada dalam diri Allah adalah dari Allah tritunggal.  Mengapa ?  Oleh karena, segala sesuatu yang trejadi ada dalam rencana dan kehendak dari Allah Tritunggal.  Misalnya, dalam kej. 1:26 menunjukkan suatu keputusan Allah Tritunggal dalam menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupa Allah.  Walaupun dalam karya penciptaan adalah pekerjaan Allah Bapa, tetapi bukan berarti bahwa Allah anak dan Allah Roh Kudus terlepas dalam hal itu, dan begitu juga dengan sebaliknya.  Keputusan Allah Tritunggal sudah ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.  Hal ini juga menandakan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan keputusan-Nya.  Dalam diri Allah Bapa, Allah Anak dan Alah Roh Kudus tidak bergantung kepada siapa pun dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebab Allah adalah Allah yang hidup.  keputusan Allah adalah kehendak-Nya yang berkenan kepada-Nya. Apa yang telah diputuskan oleh Allah pada masa lalu, tidak berbeda dengan keputusan sekarang dan keputusan-Nya yang akan datang dikemudian hari.
Allah dalam melaksanakan keputusan-Nya itu semua berdasarkan kasih dan anugerah, dan kehendak-Nya. William Ames berpendapat bahwa The decree of God is firm decision by which He performs all things trhoungh His almighty power according to His counsel.  Eph. 1:11, He does all things out of the counsel of His own will.[8]   (keputusan Allah merupakan putusan-Nya yang teguh, yang mana Ia melaksanakan semuanya itu melalui kemahakuasaan-Nya sesuai dengan keputusan atau rencana-Nya.  Ef. 1:11, Dia melaksanakan semuanya itu menurut keputusan kehendak-Nya). 
Putusan Allah tidak dapat diselidiki oleh pikiran-pikiran manusia.  Keputusan Allah tidak pernah dinyatakan kepada manusia, sehingga manusia tidak mungkin siapa yang telah dipilih dan ditolak oleh Allah.  Perintah Allah diberikan kepada manusia untuk ditaati dan dilaksanakan dengan penuh takut akan Tuhan.  Dalam diri Allah ada hikmat yang sempurna dan dengan kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui segala sesuatu.  Contohnya Allah dalam mempredestinasi umat manusia untuk kehidupan yang kekal, telah ditentukan oleh Allah sejak semula, sejak segala sesuatu belum diciptakan (Ef. 1:4), sesuai dengan maksud-Nya yang kekal itu (ketetapan) dan tak berubah-ubah, dan menurut rencana serta perkenaan kehendak-Nya memilih mereka yang telah dikhususkan dalam Kristus untuk mendapatkan hidup yang kekal. 
Allah adalah Allah yang tidak terbatas dan manusia adalah ciptaan yang terbatas. Manusia tidak dapat mengetahui atau menyelami rencana Allah dalam keputusan-Nya, olrh karena menusia telah dibutahan dalam dosa.  Dan bagaimana mungkin yang terbatas dapat mengetahui apa yang direncanakan, dikehendaki oleh atau yang diputuskan oleh Yang Tidak Terbatas.  Dalam hal juga maka rasul Paulus menyeruhkan keapda jemaat di Roma “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah.  Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.  Dalam ayat ini Rasul Paulus menekankan bahwa Allah yang meberikan keputusan-Nya itu adalah Allah yang Mahatinggi, Mahahikmat, sehingga dalam semuanya itu sesungguhnya menusia tidak dapat memahami-Nya dalam segala rancangan-Nya, hikmat-Nya,pengetahuan-Nya dan dalam keputusan-keputusan-Nya.
Allah menyatakan dan menetapkan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan-Nya itu dalam penciptaan, providensi, predestinasi dan keselamatan  umat-Nya.  Apa yang allah telah putuskan itu ditetapkan dan pasti terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.  Keputusan yang telah ditetapkan itu, itu merupakan keputusan Allah yang pasti akan terjadi dan tidak akan pernah berubah.  Keputusan Allah berkenaan dengan manusia di dalam Kristus, malaikat-malaikat dan orang-orang dpredestinasi oleh Allah bahkan iblis dan seluruh pengikutnya dari semula telah ditetapkan oleh-Nya.  Itu semua ada dalam putusan Allah dan juga keputusa npemilihan dan penolakan termasuk di dalamnya.  Rev. G. H. Kersten, mengatakan bahwa, The counsel of God concerns Christ and His people, angels, and man, elect and reprobate.[9]  (Keputusan Allah berkenaan dengan Kristus dan orang-Nya, malaikat dan manusia, pemilihan dan penolakan). 
Keputusan dan ketetapan Allah salingberkaitan erat dan tidak dapat untuk dipisahkan.  Sebab, telah dikatakan di atas tadi bahwa apa yang telah diputuskan oleh Allah ditetapkan pasti akan terjadi.  Apapun yang Allah tetapkan berkenaan dengan ciptaan-Nya di dalam dunia bersifat kekal, tidak berubah, suci, penuh rahmat dan akan terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.  Dalam hal ini Loraine Boettner mengatakan bahwa, Ia menetapkan jalan-Nya dalam dan memimpin jalan-Nya sejarah hingga ke detil yang terkecil.  Maka ketetapan-ketetapan-Nya bersifat kekal, tidak berubah, suci, penuh rahmat dan berdaulat.[10]
Dari pendapat diatas juga dikemukakan oleh Dj. Zandbergen, bahwa; menurut keputusan Allah orang menerima dan menolak Injil.  Ia akan menarik dan melepaskan mereka yang dipilih-Nya dalam kehendak keputusan-Nya.  Keputusan Allah adalah sumua yangtelah diputuskan Allah dan kekal akan terjadi pada waktunya.[11]  Dan pendapat ini memberikan pandangan bahwa itulah ketetapan Allah yang sesungghnya dan yang berdasarkan kedaulatan Allah.   Jadi dalam ketetapan Allah apa sebenarnya yang dimaksudkan?  Di sini Louis Berkhof mengemukakan bahwa ketetapan Allah itu sebagai tujuan kekal Allah sesuai dengan pertimbangan kehendak-Nya, di mana demi kemuliaan diri-Nya sendiri, Ia telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi.[12]  Keputusan dan ketetapan Allah itu keduanya mempunyai tujuan yang kekal yang berdasarkan kedaulatan dan kehendak-Nya, menetapkan segala sesuatu akan terjadi dan itu semua hanya semata untuk memuliakan diri-Nya sendiri.  Dalam keputusan itu Allah memutuskan segala sesuatu akan terjadi, juga berdasarkan kehendak kedaulatan-Nya serta menetapkan itu semuanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan (untuk kemuliaan diri-Nya sendiri).
Dalam ketetapan Allah ada keputusan-Nya yang berdasarkan kehendak-Nya.  Dlaam hal ini, G. I. William mengatakan bahwa ketetapan Allah itu adalah maksud kekal-Nya yang sesusi keputusan kehendak-Nya, untuk kemuliaan diri-Nya sendiri.  Ia telah dari semula menentukan apa yang akan terjadi.[13] 
B.       Predestinasi Allah
Istilah predestinasi merupakan suatu ketetapan yang menunjukkan tujuan Allah yang berkaitan dengan manusia atau dengan kata lain takdir Ilahi terhadap umat manusia.  Dan juga kata tersebut merupakan salah satu dari keputusan-keputusan Allah, karena kata tersebut menunjukkan keputusan Allah dalam memutuskan sebagian orang yang diselamatkan dan sebagian orang lagi dibiarkan-Nya binasa.  Jikalau kita melhat kata predestinasi mengandung makna bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya, pengetahuan dan rahmat-Nya yang kekal, telah menetapkan segala sesuatunya akan terjadi.  Apa pun yang Allah putuskan dan tetapkan pasti akan trejadi sesuai dengan rencana kehendak-Nya. Jadi,  apakah yang dimaksud predestinasi itu sebenarnya?
Johanes Calvin mengatakan bahwa Predestinasi itu kita namakan keputusan Allah yang kekal yang dengannya Dia menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi atas tiap orang.  Sebab, tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama, tetapi untu yang satu ditentukan kehidupan yang kekal, untuk yang lain hukuman yang abadi.[14]
Di sini jelas bahwa dengan keputusan Allah yang kekal tidak pernah berubah-ubah Allah telah menentukan orang-orang mana yang hendak diterima dalam keselamatan itu dan yang dibiarkan-Nya binasa.  Pendapat ini juga dikemukakan oleh Louis Berkhof bahwa kata predestinasi mengandung arti pertimangan Allah berkenaan dengan manusia yang jatuh kedalam dosa termasuk pemilihan yang berdaulat dari sebagian orang dan penlakan atas sebagian yang lain.[15]
R. C. Soprul mengatakan bahwa Alkitab dengan jelas mengajarkan tentang predestinasi, Allah menetapkan untuk memilih dan menyangkal adanya keselamatan yang bersifat universal.[16]  Dari pendapat ini dijelaskan bahwa tidak semua orang dipilih untuk mendapatkan hidup yang kekal atau tidak bersifat unuversal.  Dalam hal ini perlu diingat bahwa dalam Allah memilih dan tidak, hal ini menunjukkan keadilan Allah danbukan sebaliknya.  Dan jikalau kita perhatikan bahwa kedatangan Yesus Kristus kedalam dunia ini bukanlah untuk semua orang, melainkan bagi bagi mereka yang telah dikhususkan oleh Allah.  Dari situ jelas bahwa ada yang ditentukan untuk dipilih dan ada pula yang ditentukan untuk ditolak.  Stephen Tong menjelaskan tentang keinginan Allah yang menginginkan orang pilihan-Nya bertobat adalah Allah yang juga mengatakan bahwa Allah membiarkan sebagian orang lainmenjadi keras hati supaya jangan bertobat dab jangan diselamatkan.[17]  Keinginan Allah dalam menginginkan orang pilihan dan mengeraskan ati orang yang terbuang, itu keputusan Allah yang berdaulat yang menunjukkan kasih dan kedaulatan-Nya.  Hal ini lebig jelas lagi yang ditekakan oleh Yakub Tomatala mengatakan bahwa, predestinasi menunjuk kepada pemilihan Allah atau seleksi (eleksion) atas orang-orang yang diselamatkan-Nya; dan dalm predestinasi Allah menetapkan ‘membiarkan’ siapa yang binasa dan ditimpa murka Allah (Probatioan/reprobation), untuk mengalami kebinasaan kekal.[18] 
Dalam predestinasi Allah (eleksi) jelas bahwa rencana-Nya yang kekal, Allah telah menetapkan akan ada bagi-Nya suatu umat yang memiliki persekutuan kekal dengan Dia untuk menukmati seluruh perjanjian berkat Allah yang telah dijanjikan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya.  Pada sisi lain, predestinasi Allah, Allah pun menunjukkan kemaha-adila-Nya dan Ke-bijasanaan-Nya yang oleh-Nya Ia menetapkan untuk membiarkan manusia lain menjalani jalanan yang berdosa, sehingga pada akhirnya mereka terbukti mereka menjalani hukuman yang kekal.  Dalam konteks inilah, terbukti kedaulatan, keadilan serta kebijaksanaan Allah dalam segala rancangan serta keputusan Allah yang kekal yang tidak mungkin keliru serta tidak berkesalahan pada segala aspek.
Dalam predestinasi itu menunjukkan bahwa Allah adakah berdaulat serta kekal, yang oleh-Nya dan di dalamnya ada rancangan dan rencana yang kekal bagi umat manusia dan segala ciptaan tuhan (Mal. 3:6; Rm. 1;20-21; Ul. 33:27 dan Yes. 57:13).
Beretolak dari hal tersebut di atas Allah menentukan orang yang telah dipilih-Nya dari sejak dahulu bukan berdasarkan atas perbuatan-perbuatan baik manuisa dan hal itu bukanlah suatu tolak ukur bagi Allah untuk menentukan sebagian orang sebagai pilihan-Nya.  Akan tetapi, semuanya itu berdasarkan kasih dan anugerah-Nya yang cuma-cuma.  Dengan kata lain, putusan Allah ini tida bersyaratkan pada tindakan-tindakan atau perbuatan-prbuatan baik manuisa serta menunjukkan keadilan-Nya pada orang-orang yang tidak dipilih-Nya.  Dalam hal ini Edwin Palmer mengatakan bahwa pemilihan ini merupakan pemilihan yang tidak bersyarat.  Allah tidak pernah mendasarkanpilihan-Nya pada apa yang dipikirkan, dilakukan manusia atau keberadaan manusia.  Allah tidak mencari sesuatu yang baik pada seseorang.[19]  Lebih dipertegas lagi, dalam Pengakuan Iman Gereja Belanda yang mengatakan bahwa:  Allah menarik mereka dalam putusan-Nya yang kekal dan tidak berubah-ubah telah dipilih-Nya, hanya karena kebaikan-Nya dan belas kasihan-Nya, dalam Tuhan kita Yesus Kristus dengan tidak memperhatikan perbuatan-perbuatan mereka.  Tetapi, yang lain-lain agar ditinggalkan-Nya dalam keruskan dan penghukuman itu, agar dalam diri mereka menunjukkan keadilan-Nya.[20]   
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, ada dua bagian sisi dalam predestinasi.  Yang pertama, dari sejak semuala Allah telah menentukan dan menetapkan sebagian orang tertentu menjadi pilihan-Nya (pemilihan/seleksi).  Yang kebua, disamping Allah menentukan orang-orang pilihan-Nya berdasarkan kehendak dan rencana, Ia juga menetapkan sebagian orang ditinggalkan-Nya dalam penghhukuman dan kebinasaan (penolakan/reprobasi).  Edwin Palmer mengatakan bahwa predestinasi terdiri dari dua bagian :  pemiliahn dan penolakan.  Pemilihan adalah bagi mereka yang menuju ke sorga dan penolakan adalah bagi mereka yang menuju ke neraka.[21]
1.       Pemilihan
Kata pemilihan  menunjuk pas suatu tindakan atau karya Allah yang berdsarkan rahmat-Nya, menarik orang-orang pilihan-Nya yang telah ditentukan-Nya jauh sebelum dunia dijadikan, dengan tujuan untuk menyelamatkan teristimewa untuk memuliakan diri-Nya sendiri.  Dan itu semuanya sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.  Bruce Milna,  menguraikan bahw apemilihan adalah karya anugerah Allah yang meilih individu-idividu serta kelompok untuk suatu rencana dan tujuan sesuai dengan kehendak-Nya.[22]  Dan juga pemilihan tersebut tidak berdasrkan pada kondisi dan situasi yang ada pada manusia.  Seperti yang dikatakan oleh Yakub B. Susabda, Unconditional election-pemilihan Allah yang sama sekali tidak pada kondisi dan kebaikan menusia[23]  
Di dalam Alkitab kita dapat melihat bagaimana Allah memilih dan memanggil Abraham dengan tujuan untuk menjadikan dia menjadi sebuah bangsa yang besar (Kej.11: 31-12:7). Allah memamnggil pulang bangsa Isrel yang menjadi budak di tanah Mesir untuk kembali ke negeri yang dijanjikan (kel. 3:6-10).  Sehubungan antara Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yes. 42:1-2; 53:10-11) dan sehubungan dengan Yesus Kristus sebagai sasaran pemilihan yang bersifat khusus (Luk. 9:35; 1 Pet. 2:4-5).  Dan masih banyak lagi.  Jadi, apa sebenarnya pemilihan itu?  Louis Berkhof mengatakan bahwa arti pemilihan adalah:
a.         Pemilihan atas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah yang mendapat tugas khusus, Ul. 4:7; 7:6-8; 10:15; Hos. 13;5.
b.        Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk tugas atau jabatan tertentu atau untuk melakukan pelayanan tertentu, seperti Musa, para imam, para nabi dan para rasul.
c.         Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk menjadi anak-anak Allah dan pewaris dari kemuliaan-Nya.[24]
Ada banyak arti yang terkandung dalam kata pemilihan, tetapi yang hendak ditekankan adalah bagaimana Allah memilih umat-Nya yamg khusus yang telah ditentukan dalam Kristus dari sebelum dunia ijadikan (Ef. 1:4).  Selanjutnya Louis Berkhof mendefinisikan kata tersebut sebagai tindakan kekal allah di mana Ia dalam kesukaan dalam kesukaan kedaulatan-Nya tanpa memperhitungkan jas adan kebaikan manuisa memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus dan keselamatan.[25]  Hal ini juga sama yang dikemukakan oleh Wilhelmus A. Brakel, mengatakan bahwa:  Election is the foreordination of God Whereby He eternally, certaninly, and sovereign has decreed to lead some speific individuals, unto eternal salvation, not because of foreseen faith or good pleasure, to the glory of His grace.[26]  (Pemilihan adalah prapengetahuan Allah, di mana Allah memiliki keputusan yang kekal, pasti dan tidak berubah untuk memimpin secaya khusus beberapa individu pada keselamatan yang kekal, bukan karena iman dan perbuatan-perbuatan baik, melainkan pemberian yang murni oleh keistimewaan-Nya dan kesukaan kedaulatan, untuk memuliakan kasih karunia-Nya).
Jelas bahwa pemilihan yang dimaksudkan adalah tindakan kekal Allah yang dengan kedaulatan-Nya dalam memilih umat-Nya.  Sekali lagi tanpa memperhitungkan apa yang ada pada manuisa.  Tindakan Allah itu nyata dalam diri yesus kristus.  Hanya karena kasih dan anugerah-Nya, kepada orang-orang yang layak untuk dihukum dan dimurkaikarena dosa.  Henry B. Thiessen mengatakan bahwa, pemilihan itu meruoakan suatu tindakan kasih karunia, karena Allah memilih orang yang sama sekali tidak layak untuk diselamatkan.[27] 
Jikalau kita perhatikan sebenarnya banyak arti dari kata pemilihan itu, seperti yang telah dikemukakan di atas.  Karena ada banyak tindakan pemilihan dan sejarah umat Tuhan.  Akan tetapi, berhubung dengan pemilihan Tuhan kepada orang-orang tertentu untuk diselamatkan hanya ada satu pemilihan saja dan tidak pernah berubah-ubah, yaitu keputusan Allah yang berdaulat memilih dan menyelamatkan mereka dan memberikan hanya kepada mereka saja kehidupan yang kekal.  Secara jelas C. J. Haak mengatakan bahwa:  Pemilihan oleh Allah berarti suatu keputusan Allah yang tak berubah-ubah untuk memilih, oleh sebab kerelaan kehendak-Nya yang bebas san berdaulat dan karena kasih anadi-Nya, sebelum dunia dijadikan sejumlah orang tertentu, yang dalam kristus sebagai gereja-Nya, yang sama berdosa dengan orang-orang yang tak terpilih, dari seluruh kaum manusia, agar mereka itu beroleh keselamatan yang kekal.[28]  Maksud dan tujuan dalam tindakan Allah ini, tidak lain hanua untuk keselamatan orang pilihan dan teristimewa hanya untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya.  Allah memilih orang-orang yang telah ditentukan-Nya dari sejak semula dalam diri Yesus kristus dan hanya menunjukkan satu jumlah yang terbatas.  Dalam hal ini
Louis Berkhof mengatakan bahwa, Alkitab berulangkali menyebut yang kepadanya Kristus memberikan hidup-Nya dengan satu cara untuk menunjukkan satu jumlah tertentu yang terbatas.  Bagi mereka uia menerita dan mati dan mereka disebut oleh Kristus sebagai “domba-domba-Nya”, Yoh. 10:11, 15, “Gereja-Nya”, Kis. 20:28; Ef. 5:25-27, “Umat-Nya”, Mat. 1:21, dan (Orang Pilihan), Rm. 8:32-35.[29] 
Kristus adalah Juruselamat bagi orang percya kepada-Nya.  Dia datang dan mengosongkan diri-Nya serta mengambil rupa sebagai seorang hamba hanya untuk menyelamatkan manusia dari dosa.  Yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan dan yang tidak percaya akan binasa karena kedegilan dan kekerasan hati-Nya.
Dengan anugreah-Nya Allah menarik umat kepunyaan-Nya, yang telah ditentukan-Nya dari kekal sampai kekal.  Dalam anugerah-Nya Allah menginsafkan kita, supaya kita menyadari akan kemalangan hidup kita yang penuh dengan dosa, yang sebenarnya pantas untuk dimuerkai oleh Allah.  Oleh sebab itu, dengan hati yang percaya, dan penuh pengharapan di dalam Yesus Kristus merendahkan diri dihadapan Allah, karena kita tidak berhak sedikit pun memegahkan diri dihadapan Allah. 
Duane Edward Spenser mengatakan, The Calvinist insist that salvation is based on the free will of God, and since god is omnipotent, His grace cannot be resisted.[30]  (Calvinis dengan tegas mengatakan bahwa keselamatan berdsarkan kehendak bebas Allah, karena Allah itu Mahakuasa, anugrah-Nya tidak dapat ditolak).  Dalam hal ini, seorang calvin menegaskan bahwa keselamatan yang diperoleh oleh manuisa itu, sepenuhnya hanya rahmat allah yang berdasarkan kehendak-Nya sendiri.  Dan juga orang dipilih oleh Allah tidak dapat menolak hal itu.  Dari pendapat ini sama juga yang dikemukakan oleh Dieter Becker yang mengatakan bahwa keselamatan terjadi hanya oleh anugerah, tetapi bukanlah tanpa manuisa.[31]  
2.      Penolakan
Penolakan sama seperti kata pemilihan, kata penolakan juga menunjukkan tindakan Allah dalam keputusan-Nya untuk tidak memilih sebagian orang tertentu atau membiarkan mereka dalam keadaan dosa, yang hasilnya mereka akan mendapat penghukuman yang kekal.  Supaya nyata dan terbukti keadilan Allah dalam diri mereka yang tidak menerima kayra keselamatan yang ada dalam diri Yesus Kristus.  Dalam hal penolakan Allah, telah nyata dalam Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau.  Hal itu sudah ada dalam keputusan Allah sejak dari semula, dari kekal dan manusia tidak pernah tahu akan hal itu, karena Allah memang tidak menyatakan keputusan-Nya kepada manusia.  Allah sudah menetapkan bahwa yang tua akan melayani yang muda.  Pada sisi lain kita juga melihat bahwa meskipun Rut dan Orpa mendapat pemberitaan Injil yang ama dari naomi, namun Allah meilih Rut dan membiarka Orpa utuk kembali pada bangsanya yang berhala.
Wilhelmus mengatakan bahwa: We define refrobation to be the predestination of some specific, individuals, idenfied by name, uot of sovereign good pleasure to the menifrstation of God’s justice in them by punishing them for them for their sains.[32]  (kita mendefinisikan penolakan sebagai predestinasi pada bebrapa individu, ditetapkan oleh nama, karena kesukaan kedaulatan-Nya, untuk mwnytakan kedaulatan Allah dalam diri mereka denganmenghukum mereka karena dosa-dosa mereka). 
Keputusan penolakan allah itu, sedah ditetapkan Allah dari sejak semula jauh sebelum dunia dijadikan, dan Allah memilih sebagian orang-orang tertentu. 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam keputusan predestinasi ada dua sisi penting, yaitu pemilihan dan penolakan.  Dlam menjelaskan kedua kata ini sering disebut dengan sisi fositif dan negatif.  Sisi fositif menunjukkan pemiliihan Allah.  Dalam hal ini R. L. Dabney mengatakan bahwa if the negative part of decree predestination the must be spoken of as a decree of refrobation.[33] (Jika memandng sisi negatif dari predestinas itu, maka yang dibicarakan adalah keputusan penolakan Allah).  Negatif memang suatu hal yang buruk dalam kenyatannya, dan itulah yang harus dijalano oleh orang yang mengeraskan hatinya untuk tidak percaya kepada Allah.  Allah bertindak dalam semuanya itu untuk menyatakan kemuliaan diri-Nya dalam umat yang terbuang.

DAFTAR PUSTAKA
Ames, William. The Marrow of Theology, Tranlate from latin with an introduction by john Dykstra Eusden.
Becker, Dieter. Pedoman Dogmatika, Suatu Kompedium Singkat, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2000.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1, Doktrin Kristus, Pen: Yudha Thianto, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1; Doktirn Allah, Pen: Yudha Thianto, Cet-6, Momentum (LRII), Surabaya, 2004.
Boettner, Loraine. Reformed Faith, Pen: Hendry Ongko Widjojo, Cet-1, Surabaya, Momentum, 2000.
Bois, James P. Abstract of Systematic, Rerinted by the Dulk Christian Foundation, Handford, 1887.
Brakel, Wilhelmus A. The Christian’s Reasonable Servis, Vol. 1, Traslated by Bartel Elshout, second Printing, Roterdam, D, Bolle the Neherland, 1992.
Brakel, Wilhelmus A. The Cristian’s Reasonable Service, Vol.1, Translated by Bartel Elshout,  Second Printing, Roterdam, D. Bolle The Nederland, 1992.
Brill, J. W. Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Kudus, Bandung.
Calvin, Johanes. Institutio; Pengajaran Agama Kristen, Pen: Th. Van den End dkk, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2003.
Dabney, R. L. Sistematic Theology, First banner of Truth Editon, USA, The banner of Truth Trust, 1993.
Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2000.
Erikson, Millard J. Teologi Kristen, vol. 1, Cet-1, Malang, Gandum Mas, 1999.
G.  I. Katekismus Singkat Westminster, Pen: The Boen Giok, Cet-1, Momentum, Surabaya, 1999.
Haak, C. J. Dogmatika Reformasi; Pemilihan, Cet-3, 1988.
Hodge, A. A. Outlines Theology, The First Published by the Barner of Truth Trust, Reprinted, 1991.
Hodge, Charles. Systematic Theology, Vol. 1, USA, wm. B. Eedmans Pubblising Company Grand Rapids, 1997.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pembinaan Pengembangan Bahasa, Ed-2, Cet-19, Balai Pustaka, Jakarta, 1992.
Kersten, Rev. G. H. Reformed Dogmatics, Vol. 1, Second Printing, USA.
Lloyn-Jones,  Martyn. God the father God the Son, Firt Printing, USA, 1996.
Milna, Bruce. Mengenal Kebenaran; Panduan Iman Kristen, Pen: Connie Item-Corputty, cet-3, Gunung Mulia, Jakarta.
Palmer, Edwin. Lima Pokok Calvinisme, Pn: Elsye, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996.
Soprul, R. C. Dasar Iman Kristen, Pen: Rahmiati Tanudjaja, Cet-4, Departemen Literatur SAAT, 2002.
Spenser, Duane Edward. TULIP; the Five Points of Calvinis in the Ligth of Scriptura, Cet-18, USA, 1998.
 Susabda, Yakub B. Pengantar ke dalam Teologi Reformed, et-2, Momentum (LRII), Surabaya, 2001.
Thiessen, Henry B. Teologi Sistematika, Cet-4, Gunung Mulia, jakarta, 1997.
Tomatala, Yakub. Yesus Kristus Juruselamat Duia; Satu-satunya Jawaban Atas Masalah, Cet-1, YT Leadership Foundation, Jakarta, 2004.
Tong, Stephen. Siapakah Kristus?; Sifat dan Karya Kristus, Cet-1, LRII, Jakarta, 1992.
Zandbergen, Dj. Pengakuan Iman Reformasi, Jayapura, Yapelin, 1982.


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pembinaan Pengembangan Bahasa, Ed-2, Cet-19, Balai Pustaka, Jakarta, 1992, h . 804.

[2] A. A. Hodge, Outlines Theology, The First Published by the Barner of Truth Trust, Reprinted, 1991, page. 200.
[3] Millard J. Erikson, Teologi Kristen, vol. 1, Cet-1, Malang, Gandum Mas, 1999, h . 448.

[4] James P. Bois, Abstract of Systematic, Rerinted by the Dulk Christian Foundation, Handford, 1887, page. 115.

[5] Charles Hodge, Systematic Theology, Vol. 1, USA, wm. B. Eedmans Pubblising Company Grand Rapids, 1997, page. 535.
[6] J. W. Brill, Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Kudus, Bandung, t.t, h. 208.

[7]  Martyn Lloyn-Jones, God the father God the Son, Firt Printing, USA, 1996, h.  98.
[8] William Ames, The Marrow of Theology, Tranlate from latin with an introduction by john Dykstra Eusden, h . 100.
[9] Rev. G. H. Kersten, Reformed Dogmatics, Vol. 1, Second Printing, USA, Page. 106.
[10] Loraine Boettner, Reformed Faith, Pen: Hendry Ongko Widjojo, Cet-1, Surabaya, Momentum, 2000, h . 11.
[11] Dj. Zandbergen, Pengakuan Iman Reformasi, Jayapura, Yapelin, 1982, h . 28.
[12] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1; Doktirn Allah, Pen: Yudha Thianto, Cet-6, Momentum (LRII), Surabaya, 2004, h . 183.
[13] G. I. Katekismus Singkat Westminster, Pen: The Boen Giok, Cet-1, Momentum, Surabaya, 1999, h . 39.
[14] Johanes Calvin, Institutio; Pengajaran Agama Kristen, Pen: Th. Van den End dkk, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2003, hlm. 195.
[15] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1; Op. Cit, hlm.197.
[16] R. C. Soprul, Dasar Iman Kristen, Pen: Rahmiati Tanudjaja, Cet-4, Departemen Literatur SAAT, 2002, hlm. 219.
[17] Stephen Tong, Siapakah Kristus?; Sifat dan Karya Kristus, Cet-1, LRII, Jakarta, 1992, h .30.
[18] Yakub Tomatala, Yesus Kristus Juruselamat Duia; Satu-satunya Jawaban Atas Masalah, Cet-1, YT Leadership Foundation, Jakarta, 2004, h . 135.
[19] Edwin Palmer, Lima Pokok Calvinisme, Pn: Elsye, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996, h . 32.
[20] Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2000, h . 6.
[21] Edwin Palmer, Lima Pokok, …, Op. Cit, h . 31.
[22] Bruce Milna, Mengenal Kebenaran; Panduan Iman Kristen, Pen: Connie Item-Corputty, cet-3, Gunung Mulia, Jakarta, h . 254.
[23]  Yakub B. Susabda, Pengantar ke dalam Teologi Reformed, et-2, Momentum (LRII), Surabaya, 2001, h . 5.
[24] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1; Doktirn, …, Op.  Cit, h . 207.
[25] Ibid
[26] Wilhelmus A. Brakel, The Christian’s Reasonable Servis, Vol. 1, Traslated by Bartel Elshout, second Printing, Roterdam, D, Bolle the Neherland, 1992, page. 214.
[27] Henry B. Thiessen, Teologi Sistematika, Cet-4, Gunung Mulia, jakarta, 1997, h . 393.
[28] C. J. Haak, Dogmatika Reformasi; Pemilihan, Cet-3, 1988, h . 237.
[29] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1, Doktrin Kristus, Pen: Yudha Thianto, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996, h . 211.
[30] Duane Edward Spenser, TULIP; the Five Points of Calvinis in the Ligth of Scriptura, Cet-18, USA, 1998, h . 44.
[31] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, Suatu Kompedium Singkat, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2000, h . 148.
[32] Wilhelmus A. Brakel, The Cristian’s Reasonable Service, Vol.1, Translated by Bartel Elshout,  Second Printing, Roterdam, D. Bolle The Nederland, 1992, page 220.
[33] R. L. Dabney, Sistematic Theology, First banner of Truth Editon, USA, The banner of Truth Trust, page, 239.

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.