aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Rabu, 25 Februari 2015

BADAI PASTI BERLALU


Bacaan : Matius 8:23-25
23 Tetapi sementara mereka itu berlayar, tertidurlah Ia, lalu turunlah angin ribut ke tasik itu, memenuhi perahu itu dengan air, sehingga nyaris bahaya.
24  Maka datanglah mereka itu mendapatkan Yesus, serta membangunkan Dia, katanya, "Ya Rabbi, ya Rabbi, binasalah kita!" Maka bangunlah Ia sambil melarang angin dan gelombang itu; lalu berhentilah, menjadi teduh.
25  Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang, "Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?"

 
Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak akan pernah terlepas dari berbagai masalah, tantangan, pergumulan hidup.  Hidup di dunia ini memang penuh dengan berbagi persoalan ekonomi, sosial, budaya, dan banyak hal lain lagi yang menjadi persoalan kehidupan.  Yang pastinya selagi masih di dunia ini, semua manusia akan diperhadapkan dengan tantangan atau masalah.  Setiap individu tentu memiliki cara masing-masing dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.  Ada yang bersikap positif dalam menghadapinya namun tidak sedikit juga yang bersikap negatif.  Bahkan ada banyak orang hari-hari ini menyikapi persoalan dengan mengambil solusi yang fatal, mereka menghabisi nyawa orang lain atau bahkan menghabisi nyawanya sendiri karena tidak mampu menghadapi tantangan yang dirasa begitu berat. Hal ini sebenarnya terjadi akibat dari ketidakberdayaan manusia yang mengandalkan kekuatannya sendiri dalam menghadapi situasi dan kondisi yang semakin sulit.
Kita melihat keluarga demi keluarga memiliki konsep yang sama  bahwa mereka lebih memilih mengandalkan kekuatan sendiri dalam menghadapi persoalan, makanya tidak heranlah jikalau kita banyak melihat keluarga-keluarga yang berantakan, perceraian, perselingkuhan, kehidupan anak-anak yang hancur, dan masih banyak hal lain yang terjadi dalam keluarga hari-hari ini.
Tidak terkecuali dalam kalangan keluarga Kristen yang seharusnya memiliki pandangan secara Alkitabiah, namun yang terjadi justru sama dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah.  Hal ini kembali harus kita renungkan baik-baik… Bagaimanakah kehidupan keluarga kita saat ini, apakah kita mengandalkan kekuatan kita sendiri dalam menghadapi segala persoalan hidup ini?
1. Mengapa ada badai?
2. Mengapa badai pasti berlalu?
LAI memberikan judul perikop nats ini yaitu “angin rebut diredakan”.  Perikop ini merupakan bagian yang bersifat paralel dengan nats-nats yang terdapat pula di kedua Injil lainnya yaitu dalam Markus dan Lukas tepatnya kita dapat lihat dalam Markus 4:35-41 dan Lukas 8:22-25.
jikalau kita memparhatikan dalam ketiga Injil tersebut terdapat beberapa perbedaan, namun hal ini bukan berarti bahawa ketiga Injil tersebut bertentangan satu dengan yang lainnya, justru ketiga Injil ini sebenarnya saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Ketiganya menceritakan tentang kejadian yang sama namun dalam penjabarannya Markus lebih terperinci dalam kejadian tersebut. 
poin yang pertama yaitu mengapa ada badai?
Kita memperhatikan peristiwa sebelum terjadinya peristiwa dalam nats Matius 8:23-27, terdapat rentetan peristiwa-peristiwa dimana Yesus melayani orang banyak dari berbagai daerah, sebut saja peristiwa khotbah di bukit dan kemudian Yesus juga menyembuhkan beberapa orang yang sakit termasuk mertua dari Petrus…
Dengan berbagai pelayanan tersebut tentu membuat Yesus secara manusia ingin beristirahat sejenak dari kerumunan orang banyak yang berbondong-bondong menemuinya. Oleh karena itu Yesus menyuruh murid-murid-Nya agar mereka bertolak ke seberang dengan melewati danau dengan menggunakan perahu. Peristiwa tersebut terjadi ketika sore hari atau petang hari sebagaimana Markus menjelaskannya.  Mereka meninggalkan orang banyak tersebut untuk bertolak ke seberang danau tepatnya di daerah orang Gerasa/Gedara sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan menuju ke seberang terjadilah suatu peristiwa yang membuat murid-muridNya menjadi panik dan ketakutan.  Di dalam perjalanan mereka mengalami suatu peristiwa dimana perahu yang mereka tumpangi kemasukan air oleh karena gelombang yang begitu hebat.  Badai yang terjadi membuat perahu mereka kemasukan air dan tentunya hal ini akan membuat perahu itu menjadi tenggelam.  Hal inilah yang membuat para murid menjadi panik dan bingung menghadapi badai tersebut, sebab nyawa mereka sudah mulai terancam, bagaimana tidak perahu mereka diterpa badai yang begitu hebat dan perahunya mau tenggelam. Seolah-olah tidak adalagi pertolongan pada saat itu. 
Ketika peristwa itu terjadi Yesus sedang tidur di buritan perahu atau bisa juga disebut bagian belakang perahu. Kejadian ini membuat setiap kita juga pasti bertanya kenapa para murid menjadi panik dan ketakutan???? Bukankah murid-murid Yesus merupakan orang-orang yang bekerja sebagai nelayan sebelum Yesus memanggil mereka????? Bukankah mereka sudah pasti sering mengalami badai dalam pekerjaan yang mereka tekuni???? Namun mengapa mereka justru tidak siap menghadapi badai yang hebat tersebut????
Jikalau kita memperhatikan rasa takut dan cemas maupun panik itu pasti tidak akan pernah hilang dalam kehidupan mereka walaupun mereka sudah seringkali menghadapi badai yang sama.  Secara manusiawi rasa panik dan ketakutan itu akan muncul setiap kali menghadapi tantangan/halangan yang ada.
Badai tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan dari para murid. Hal ini kita dapat lihat dalam ketiga Injil tersebut bahwa tidak ada satupun yang menunjukkan adanya tanda-tanda yang akan mengawali peristiwa hebat tersebut.  Tentu sebagai para nelayan murid-murid Yesus akan mengetahui jikalau adanya badai yang datang, sebab biasanya para nelayan mengerti akan hal itu (gejala-gejala alam yang terjadi di danau).  Ini kembali menegaskan bagi kita bahwa tidak seorangpun yang mengetahui peristiwa itu akan terjadi dan peritiwa tersebut terjadi dengan tiba-tiba dan membuat mereka menjadi ketakutan dan tidak siap menghadapinya.
Meskipun mereka merupakan nelayan yang seringkali mengalami tantangan badai, namun mereka juga masih tetap bingun dalam menghadapi situasi sulit tersebut. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan mereka dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, cara mereka sendiri, pikiran mereka sendiri. Mereka membutuhkan pertolongan di luar kemampuan yang mereka punya. Mereka tidak akan mampu menghadapi badai yang sedang menimpa mereka.
Rasa cemas yang mereka alami juga menunjukkan betapa hidup mereka begitu terancam akan peristiwa tersebut, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka tidak mampu melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkan mereka dari masalah atau badai tersebut.  Hal ini menegaskan kembali bagi kita tentang ketidakberdayaan setiap manusia dengan mengandalkan kekuatan sendiri.  Badai yang terjadi mau menunjukkan bahwa di balik itu mereka sangat membutuhkan pertolongan, kemampuan yang mereka punya tidak dapat mereka andalkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. 
Peristiwa tersebut terjadi bukan secara kebetulan melainkan ada maksud dan tujuan di balik itu semua. Peristiwa tersebut tentu ada dalam rencana Allah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengandalkan kekuatannya untuk menyelesaikan segala persoalan yang sedang terjadi. Mereka membutuhkan pertolongan agar mereka mampu melewati badai yang sedang terjadi. Tidak cukup dengan pengalaman, kepintaran, kehebatan, kekuatannya secara manusia.
Peristiwa yang terjadi dalam nats ini juga seringkali terjadi dlam kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Badai kehidupan silih berganti datang dalam kehidupan kita, rasa takut, cemas, bimbang, galau dan rasa putus asapun tak jarang menghampiri hidup kita semua.  Semua kita pasti mengalami tantangan/badai kehidupan yang berbeda-beda.  Seringkali kita mencoba menyelesaikan persoalan/badai kehidupan ini dengan cara yang kita punya. Mungkin itu dengan pengalaman kita, kita juga seringkali merasa mampu melakukan segala sesuatunya tanpa membutuhkan pertolongan.  Namun semuanya itu membawa kita pada satu titik dimana kita sebenarnya tidak akan mampu melewatinya tanpa pertolongan dari Tuhan.
Masalah-masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini baik secara pribadi maupun dalam keluarga tentu membuat kita terkadang seolah-olah tidak ada jalan lagi, sepertinya kita sudah tidak mendapatkan pertolongan lagi, kita sepertinya sudah mau “tenggelam” dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Jikalau kita memperhatikan yang terjadi dalam peristiwa di Matius 8:23-27 tersebut tentu kita dapat melihat dengan jelas bahwa sebenarnya dalam peristiwa/masalah yang kita hadapi sebenarnya hal itu membuat kita untuk berserah penuh pada Allah, secara tidak langsung Allah ingin menghancurkan kesombongan dalam diri kita yang seringkali mengandalkan kekuatan sendiri untuk menghadapi segala sesuatu. Allah ingin menunjukkan bagi kita bahwa melalui badai kehidupan yang terjadi kita sangat membutuhkan pertolongan dari-Nya. Perlu penyerahan diri total terhadap-Nya.
Lebih daripada itu juga peristiwa ini juga menunjukkan bagi kita semua tentang manusia yang telah jatuh dalam dosa dan tidak berdaya dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Oleh karena itu manusia yang telah jatuh dalam dosa tersebut membutuhkan pertolongan, sebab ia tidak akan mampu melepaskan diri dari “tenggelam” dalam dosa. Manusia sangat membutuhkan pribadi yang mampu melepaskannya dari hal tersebut. Hal tersebut hanya didapat di dalam satu nama/pribadi yaitu Yesus Kristus.
Melalui badai kehidupan yang terjadi TUHAN punya rencana untuk membawa setiap kita tetap mengadalkan kekuatan Tuhan bukan kekuatan kita. Tuhan ingin hidup kita secara totalitas berserah kepada kehendak Allah bukan kehendak manusia.
Saudara-saudaraku yang terkasih dalam Kristus, kita akan masuk dalam poin yang kedua yaitu mengapa badai pasti berlalu????
Dalam peristiwa di dalam nats pembacaan  juga dijelaskan reaksi dari para murid yang sedang ketakutan oleh karena terjadinya badai/gelombang yang menimpa perahu-perahu mereka.  Mereka yang sedang ketakutan tersebut lalu membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan perahu, mereka tidak tahu harus berbuat apalagi, mereka membutuhkan pertolongan dari satu pribadi dan hal itu bukan dari antara murid-murid yang ada pada saat itu.  Mereka yang mempunyai pengalaman dalam mnegarungi danau untuk mencari ikan dan yang sering menghadapi gelombang badai tidak mampu berbuat apa-apa. Kemampuan dan pengalaman mereka tidak dapat menjadi solusi dalam kepanikan ataupun ketakutan yang terjadi pada saat itu.  Hal ini jelas dalam perkataan para murid ketika mereka membangunkan Yesus dengan berkata “kita binasa”.  Ini menunjukkan betapa hebatnya badai tersebut dan nyaris membuat mereka tenggelam. 
Para murid kemudian mencari solusi lain dengan membangunkan Yesus yang sedang tidur.  Mereka berpikir jikalau Yesus tidak peduli dengan keadaan yang sedang mereka alami. Mereka berpikir seolah-olah Yesus tidak mau tahu dengan rasa putus asa yang mereka alami. Mereka berpikir Yesus hanya diam saja melihat mereka ketakutan dan panik. Mereka berpikir jikalau Yesus tidak ambil pusing dengan sikon yang ada, sehingga Yesus hanya tertidur di buritan saat kejadian tersebut.
Yesus tidur di buritan bukan karena Ia tidak peduli dengan keadaan murid-muridNya, bukan karena Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yesus mengetahui rasa takut dan kegelisahan yang mereka alami. Yesus membiarkan hal itu terjadi agar mereka melihat bahwa mereka sebenarnya tidak dapat mengandalkan pengalaman/kekuatan mereka.  Mereka membutuhkan pertolongan Tuhan dalam menghadapi badai sehebat itu.
Lalu Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
Kalimat dalam nats ini menunjukkan bagaimana Yesus mampu menjadi jawaban atas rasa takut/panik yang sedang dialami murid-muridNya.  Yesus memberi jawaban atas masalah yang sedang mereka hadapi. Badai yang begitu hebat tadi tiba-tiba menjadi sangat tenang atau teduh. Yesus mengatasi badai yang tidak mampu mereka atasi dengan cara apapun. Ini menunjukkan bahwa satu-satunya solusi yang tepat dan benar dalam peristiwa itu hanyalah satu pribadi yaitu Yesus.  Dengan Yesus yang adalah Anak Allah yang menciptakan segala sesuatunya tentu berkuasa atas segala yang ada termasuk badai yang terjadi, sehingga badaipun tunduk atas perintah-Nya. Jadi solusinya dalam menghadapi badai tersebut bukan datang dari kemampuan manusia atau murid-muridNya melainkan dari Yesus sendiri.  Ketidakpastian dalam menghadapi badai yang begitu hebat tadi terjawab dengan adanya pribadi Yesus yang memberi kepastian bahwa melaluiNya lah badai tersebut pasti berlalu.
Dalam kehidupan yang penuh dengan badai ini, entah itu badai ekonomi, sosial, dan lain-lain, tentu banyak orang yang akan mencoba mencari solusi, jalan keluar yang tepat dan benar dalam menghadapi situasi-situasi yang begitu sulit.  Bahkan tidak jarang kita melihat orang-orang datang kepada paranormal atau orang pintar untuk mendapatkan solusi yang menurut mereka dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.  Hal ini juga masih terlihat dalam kehidupan keluarga orang percaya.. bagaimana dengan kita yang hadir pada saat ini, adakah saya dan saudara juga mencari solusi dari orang lain ataupun mengandalkan diri kita sendiri?
Jikalau demikian apakah bedanya saya dan saudara dengan orang-orang yang tidak mengenal TUHAN.

Senin, 23 Februari 2015

KEBANGKITAN DAGING



A.   Kebangkitan Daging

Dalam iman Kristen kematian adalah suatu hal yang akan dialami oleh setiap manusia, kematian bukanlah hal yang menakutkan melainkan suatu kebahagiaan. Kata Paulus jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup di dalam dosamu. “kebangkitan daging” kata daging artinya manusia sebagai makhluk konkrit, kesetiaan Allah akan nampak dalam pembangkitan orang mati. Jaminannya ialah Yesus Kristus sebagai buah sulung diantara banyak saudara-Nya.[1]

Dari pandangan di atas sumber satu-satunya bagi manusia untuk dapat dibangkitkan kembali dari kematian adalah Kristus. Dia adalah jalan utama yang membawa kita kepada kebangkitan, dan Paulus mengakui bahwa Kristus adalah buah sulung yang pertama bangkit dari antara orang mati.

Dalam pandangan Charles C. Ryrie, menyatakan bahwa urutan pertama adalah kebangkitan Kristus inilah Paulus memanggil Kristus adalah yang sulung yang pertama bangkit dari kematian.[2]

Karena itu Yesus Kristus sebagai buah sulung yang pertama bangkit dari antara orang mati juga yang akan membangkitkan kita dari kematian, untuk menghakimi kita dan memberikan kehidupan yang baru atau kehidupan yang kekal.

Kebangkitan bukan penciptaan dari ketiadaan (Creation ex nihilo) melainkan suatu penciptaan dari ciptaan (Creatio ex creatione). Kematian bukanlah ketiadaan hubungan, melainkan secara baru memperhadapkan manusia dengan Allah sebagai hakimnya (Rom. 6:23) dan sebagai Penolong (Flp. 1:23).[3]

Sesungguhnya di sini memperlihatkan bahwa Allah adalah Yang Maha Kuasa yang menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, dan oleh karena itu Ia mampu membangkitkan mereka, orang-orang yang telah mati untuk di hakimi.

Kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada-Nya yang telah membangkitkan Yesus, yang diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan demi pembenaran kita (Rom. 1:3-4).[4] Memang benar bahwa siapa yang tinggal dan percaya di dalam Kristus, Allah akan senantiasa memperhitungkan pelanggaran-pelanggarannya, dan oleh karena Kristus orang percaya di bebaskan dari penghakiman Allah dan senantiasa mendapatkan kehidupan yang kekal.

Kita tidak tahu bagaimana cara Allah membangkitkan Yesus. Kita  juga tidak tahu bagaimana cara Ia hidup, sesudah dibangkitkan hal ini tidak saja berlaku kepada Yesus Kristus tetapi juga bagi manusia yang bangkit. Kita percaya bahwa Kristus bangkit dan Ia juga menampakkan diri kepada banyak orang.[5] Tidak seorang pun yang dapat mengetahui tentang kebangkitan, karena semuanya merupakan rahasia Allah. Tetapi banyak juga orang-orang yang menyangkal akan kebangkitan itu sendiri. Bahkan banyak pandangan yang mengatakan bahwa Yesus tidak mati dan tidak bangkit, tetapi semua itu adalah pandangan yang salah karena banyak bukti dari Alkitab yang mengatakan bahwa Kristus benar-benar mati dan telah bangkit.

Alkitab menuliskan bahwa semua orang pada akhir zaman akan dibangkitkan dan pada saat itu juga mereka akan dihakimi di hadapan tahta pengadilan Allah, pernyataan inilah yang dinyatakan kembali oleh Christian de Jonge bahwa “pada akhir zaman semua orang mati akan dibangkitkan dan pada saat itu juga akan diadakan hukuman terakhir oleh Allah. pada akhir zaman terjadi kebangkitan semua orang dan hukuman terakhir”.[6]

Stephen Tong menyatakan bahwa setelah kematian, kekekalan tetap ada yang sementara adalah badan, yang kekal adalah jiwa, yang sementara adalah realita hidup yang tidak pernah berhenti.[7] Kehidupan manusia di dunia hanyalah bersifat sementara artinya tubuh manusia yang sekarang adalah tubuh yang sementara. Jiwa manusia adalah kekal karena jiwa manusia akan kembali kepada Allah untuk mendapatkan hidup yang baru atau mendapatkan kematian yang kekal.

Kitab Matius 27:50-53, Alkitab menyatakan bahwa tatkala gempa bumi terjadi pada saat kebangkitan Kristus, kuburan terbuka dan tubuh banyak orang kudus yang telah mati dibangkitkan kepada kehidupan.[8] Pandangan ini memperlihatkan bagaimana Kristus benar-benar mati dan bangkit, dan ini juga merupakan Firman Tuhan yang dapat membuktikan adanya kebenaran dari kematian dan kebangkitan Kristus, yang juga adalah bukti untuk melawan ajaran-ajaran yang salah yang sama sekali tidak mengakui adanya kematian dan kebangkitan Kristus.

Dalam buku eskatologi oleh Chris Marantika menyatakan bahwa kebangkitan dijelaskan dengan adanya kebangkitan orang-orang yang benar dan kebangkitan orang-orang yang tidak benar.[9] Pandangan ini menggambarkan bahwa manusia tidak boleh memisahkan antara kebangkitan orang benar dan kebangkitan orang yang tidak benar karena pada dasarnya mereka sama-sama dibangkitkan dari kematian untuk mendapatkan suatu penghakiman yang terakhir.

Kebenaran tentang kebangkitan sukar dijelaskan sebab hal itu tidak masuk akal bagi manusia apa lagi bagi mereka yang hendak menentang kebenaran Firman Tuhan itu. Jika Roh Kudus belum membuka pikiran seseorang tentu ia tidak dapat mengerti tentang  kehendak Allah.[10]

Memang benar bahwa sebagai manusia sesungguhnya tidak akan pernah mampu untuk dapat memahami hikmat Allah yang Maha Tinggi itu. Kebenaran tentang kebangkitan memang sulit untuk diterima dengan akal dan pikiran manusia semata, karena itu banyak ahli filsafat yang menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan. Hikmat Allah yang amat tinggi yang tidak dapat di jangkau oleh hikmat manusia. Karena itu seringkali manusia hanya dapat menerima apa yang masuk akal menurut pikiran mereka, dan jika Firman Tuhan tidak masuk akal tidak akan diterima oleh mereka. Inilah yang menjadi kesulitan bagi orang-orang yang terlalu mengandalkan hikmat dunia ini semata.

Kebangkitan adalah apa yang kita harapkan. Ketakjuban mengenai kebangkitan dari antara orang mati bahkan berabad-abad tidak ada ketakjuban dari contoh kebangkitan pertama yaitu kebangkitan Tuhan kita sendiri. Karena itu hanya pada waktu akhir kita sungguh-sunggguh bahwa dimana dosa melimpah, anugerah lebih melimpah.[11]

Sesungguhnya kebangkitan yang pertama adalah kebangkitan yang sungguh-sungguh luar biasa, meski pun banyak kebangkitan anak-anak Tuhan. Kebangkitan Kristus adalah jalan keluar bagi kebangkitan orang percaya. Jika Kristus tidak  bangkit maka otomatis orang percaya juga tidak dapat bangkit dan tetap tinggal di dalam dosa-dosanya dan hukuman oleh Allah tetap atas anak-anak Tuhan. Oleh karena itu kebangkitan Kristus menjadi jaminan atas setiap anak-anak Tuhan yang percaya dan selalu berharap kepada-Nya. Tanpa kebangkitan Kristus maka hidup dan mati orang percaya adalah sia-sia belaka.

Pertama perjanjian Lama mencatat paling sedikit tiga orang yang dibangkitkan: Putra seorang janda (1Raja-raja 4:32-39), orang yang dibangkitkan mayatnya karena kena tulang Elisa (2Raja 13:21), sedangkan dalam Perjanjian Baru mencatat kebangkitan 5 orang yaitu: putri Yairus (Mat. 9:24,25). Pemuda dari Nain (Luk. 7:14, 16), Lazarus (Yoh. 11:43-44), Dorkas (Kis. 9:40, 41). Dan Euthikus (Kis. 20:9-12). Lagi pula kebangkitan orang-orang kudus (Mat. 27:52-53).[12]

 Dari pandangan di atas sesungguhnya ingin melawan akan adanya ajaran-ajaran yang tidak percaya akan adanya kebangkitan orang mati. Terutama akan penyangkalan dari kebangkitan Kristus sendiri sehingga dengan adanya pandangan ini menjadi bukti yang benar yang dinyatakan sendiri oleh Firman Tuhan.

Dalam Alkitab kita ada kepastian bahwa orang yang meninggal dunia di dalam Yesus berada di dalam kemuliaan surga. Altkitab tidak menjelaskan bahwa roh orang yang sudah mati masih berkeliaran di dunia ini. Memang ada roh yang berkeliaran tetapi itu adalah roh iblis yang sungguh mempengaruhi hidup kita.[13]

Banyak pandangan – pandangan yang juga mengatakan bahwa setelah kematian roh manusia melayang – layang di atas bumi atau masih berkeliaran di bumi. Pemahaman seperti ini sampai sekarang masing tinggal di dalam kehidupan orang percaya, terutama dalam ajaran agama kafir. Tetapi sesuai dengan pandangan agama Kristen, orang yang sudah mati rohnya tidak akan tinggal lagi di bumi atau berkeliaran di bumi, atau masih dapat menyentuh makan dan minum, tetapi sesunggguhnya roh itu akan kembali kepada Allah. Tetapi roh yang di dunia semata-mata adalah roh yang menyesatkan dunia yaitu roh iblis yang mengerjakan segala sesuatu untuk mendatangkan kehancuran bagi kehidupan anak-anak Tuhan.

William W. Menzies dan Stanley M. Horton memberikan gambaran tentang tubuh yaitu (1) Tubuh orang percaya: Kebangkitan tubuh orang percaya akan sama dengan tubuh Kristus yang telah dipermuliakan (1Kor. 15:43; Flp. 3:21). Tubuh kebangkitan ini tidak terdiri atas darah dan daging, tubuh kebangkitan orang percaya tidak dapat binasa dan mati, atau menjadi sakit atau rusak. (2) Kebangkitan tubuh orang tidak percaya: Wahyu 10:12-13 dengan jelas mengajarkan bahwa orang yang tidak diselamatkan akan dibangkitkan dan dihakimi, serta dicampakkan dalam lautan api. Dengan jelas orang-orang yang tidak percaya juga bangkit secara fisik dan akan dihakimi.[14]

Dari pandangan di atas dijelaskan ada dua kebangkitan yang ditunjukkan yaitu kebangkitan orang yang percaya dan kebangkitan orang-orang yang tidak percaya. Di sini memperlihatkan bahwa Allah tidak hanya Maha Kasih tetapi juga Maha Adil dalam keputusan-Nya, karena bagi mereka yang percaya akan diselamatkan dan bagi yang tidak percaya akan di binasakan.

Kebangkitan orang percaya akan terjadi pada waktu Yesus kembali (1Kor. 15:50-57). Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan atas kuasa dosa manusia yang ditanggung-Nya dalam diri manusia.[15] Terlihatlah kenyataan bahwa sesungguhnya tanpa Kristus tidak akan ada kebangkitan orang percaya, karena hanya Kristuslah korban yang satu-satunya yang dapat memuaskan hati Allah, dengan darah-Nya Ia menanggung dosa-dosa manusia. Tetapi Allah juga menuntut supaya orang percaya senantiasa berpengharapan kepada Kristus.

B.   Hukuman Terakhir

Semua manusia yang berdosa sudah pasti akan dihukum pada akhir hidupnya tanpa terkecuali orang-orang yang ditolak Allah yaitu orang-orang yang tidak mau percaya akan kebenaran Yesus Kristus.  Kemudian Bruce Milne juga menyatakan bahwa, Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa akan ada pemisahan pada pengadilan terakhir antara mereka yang dibebaskan dan mereka yang terhukum oleh Allah (Dan 12:2; Mat 13:39-43; Yoh 5: 28-29).  Istilah lazim bagi tujuan akhir manusia yang terhukum ialah “neraka”.[16]  Inilah yang disebut prestinasi yaitu dimana Allah sendiri akan memilih mana orang yang akan Dia selamatkan atau tidak yaitu akan ditolak karena sudah menolak Kristus. G. I. Williamson, menyatakan bahwa

Allah telah menetapkan satu hari dimana Dia akan menghakimi dunia di dalam kebenaran oleh Yesus Kristus yang baginya semua kuasa dan penghakiman dikaruniakan oleh Bapa. Bukan hanya malaikat yang dihakimi tetapi juga semua orang yang telah hidup di dunia akan menghadap pengadilan Kristus untuk mempertanggungjawabkan atas dosa-dosa mereka.[17]

 Hal ini menunjukkan bahwa kuasa penghakiman ada di dalam Kristus sebagai satu-satunya hakim yang adil. Tidak ada satu mahkluk hidup yang akan terlepas dari penghakiman Allah. Kuasa penghakiman yang terakhir dipercayakan oleh Bapa kepada Kristus, dan umat islam sendiri mengakui bahwa Isa Almasih akan datang untuk menghakimi dunia, dan memberikan hukuman kepada mereka yang senantiasa tidak percaya kepada-Nya.

Ichwey G. Indra menyatakan neraka adalah sebagai tempat penghukuman terakhir dan gambaran neraka itu sebagai berikut:

1). Tempat yang sungguh ada (Yer. 19 dan Yak. 3:6); 2). Tempat orang jahat bersama iblis dan orang-orang jahat; 3). Tempat orang-orang terpisah dari hadirat Allah (Mat. 7:23, Luk. 13:27); 4). Tempat orang-orang menjalani hukuman (Why. 20:15, 21:8). 5). Tempat orang-orang menderita dengan sangat (Mat. 5:22, 13:42; Mat. 9:47-48); 6). Tempat orang-orang mengalami keputusaan.[18]

 Dari pandangan ini bukan berarti dapat diketahui dimana tempat penyiksaan terakhir itu, tetapi percaya akan Firman Tuhan yang menyatakan kebenaran di atas bahwa tempat penghukuman terakhir itu sungguh-sungguh ada.

Anthony Hoekema menyatakan bahwa Tujuan utama penghakiman terakhir adalah untuk menyatakan kemahakuasaan Allah dan kemuliaan Allah melalui penyingkapan, bersamaan dengan penyingkapan iman yang ada atau tidak ada pada setiap orang, perbuatan yang telah dilakukan oleh setiap orang, dan kehidupan yang telah dijalani oleh setiap orang.[19]

 Pada penghakiman terakhir masing-masing anak-anak Tuhan akan mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan selama ia hidup di dalam dunia ini. Hal ini memperlihatkan keadilan Allah terhadap umat-Nya, bagi mereka yang hidupnya senantiasa memuliakan Allah kepada mereka pula akan diperhitungkan keselamatan kekal itu sendiri dan akan senantiasa memuliakan Allah di tempat yang Maha Kudus. Dan kepada mereka yang senantiasa hidup menurut keinginan hatinya sendiri mereka pun akan senantiasa hidup di bawah penghukuman Allah yang kekal.

Derek Prime menyatakan bahwa Kristus akan menjadi hakim dan semua orang akan menghadap Dia. Keadilan yang sempurna dari Allah dan kesalahan yang tak tersangkal dari semua manusia akan menjadi terang dan di luar persoalan, orang-orang yang dibenarkan oleh iman kepada Yesus Kristus akan dibebaskan dari hukuman karena dosa dan menerima upah selaras dengan kesetiaan mereka dan orang yang tak percaya akan menerima hukumannya yang terakhir.[20]

 Jelas dan nyata dalam pandangan ini untuk memperkuat pandangan Anthony Hoekema bahwa Kristus yang akan senantiasa menjadi hakim bagi kehidupan anak-anak Tuhan. Yesus Kristus berkata tidak seorang pun yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus, karena itu Kristus akan senantiasa menjadi hakim atas manusia dan sekaligus menjadi pembela atas orang percaya dihadapan Allah ketika Allah menuntut keadilan-Nya dari manusia. Karena itu Kristus menjadi  pokok kehidupan orang percaya baik waktu hidup maupun pada waktu kematian, tanpa Kristus, Allah tidak mengenal manusia. Siapa mengenal Anak yaitu Yesus Kristus, dia akan senantiasa mengenal Bapa. Pandangan di atas jelas memperlihatkan bahwa Allah adil dalam setiap keputusan-Nya dan disini juga jelas memperlihatkan bahwa Dia adalah Allah yang ada dari kekal sampai kekal.

Apakah makna doktrin penghukuman kekal? Ajaran Alkitab tentang neraka sudah sepatutnya mendorong kita untuk lebih serius dalam memberitakan dan mengajarkan Alkitab. Kita harus bicara dengan hati yang berat, dengan kesedihan, bahkan jika perlu dengan air mata.[21]

Jika berbicara mengenai neraka atau penghakiman terakhir sungguh amat menyedihkan, karena memperlihatkan murka Allah yang sungguh-sungguh terhadap mereka yang tidak percaya dan menolak Kristus. Oleh sebab itu orang percaya dituntut memberitakan kabar baik tentang Injil supaya orang percaya dapat mengenal bahwa penyiksaan terakhir merupakan suatu kesedihan  dan penderitaan yang tiada akhirnya. Dalam pandangan in juga memiliki amanat secara langsung untuk memberitakan Injil kebenaran itu sendiri sampai ke ujung dunia, supaya semua orang dapat percaya kepada Firman Tuhan yang adalah sumber keselamatan. Sebagai anak-anak Tuhan, orang percaya memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberitakan Injil kebenaran Kristus.

C.  Hidup Selama – lamanya

Paulus menjelaskan di dalam Alkitab bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru. Maka ketika seseorang percaya kepada Kristus, ia diberikan kuasa untuk menjadi anak Allah.  R. Soedarmo, menyatakan bahwa;

 yang terbesar adalah hidup dari selama-lamanya, adalah hubungan dengan Allah tidak terganggu lagi, dosalah yang sebenarnya mengganggu hubungan ini, tetapi dosa tidak ada lagi berarti hubungan ini kembali erat lagi, sesungguhnya hidup selama-lamanya dengan Allah itu tidak ada lagi maut, perkabungan dan kesakitan yang ada hanyalah sukacita selama-lamanya.[22]

 Benar yang telah dikatakan di atas bahwa orang senantiasa ingin hidup untuk selama-lamanya sehingga banyak sekali tawaran-tawaran dunia yang menyimpang dari ajaran Firman Tuhan dimana orang-orang berusaha mencari kehidupan yang abadi yang tidak akan pernah ada, mereka ingin hidup untuk selama-lamanya. Tetapi hidup selama-lamanya dengan Allah bukanlah hal yang mudah untuk digapai karena semua itu merupakan kedaulatan Allah di dalam kehidupan manusia. Allah juga memberikan kasih-Nya bahwa dengan hadir-Nya Yesus Kristus orang percaya memiliki harapan untuk bisa hidup selama-lamanya. Jika seandainya Kristus tidak hidup lagi setelah kematian-Nya maka secara otomatis orang percaya tetap akan tinggal dalam penderitaan untuk selama-lamanya. Tetapi dengan melihat pandangan tersebut maka tidak dapat disimpulkan bahwa dapat diketahui dimana letak surga itu, karena tidak seorang pun yang dapat mengetahui dimana surga itu berada.

Hidup selama-lamanya tidak hanya penebusan tubuh saja tetapi juga pemulihan persekutuan antara Allah dengan manusia yang telah terputus oleh dosa. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah (Mat. 5:8). Dan masuk dalam kesukaan dengan Tuhan. Kehidupan abadi adalah kehidupan pada masa yang akan datang (Luk. 20:35). Keburukan berupa kelemahan fisik, sakit dan kematian akan ditelan dari kehidupan kerajaan Allah.[23]

 Kehidupan selama-lamanya adalah suatu pemulihan dimana keadaan yang dulu sewaktu awal manusia jatuh kedalam dosa dan hal itu telah merusak persekutuan yang indah antara Allah dengan manusia dan oleh kematian Kristus persekutuan itu kembali diadakan oleh Allah. Tetapi persekutuan itu hanyalah bagi mereka yang suci hatinya dan senantiasa menaruh pengharapan di dalam Yesus Kristus sebagai satu-satunya sumber kehidupan mereka. Melalui pandangan ini juga menggambarkan keadaan hidup selama-lamanya tidak akan ada lagi penderitaan seperti yang dirasakan di dunia.

Dalam zaman baru manusia akan mencapai kepenuhan dalam hidup yang memang merupakan tujuan aslinya. Ia akan mengalami kesempurnaan dalam hubungan dengan sesamanya. Melihat dan mengenal Allah adalah hakikat kehidupan sorgawi, sumber segala kebahagiaan. Kita boleh yakin bahwa dalam sorga kita akan semakin mengenal Allah secara tak henti-hentinya, dalam keindahan, kemegahan, kasih, kekudusan, kuasa, sukacita dan anugerah yang tak terperikan. [24]

 Dari hal ini dapat dilihat kembali  mengingat kehidupan Adam pertama-tama di taman Firdaus dimana Allah berbicara dengan Adam muka dengan muka atau berbicara seperti teman ke teman, tetapi setelah kejatuhan mereka di dalam dosa kehidupan yang harmonis ini menjadi rusak akibat dosa. Dan ketika anak-anak Tuhan telah ditebus oleh Kristus dengan darah-Nya dan mengakui Dia sebagai satu-satunya Juruselamat kepada mereka Allah akan memperlihatkan diri-Nya dan berbicara seperti dengan Adam sebelum ia jatuh kedalam dosa. Dan senantiasa memperoleh kebahagiaan yang tak ada bandingnya dengan dunia ini. Jika di dunia hamba Tuhan dianiaya maka di surga semuanya itu akan dikembalikan dengan kehidupan yang penuh dengan kedamaian yang kekal. Karena itu setiap orang  di dunia ini mendambakan kehidupan kekal yang penuh dengan kedamaian yang abadi  inilah yang selalu dicari oleh setiap manusia.

Yerusalem baru di dalam wahyu 21:2-3 menguraikan kepada kita bahwa tempat kediaman Allah akan bersama-sama dengan orang yang sudah di tebus, karena Ia akan tinggal bersama-sama dengan mereka akan menjadi umat-Nya, akibat dosa tidak terasa lagi, orang percaya akan menerima warisan penuh dan penyempurnaan terakhir dari segala sesuatu yang telah dibeli untuk mereka di kalvari oleh kematian Yesus, disana tidak ada lagi air mata, dan tidak ada maut karena maut telah ditelan oleh kemenangan.[25]

 Dengan memperlihatkan bahwa kematian Kristus adalah penentu dari kehidupan setiap anak-anak Tuhan, baik yang percaya kepada-Nya dan yang tidak percaya kepada-Nya. Bagi mereka yang percaya akan dikaruniakan hidup kekal, dan kepada mereka yang tidak percaya akan dibinasakan selama-lamanya. Dari pandangan ini pula digambarkan bagaimana anak-anak Tuhan yang senantiasa mendapat kehidupan yang baru bersama-sama dengan Kristus sungguh indah dan itu merupakan penyempurnaan kebahagiaan yang sesungguhnya yang dijanjikan oleh Allah kepada anak-anak Tuhan yang senantiasa percaya kepada-Nya.

Manusia diciptakan oleh Tuhan mendiami bumi, dan kelak kita akan mendiami bumi yang baru. Dari kemuliaan dunia ini takkan ada sedikit pun yang hilang. Semua akan datang kembali dengan kemuliaan yang kekal dan dengan bentuk yang lebih tinggi sifatnya. Dunia baru itu akan selalu berhubungan dengan sorga.[26]

Sesungguhnya yang mendiami bumi baru adalah anak-anak Tuhan yang telah dipilih dari kekal, dan yang hidup mengenal Kristus, dan dengan sungguh-sungguh menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka. Setiap anak-anak Tuhan selalu mengimpikan untuk tinggal di dalam surga, tetapi  hal itu bukanlah yang mudah, semua itu merupakan kedaulatan Allah Tritunggal di dalam kehidupan setiap anak-anak Tuhan. Manusia boleh selalu berharap tetapi manusia tidak boleh meninggalkan Tuhan dan mengikuti keinginannya sendiri.

 D.  Kebinasaan Selama—Lamanya

Sebagian orang percaya mengatakan bahwa kata neraka dalam Alkitab mempunyai arti sebagai suatu lautan api di mana jiwa orang-orang jahat di buang ke dalam maut di mana mereka akan dibakar sampai selama-lamanya. Menurut C. Barth menjelaskan bahwa,

Sungguhpun “jatuh tujuh kali”, namun orang benar itu selalu “bangun kembali” (Ams 24:16); dari tiap-tiap bahaya ia luput dan selamat, bertentangan dengan orang fasik yang “roboh dalam bencana” (24:16), sebab “jalannya menuju kebinasaan” (Mzm 1:6; bnd Ams 11:21; 12:13; 13:15; 14:11; 21:12; 24:20; 28:18, 16; 29:1).[27]
Jadi maksudnya disini ialah bahwa orang-orang yang sudah ditentukan untuk selamat tidak akan pernah menolak itu dan tidak akan binasa karena inilah hak dan kedaulatannya Allah untuk memilih siapa yang hendak Ia selamatkan dari sejak semula.  Kemudian H. Rothlisberger menyatakan bahwa.

Bukan bangsa Israel dan bangsa-bangsa kafir saja yang akan diperbaharui oleh perbuatan Tuhan yang ajaib melainkan semesta alam mendapat perubahan yang begitu besar, sehingga hampir tidak dapat dilukiskan dengan perkataan manusia.  Adakalanya hal itu digambarkan sebagai kebinasaan dan ciptaan baru: “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir” (Yes 51:6).[28]
Disini ingin menjelaskan bahwa keselamatan yang Tuhan berikan untuk umat pilihan-Nya dari sejak semula tidak akan berakhir, tetapi ada selama-lamanya.  Charles Hodge berkata bahwa,

Paul teaches us in 2 Thessalonians 1:9 that when Christ comes the wicked "shall be punished with everlasting destruction from the presence of the Lord, and from the glory of his power." (Paulus mengajar kita dalam 2 Tesalonika 1:9 bahwa ketika Kristus datang orang fasik "haruslah yang dihukum dengan kehancuran yang kekal dari hadirat dari Tuhan, dan dari kemuliaan dari kuasa-Nya.").[29]

 Sudah tertulis di dalam Alkitab bahwa kebinasaan adalah milik setiap orang yang tidak dipilih dan ditolak oleh Allah karena hatinya penuh dengan kekerasan melawan Allah dan hukuman untuk orang-orang seperti ini ialah kehancuran atau kebinasaan selama-lamanya yang tidak akan berakhir.

Sebagian orang percaya mengatakan bahwa kata neraka dalam Alkitab mempunyai arti sebagai suatu lautan api di mana jiwa orang-orang jahat di buang ke dalam maut di mana mereka akan dibakar sampai selama-lamanya. Menurut C. Barth menjelaskan bahwa,

Sungguhpun “jatuh tujuh kali”, namun orang benar itu selalu “bangun kembali” (Ams 24:16); dari tiap-tiap bahaya ia luput dan selamat, bertentangan dengan orang fasik yang “roboh dalam bencana” (24:16), sebab “jalannya menuju kebinasaan” (Mzm 1:6; bnd Ams 11:21; 12:13; 13:15; 14:11; 21:12; 24:20; 28:18, 16; 29:1).

 Jadi maksudnya disini ialah bahwa orang-orang yang sudah ditentukan untuk selamat tidak akan pernah menolak itu dan tidak akan binasa karena inilah hak dan kedaulatannya Allah untuk memilih siapa yang hendak Ia selamatkan dari sejak semula.  Kemudian H. Rothlisberger menyatakan bahwa.

Bukan bangsa Israel dan bangsa-bangsa kafir saja yang akan diperbaharui oleh perbuatan Tuhan yang ajaib melainkan semesta alam mendapat perubahan yang begitu besar, sehingga hampir tidak dapat dilukiskan dengan perkataan manusia.  Adakalanya hal itu digambarkan sebagai kebinasaan dan ciptaan baru: “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir” (Yes 51:6).

Disini ingin menjelaskan bahwa keselamatan yang Tuhan berikan untuk umat pilihan-Nya dari sejak semula tidak akan berakhir, tetapi ada selama-lamanya.  Charles Hodge menyatakan bahwa,

Paul teaches us in 2 Thessalonians 1:9 that when Christ comes the wicked "shall be punished with everlasting destruction from the presence of the Lord, and from the glory of his power." (Paulus mengajar kita dalam 2 Tesalonika 1:9 bahwa ketika Kristus datang orang fasik "haruslah yang dihukum dengan kehancuran yang kekal dari hadirat dari Tuhan, dan dari kemuliaan dari kuasa-Nya.").[30]

 Sudah tertulis di dalam Alkitab bahwa kebinasaan adalah milik setiap orang yang tidak dipilih dan ditolak oleh Allah karena hatinya penuh dengan kekerasan melawan Allah dan hukuman untuk orang-orang seperti ini ialah kehancuran atau kebinasaan selama-lamanya yang tidak akan berakhir.

E.            Kebahagiaan di sorga Selama-lamanya

Setiap orang yang percaya yang dibangkitkan oleh Kristus akan mendapatkan suatu kehidupan yang penuh dengan sukacita dan kebahagiaan bersalam Kristus untuk selama-lamanya. Umat Tuhan yang adalah umat pilihan-Nya tidak mendapatkan hukuman kekal tetapi kehidupan untuk selama-lamanya. Welly Pendensolang menjelaskan Pemberian tubuh yang sempurna kepada orang percaya merupakan tindakan yang sangat beralasan sebab jemaat-Nya akan hidup bersama dengan Dia di sorga yang tentunya sangat mustahil untuk dihuni dengan tubuh lama yang fana dan penuh dosa.[31] Jadi jelas disini bahwa manusia yang percaya kepada Allah yang telah diselamatkan oleh Allah akan hidup bersama-sama dengan Allah, dan mereka akan hidup dipenuhi dengan kemuliaan Kristus. Seperti yang dijelaskan oleh Anthony A. Hoekema

     “Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan”. mereka yang     akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan sesudah kebangkitan atau perubahan bukanlah makhluk ciptaan lain tetapi hidup seperti malaikat.[32]

Dari pendapat di atas mau menekankan akan kehidupan manusia yang sudah di bangkitkan oleh Kristus mereka akan hidup bersama-sama dengan Dia yang adalah sumber kehidupan kekal. William A Brakel menjelaskan bahwa, The elect they who are fercordained, are those how will become partakers of salvation; more over whom He did predestinate them he also glorified (Roma 8:30).[33](Mereka yang dipilih yang telah diselamatkan: dari akhir predestinasi-Nya mereka juga akan memuliakan-Nya). Oleh sebab itu setiap anak-anak Tuhan yang telah diselamatkan oleh Allah akan memuliakan Allah. Seluruh kehidupan mereka hanya dipenuhi oleh kemuliaan Kristus. George  Eldon Ladd menyatakan bahwa,  hidup yang kekal ini akan dialami pada zaman akhir, orang-orang benar akan dibawa kepada kebangkitan hidup.[34] Hidup yang kekal akan dialami oleh anak-anak Tuhan yang telah dibangkitkan oleh Kristus dari kematian dosa-dosa mereka. Mereka akan hidup bersama-sama dengan Allah yang adalah pemilik kehidupan yang kekal.

Yohanes Calvin menjelaskan bahwa,

Setiap kali ada dibicarakan tentang kebangkitan, hendaknya di mata hati kita muncul gambaran Kristus.  Di dalam tabiat yang telah diambil-Nya dalam kita.  Dia telah menempuh jalan yang fana ini sedemikian rupa hingga sekarang, setelah memperoleh hidup yang kekal, Dia menjadi jaminan bagi kita untuk kebangkitan kelak.  Kristus telah bangkit supaya kita menjadi teman-Nya dalam kehidupan yang akan datang.  Dia oleh Bapa dibangunkan kembali karena Dia dengan cara apapun tidak mau dipisahkan dari-Nya.  Dia dibangunkan oleh kuasa Roh Kudus yang pekerjaan-Nya menghidupkan kita bersama dengan Dia.[35]

 Jelaslah bahwa kehidupan kekal yang di anugerahkan oleh Allah kepada umat pilihan-Nya melalui pekerjaan Roh Kudus, membangkitkan manusia dari kematian, dan manusia senantiasa menjalani kehidupan bersama Kristus, yakni kehidupan kekal. Yesus Kristus telah menjadi jaminan yang sempurna bagi setiap anak-anak-Nya, sehingga mereka memperoleh anugerah keselamatan itu. Janji  Kristus telah digenapi oleh-Nya melalui kebangkitan-Nya yang menunjukkan kemenangan atas maut. Setiap umat yang telah diselamatkan oleh Allah mereka dibangkitkan bukan untuk dihakimi, melainkan untuk menjalani suatu kehidupan bersama-sama dengan Kristus yang hidup untuk selama-lamanya.





DAFTAR PUSAKA

Abineno, Ch.,  Pokok-Pokok  penting dari Iman Kristen. cet-5. Jakarta: Gunung Mulia.  2001.

Ames, William., The Marrow of the Theology. second Printing. USA. Baker Book House. 1997.

Barth, C. Theologia Perjanjian Lama 3, Cet ke-8. Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 2005.

Bavink, Herman., Our Reasonable Faith. Fourth Printing. New York. Eerdmans Publishing.  1984

Becker, Dieter.,  Pedoman Dogmatika, cet-1. Jakarta: Gunung Mulia. 1991.

Brill, J. Wesley.,  Tafsiran Surat Korintus.  cet-4. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.  1998.

Ferguson, Sinclair B.,  Kehidupan Kristen. cet-1. Surabaya: Momentum. 2007.

Hays, Richard B., First Corinthians: Interpretation: A Bible Commentary for Teaching and Praching, United States. 2011.

Hoekema,  Anthony A.,  Alkitab dan Akhir Zaman.  pen: Kalvin S. Budiman, ed: Solomon Yo. cet-1. Surabaya: Momentum.  2004.

Hodge, Charles., Systematic Theology-Volume III. t.k: t.p. t.t., pg. 718.

Indra, Ichwey G.,  Teologi Sistimatika. cet-1. Bandung: Yayasan Baptis Indonesia. 1999.

Jonge, Christian de.,  Gereja mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia. 2003.  

Marantika, Chris.,  Eskatologi.  cet-2. Yogyakarta: YKAP. 2007.

Menzies,  William W. dan Horton, Stanley M.,  Doktrin Alkitab.  cet-1.Malang: Gandum Mas. 1998.

Packer, J. L.,  Kristen Sejati. cet-2. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia. 1995.

Pink, Athur W., Saving Faith. Pilgrim Brethern press, Peterburgs USA. 1992

Plaisier, Arie Jan.,  Manusia Gambar Allah. cet-1. Jakarta: Gunung Mulia. 1999

Prime, Derek.,  Tanya Jawab tentang Iman Kristen, cet-1. Jakarta: Yayasan Bina Kasih.  1997.

Rothlisberger, H., Firman-Ku Seperti Api Para Nabi Israel. Cet ke-4. Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 2002.

Ryrie, Charles C.,  Teologi Dasar. cet-2. Yogyakarta: Yayasan Andi. 1986.

Soedarmo, R.,  Ikhtisar Dogmatika.  cet-1. Jakarta: Gunung Mulia. 1965.

Thiessen, Hendry C.,  Teologi Sistimatika. cet-4. Malang: Gandum Mas. 1997.

Tong, Stephen.,  Iman dan Agama. cet-3. Jakarta: Reformed Injili Indonesia. 1995.

Verkuyl, J.,  Aku Percaya.  cet-8. Jakarta: Gunung Mulia.  1981.

Walvoord, John F.,  Penggenapan Nubuat Masa Kini Zaman Akhir.  cet-1. Malang: Gandum Mas.  1996.

Williamson, G. I.,  Pengakuan Iman Westminster.  cet-1. Surabaya: Momentum. 2006.

Wongso, Peter.,  Soteriologi.  cet-4. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. 1998.




[1] Arie Jan Plaisier, Manusia Gambar Allah, cet-1, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), h. 162.

[2] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, cet-2, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1986), h. 362

[3] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, cet-1, (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), h. 197.

[4] Peter Wongso, Soteriologi, cet-4, (Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998), h. 95.

[5] Ch. Abineno, Pokok-Pokok  penting dari Iman Kristen, cet-5, (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), h. 108.

[6] Christian de Jonge, Gereja mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), h. 55.

[7] Stephen Tong, Iman dan Agama, cet-3, (Jakarta: Reformed Injili Indonesia, 1995), h. 54.

[8] John F. Walvoord, Penggenapan Nubuat Masa Kini Zaman Akhir, cet-1, (Malang: Gandum Mas, 1996), h. 422.

[9] Chris Marantika, Eskatologi, cet-2, (Yogyakarta: YKAP, 2007), h. 123.

[10] J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus, cet-4, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), h. 316.
 [11] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, cet-1, (Surabaya: Momentum, 2007), h. 258.

[12] Hendry C. Thiessen, Teologi Sistimatika, cet-4, (Malang: Gandum Mas, 1997), h. 592-593.

[13] J. Verkuyl, Aku Percaya, cet-8, (Jakarta: Gunung Mulia, 1981), h. 259.

[14]  William W. Menzies dan Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab, cet-1, (Malang: Gandum Mas, 1998), h. 264.
   [15] Ichwey G. Indra, Teologi Sistimatika, cet-1, (Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 1999), h. 216.
 [16] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, Cet ke-3, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2000), h. 374.

   [17] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, cet-1, (Surabaya: Momentum, 2006), h. 398.

   [18] Teologi Sistimatika, op cit, h. 217
    [19] Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, pen: Kalvin S. Budiman, ed: Solomon Yo, cet-1, (Surabaya: Momentum, 2004), h. 344.

   [20] Derek Prime, Tanya Jawab tentang Iman Kristen, cet-1, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 1997), h. 175.

    [21] Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, cet-1, (Surabaya: Momentum, 2004), h. 370.

[22] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, cet-1, (Jakarta: Gunung Mulia, 1965), h. 202.

    [23] Gerge Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid I, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), h. 95


   [24] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, cet-1, (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), h. 379.

    [25] Doktrin Alkitab, Op.Cit. h. 265.

[26] J. Verkyil, Aku Percaya, cet-16, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), h. 258

 [27] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, Cet ke-8, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2005), h. 45.

  [28] H. Rothlisberger, Firman-Ku Seperti Api Para Nabi Israel, Cet ke-4, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2002), h. 125.

  [29] Charles Hodge, Systematic Theology-Volume III, (t.k: t.p,.t.t), pg. 718.

[30]   Charles Hodge, Systematic Theology-Volume III, (t.k: t.p,.t.t), pg. 718

[31]Welly Pendensolang, Eskatologi Biblika, Cet-3 (Andi, Yogyakarta, 2004) h. 107

[32]Anthony A. Hoekema, Alkitab & Akhir Zaman, Cet-1 (Momentum, Surabaya, 2004) h. 34

[33]William A Brakel, The Christion Reasonable Service, Vol-IV, Translated by Barkel Elshout, (Soli Deo Gloria Publication, Nederlands, 1995) Pg. 358

[34] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, Pen. Urbanus Selan & Henry Lantang, Jilid 1, Cet-1, (Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1999)  h. 342.


[35] Yohanes Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen, (Gunung Mulia, Jakarta, 2000) h.214.

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.