aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Rabu, 24 Oktober 2012

Penciptaan


I.              Arti
Penciptaan adalah karya Allah Tritunggal yang terdapat dalam Alkitab Perjanjian Lama dalam pasal yang pertama dan ayat yang pertama yang menciptakan riwayat penciptaan sesuatu yang tidak ada atau kosong hanya dengan firmanNya maka segala sesuatu menjadi ada.
Di dalam berbicara tentang penciptaan, maka hal ini tidak terlepas dari kemahakuasaan Allah sebagai Pencipta Langit dan Bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata penciptaan berasal dari kata dasar “cipta” yang artinya “kesanggupan untuk mengadakan sesuatu yang baru”, dan dari kata kerja “menciptakan” yang artinya “menjadikan sesuatu yang baru tidak dengan bahan” atau membuat (mengadakan) sesuatu yang baru (belum pernah ada, luar biasa). Jadi penciptaan bisa didefinisikan sebagai suatu proses, pembuatan, cara menciptakan sesuatu yang baru tidak dengan bahan.[1]
      Penciptaan berkaitan dengan pekerjaan Allah sesuai dengan rencana-Nya, dan untuk melaksanakan rencana-Nya dimulai dari penciptaan bumi yang kosong, artinya dari tidak ada menjadi ada, dan diciptakan-Nya segala sesuatu tanpa bahan baku. Manusia tidak dapat mengerti dengan akal budi tentang penciptaan bumi yang kosong, oleh sebab itu adalah pekerjaan Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia dan manusia tidak mempunyai hak untuk mengetahui hal itu sebab manusia adalah ciptaan-Nya yang berada di bawah kuasa Allah.
J. L. Ch. Abineno, menyatakan bahwa: Salah satu hal yang menarik perhatian dalam ceritera penciptaan ini ialah, bahwa penciptaan Allah (dengan perkataan) selalu dimulai dengan suatu formula yang tetap: “Berfirmanlah Allah: Hendak…dan jadilah demikian”. Skema atau bagan ini adalah sesuatu yang khas untuk Kejadian 1.[2] Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, tidak diciptakan dengan perantara, tetapi diciptakan dengan kemahakuasaan-Nya melalui Firman-Nya dijadikan-Nya segala sesuatu di bawah kuasa-Nya.
Yohanes Calvin menyatakan:
Supaya kita menerima dengan iman yang benar apa yang perlu diketahui mengenai Allah, kita pertama-tama harus memperhatikan riwayat penciptaan dunia. Dari situ kita akan tahu bahwa Allah dengan kekuatan Firman dan Roh-Nya telah menciptakan langit dan bumi dari ketiadaan dan bahwa dari langit dan bumi itu telah dibuat-Nya segala jenis binatang serta ciptaanyang tak bernyawa, bahwa telah dibeda-bedakan-Nya, dengan tertib yang mengagumkan, keanekaragaman benda yang tak terhingga yang kita lihat itu, bahwa setiap jenis diberi-Nya sifat sendiri, bahwa telah ditetapkan-Nya tugas mereka, bahwa telah ditentukan-Nya tempat dan rumah bagi mereka.[3]
       Bahwa dunia dengan segala isinya diciptakan oleh Tuhan Allah dengan kebesaran dan kemahakuaasaan-Nya, maka dapat diyakini dengan iman yang benar melalui kesaksian Alkitab yang ditulis oleh para Nabi Allah, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan apa yang harus mereka lakukan serta menentukan tempat dan rumah bagi mereka sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya dari semula dengan tujuan untuk memuliakan diri-Nya.
R. L. Dabney menyatakan,
The words rendered to create, cannot be considered, in their etymologi and usage, very distinctive of the nature of the act. The authorities ברא mean “to cut or cauve”, primarily, (from the idea of spilitting of parts, or separation) hence “to fashion”, then to “create”, and thence the more derivative sense of producing or generating, regenerating the heart. [4] Kata-kata yang diberikan untuk membuat, tidak dapat dianggap, dalam etymologi dan penggunaan, yang sangat khas dari sifat perbuatan. Pihak berwenang ברא berarti "untuk memotong atau cauve", terutama, (dari ide bagian, atau pemisahan) maka "ke mode", lalu "menciptakan", dan dari situ arti yang lebih turunan dari memproduksi atau menghasilkan, regenerasi jantung.

Sementara itu J. Verkuyl menyatakan,
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Alkitab (Kitab Kejadian) mulai dengan kata-kata yang hebat ini. Alkitab mengajar kita untuk melihat seluruh alam semesta. Alkitab mengarahkan pandangan kita kepada bintang-bintang dan planit-planit, gunung-gunung dan padang gurun, laut dan sungai, tumbuh-tumbuhan dan hewan, manusia dan malaikat.[5]
     Kata-kata dalam Kitab Kejadian 1:1 menurut J. Verkuyl, merupakan kata-kata yang sangat mengagumkan, di mana dalam kata-kata tersebut memperlihatkan kemahakuasaan dan kemahabesaran Allah sebagai Pencipta Langit dan Bumi, Laut dan segala isinya. Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan kata kerja dalam bahasa Ibrani “bara”, yang artinya membangun, membentuk, menciptakan. Kata ini hanya menunjuk kepada Allah saja sebagai Pencipta Langit dan Bumi dan segala isinya, tidak ditujukan kepada makhluk lain.
Herman Bavinck menjelaskan:
Karya Allah ke luar dimulai dengan penciptaan. Penciptaan adalah penyataan pertama Allah, permulaan dan pondasi seluruh penyataan berikutnya. Konsep alkitabiah tentang penyataan berakar di dalam konsep penciptaan tersebut. Allah pertama kali menampakan diri ke luar di hadapan ciptaan-ciptaan-Nya dalam penciptaan dan menyatakan diri kepada mereka. Dalam menciptakan dunia dengan firman-Nya dan menjadikannya hidup oleh Roh-Nya, Allah telah menggambarkan kontur-kontur dasar seluruh penyataan selanjutnya.[6]
    Dunia yang teratur ini sebenarnya keluar atau muncul dari suatu kekacauan, atau diatur dari suatu keadaan yang semula kacau-balau, di mana tidak ada kemungkinan hidup, hingga menjadi dunia yang teratur dengan kemungkinan hidup. Berita tentang penjadian yang demikian itu masih juga menggema dalam Mzm. 33:6, 7, yang mengatakan, bahwa oleh firman Allah Langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya dan bahwa Allah telah mengumpulkan air seperti dalam bendungan, dan menaruh samudera raya ke dalam wadah. Sekalipun bumi berada di dalam lautan yang besar, namun kokoh juga, sebab Tuhan Allah telah memberikan dasar atau alasnya.
Stephen Thong, menulis tentang penciptaan bahwa: Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu tercantum dalam Kitab pertama dan ayat pertama dari Alkitab ‘in the begining God created heaven and earth’ pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Allah menciptakan segala sesuatu. Kata “menciptakan” yang dipakai dalam Alkitab bahasa Ibrani untuk kejadian 1:26, 27 memakai kata “menciptakan” yang sama untuk kejadian 1:1 yaitu “bara”, “yatsag” dan “asyah”. Untuk kejadian 1:1 dan 26 menggunakan kata “bara” berarti menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, istilah “bara” berarti menunjuk yang dicipta adalah suatu makhluk yang baru yang belum pernah ada.[7]

Penciptaan langit dan bumi adalah pekerjaan Allah yang obsolut dan hal ini hanya dapat dipercaya dengan iman. Thomas Watson menulis “the work of the creation is God’s making all things from nothing by the world of his power ben in the begining God created the heaven and the earth”.[8] (Terj. Pekerjaan penciptaan adalah perbuatan Tuhan dari yang tidak ada menjadi ada hanya dengan kuasa dan FirmanNya melalui penciptaan surga dan bumi). Menurut riwayat penciptaan Allah menciptakan langit dan bumi seperti pernyataan:
S. Wismoady Wahono, berkomentar bahwa: “cerita penciptaan itu merupakan cerita pengajaran yang sangat indah dari para imam Israel. Bentuknya seperti puisi, pujian dengan sistematika yang cermat, dan memanfaatkan kata-kata serta ucapan yang sama. Hal itu Nampak dalam kata-kata “Berfirmanlah Allah…. Dan jadilah demikian”. “jadilah petang dan jadilah pagi….”. uraian kata-kata itu sama sekali tidak mempunyai maksud historis atau ilmiah berdasar dan untuk imam”.[9]

Inti pernyataan kitab kejadian 1 ialah “pada mulanya Allah menciptakan” (kej 1:1), dan pada akhir pekerjaanNya dia menciptakan manusia. Herman bavink menulis: “The begining of the carrying out of this counsel of the Lord was the creation of the world just us the holly scripture a loae can give  Us to know the counse lof God so they all show us the origin of all thing’s telling Us of God’s creative omni potence”.[10] (Terj. Permulaan dalam penciptaan Allah adalah menciptakan langit dan bumi demikian juga dalam kitab bagaimana kemahakuasaan Allah dalam menunjukkan penyelesaian penciptaan pada mulanya).
            Dengan demikian inti ajaran Kristen tentang kejadian ialah bahwa Allah sendiri adalah mula dan pelaku tunggal kejadian itu, dan manusia adalah puncak dari makhluk yang diciptakanNya. J. Wesley brill berpendapat bahwa “Tuhan allah Tritunggal, oleh kehendaknya sendiri dan kemuliaanNya sendiri telah menciptakan alam semesta tanpa menggunakan sesuatu benda baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan.[11] Pada kurun waktu antara mula penciptaan dan puncaknya terjadi proses berangsur-angsur dalam tahapan kejadian 1, tahap-tahap selalu ada mulanya dan di bawah perintah Firman Allah yang menciptakan (Berfirmanlah Allah).
William Frans mengatakan bahwa: “Creation is the efficiency of God where by in the begining out of nothing the mathe the world to be altogether good”.[12] Terj. Ciptaan adalah karya Tuhan Allah dimana dari permulaan Allah menciptakan dari kosong atau tidak ada apapun dibuat menjadi ada dan semua itu diciptakan dengan amat baik.

II.           Proses
6 Hari penciptaan :
Hari 1 : langit dan bumi diciptakan dan “Jadilah terang”.
Hari 2 : Allah menciptakan cakrawala
Hari 3 : daratan dipisahkan dengan lautan; tumbuh2an diciptakan
Hari 4 : Matahari, bulan dan bintang diciptakan
Hari 5:
 Binatang di lautan dan burung di udara
Hari 6 : Binatang dibumi, ternak dan binatang melata, Manusia pertama diciptakan (Adam dan Hawa)

III.        Waktu
Kata "hari" dalam Kejadian 1 berasal dari kata Ibrani yom. Kata ini dapat berarti 1 hari (dengan pengertian biasa 1 hari = 24 jam), ½ hari ( 12 jam) dari 24 jam (maksudnya siang, bukan malam), atau biasanya suatu periode waktu yang tidak terbatas (contoh "pada jaman hakim-hakim" atau "pada harinya Tuhan"). Tanpa pengecualian, pada Perjanjian Lama kata yom dalam bahasa Ibrani tidak pernah digunakan untuk menunjukkan periode waktu yang panjang dan terbatas dengan permulaan yang spesifik sampai titik akhirnya. Lebih jauh lagi kita harus mengingat bahwa ketika kata yom digunakan dalam arti periode waktu yang tidak terbatas, hal itu sangat jelas terlihat dalam konteksnya. Jadi kita dapat dengan mudah membedakan yom yang berarti 24 jam atau siang hari dengan periode waktu yang tidak terbatas.
Mengapa 6 hari ?
Keberadaan Tuhan adalah tanpa batas. Ini berarti Dia mempunyai kekuatan yang tak terbatas, pengetahuan yang tak terbatas, kebijaksanaan yang tak terbatas, dll. Jelasnya, Tuhan dapat membuat apa saja yang Dia inginkan dalam waktu sekejap. Dia dapat menciptakan seluruh alam semesta, bumi dan semua isinya dalam waktu sekejap. Mungkin pertanyaannya adalah mengapa Tuhan memakai waktu selama 6 hari ? Bukankah 6 hari adalah waktu yang panjang untuk Tuhan yang tak terbatas untuk membuat apapun juga ? Jawabannya dapat ditemukan di kitab Keluaran 20:11.
Keluaran 20 berisi 10 hukum Taurat. Haruslah diingat bahwa hukum-hukum ini ditulis di atas batu oleh "jari Allah", seperti yang kita baca dalam Keluaran 31:18 "Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulis oleh jari Allah." Hukum ke-4 di pasal 20 ayat 9 memberitahukan kepada kita bahwa kita bekerja selama 6 hari dan beristirahat 1 hari. Hal ini lebih diperkuat dalam ayat 11 , "Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya." Ayat ini adalah referensi langsung untuk minggu penciptaaan yang dilakukan Allah dalam Kejadian 1. Agar konsisten (dan kita seharusnya juga), apapun arti yang dipakai untuk kata hari dalam kejadian 1 harus juga dipakai di dalam ayat ini. Jika anda ingin mengatakan kata hari dalam Kejadian berarti periode waktu yang panjang, tentulah artinya hari tersebut adalah periode waktu yang tidak terbatas atau tidak pasti - bukan periode waktu yang terbatas (lihat paragraf pertama subheadline Apakah "hari" itu ?). Dengan demikian arti dari Keluaran 20:9-11 haruslah "enam periode waktu yang tidak terbatas lamanya engkau harus bekerja dan beristirahat pada satu periode waktu yang tak terbatas.! Hal ini sangat tidak masuk akal. Dengan menerima hari-hari tersebut sebagai hari-hari yang biasa, kita dapat mengerti bahwa Tuhan sedang memberitahukan kita bahwa Dia bekerja selama enam hari biasa dan beristirahat selama 1 hari biasa untuk memberikan pola kepada manusia - pola (pattern) 7 hari dalam seminggu yang masih berlaku sampai sekarang ! Dengan kata lain, dari Keluaran 20, kita belajar alasan Tuhan memerlukan waktu yang lama, yaitu 6 hari untuk membuat segalanya, adalah bahwa Dia membuat pola untuk kita ikuti, pola kerja yang masih kita ikuti sampai sekarang !

Satu hari adalah seribu tahun
Ada pendapat yang mengacu bahwa II Petrus 3:8 memberitahu kita, "bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." Ayat ini digunakan oleh banyak orang yang mengajarkan, atau  paling tidak menarik kesimpulan, bahwa hari-hari dalam Kejadian pastilah masing-masing sama dengan seribu tahun. Hal ini juga salah. Bila kita melihat pada Mazmur 90:4, kita membaca sebuah ayat yang sangat jelas, "Sebab dimataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam."
Pada kedua ayat tersebut seluruh konteknya mempunyai maksud bahwa Tuhan tidak dibatasi oleh waktu maupun proses-proses alamiah. Tuhan itu melampaui waktu karena Dialah yang menciptakan waktu. Dalam ayat-ayat tersebut tidak ada satu petunjuk pun yang mengacu pada hari-hari penciptaan yang terdapat dalam Kejadian, karena kedua ayat tersebut bermaksud memberitahu bahwa Tuhan tidak terikat oleh waktu. Dalam II Petrus 3, konteksnya berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali, menunjukkan fakta bahwa bagi Tuhan satu hari serasa seribu tahun atau seribu tahun serasa satu hari berarti Tuhan tidak dipengaruhi oleh waktu. Hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan hari-hari penciptaan dalam Kejadian.
Lebih jauh lagi dalam II Petrus 3:8, kata hari dibandingkan dengan seribu tahun. Kata hari mempunyai arti harafiah hingga dapat dibandingkan dengan "seribu tahun". Ia tidak bisa dibandingkan dengan seribu tahun jika tidak mempunyai arti harafiahnya. Maka, kata hari di ayat ini bukan didefinisikan sama dengan "seribu tahun" tetapi hanya dibandingkan dengan ungkapan "seribu tahun". Dengan demikian tujuan dasar dari pesan Rasul Petrus adalah Tuhan mampu melakukan, dengan waktu. yang sangat pendek, apa yang dapat manusia/alam lakukan dalam waktu yang sangat panjang. Para evolusionis berusaha membuktikan bahwa proses-proses berurutan dari alam untuk menghasilkan manusia memerlukan waktu jutaan tahun. Banyak orang Kristen telah menerima konsep jutaan tahun ini, menambahkannya ke dalam Alkitab, kemudian berkata bahwa Tuhan memerlukan jutaan tahun untuk membuat semuanya itu. Tetapi, inti dari II Petrus 3:8 adalah bahwa Allah tidak dibatasi oleh waktu sementara evolusi memerlukan banyak sekali waktu.
Juga ada satu catatan penting untuk diperhatikan yaitu di bagian II Petrus sebelum kalimat "satu hari sama seperti seribu tahun," kita diberitahu bahwa "... akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menurut hawa nafsunya. Kata mereka : ‘Dimanakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu berjalan tetap seperti semula pada waktu dunia diciptakan.’ " (II Petrus 3:3,4).
Dengan demikian, pada hari-hari akhir orang-orang akan mengatakan bahwa segala sesuatu terus berjalan - sama seperti yang dikatakan para evolusionis bahwa segala sesuatu telah berjalan selama jutaan tahun. Orang-orang ini tidak percaya bahwa Tuhan campur tangan dalam sejarah. Pernyataan "segala sesuatu berjalan tetap seperti semula pada waktu dunia diciptakan" dapat didefinisikan sebagai konsep modern tentang uniformitarianism. Ini adalah pandangan yang lazim dalam ilmu geologi sekarang ini : bahwa "masa kini adalah kunci dari masa lalu" (bahwa dunia sudah berjalan jutaan tahun dengan cara yang sama seperti yang kita lihat terjadi sekarang ini). Hal ini benar-benar dasar dari geologi evolusi modern. Kebanyakan geologis modern tidak percaya bahwa Tuhanlah yang menciptakan dunia ribuan tahun yang lalu, tetapi bahwa dunia ini adalah sebuah produk dari proses selama jutaan tahun. Tuhan memberitahu kita dengan cukup jelas bahwa Dia menciptakan segalanya dalam 6 hari, dan Dia mengunakan waktu selama itu karena alasan khusus seperti yang dijelaskan dalam Keluaran 20.

Hari dan Tahun-tahun
Dalam Kejadian 1:14 kita membaca bahwa Tuhan berkata, "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun." Jika kata "hari" di sini bukan berarti hari secara harafiah, maka kata "tahun-tahun" yang digunakan pada ayat yang sama akan menjadi tidak mempunyai arti.

Hari dan Perjanjian Tuhan
Melihat Yeremia 33:25-26, kita membaca, "Beginilah firman TUHAN: Jika Aku tidak menetapkan perjanjianKu dengan siang dan malam dan aturan langit dan bumi, maka juga Aku pasti akan menolak keturunan Yakub dan hambaKu Daud, sehingga berhenti mengangkat dari keturunannya orang-orang yang memerintah atas keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Sebab Aku akan memulihkan keadaan mereka dan menyayangi mereka."
Di sini Tuhan memberitahu Yeremia bahwa Dia mempunyai perjanjian dengan siang dan malam yang tidak bisa dilanggar, karena berhubungan dengan janji kepada keturunan Daud - termasuk seseorang yang telah dijanjikan menerima mahkota (Kristus). Perjanjian antara Tuhan dengan siang dan malam ini bermula dari Kejadian 1, karena Tuhan pertama kali mendefinisikan siang dan malam ketika Ia menciptakan mereka. Jadi jika perjanjian antara siang dan malam ini tidak ada walaupun Tuhan dengan jelas berkata ada (jika anda tidak menerima Kejadian 1 secara harafiah), maka janji yang diberikan melalui Yeremia menjadi tidak berlaku.

Apakah hari berpengaruh ?
Akhirnya, apakah jadi soal jika kita menerima hari-hari itu secara harafiah atau tidak ? Jawabannya secara pasti adalah "Ya"! Hal ini menjadi suatu prinsip pendekatan seseorang terhadap Alkitab. Sebagai contoh, jika kita tidak menerima mereka sebagai hari-hari biasa, maka kita harus bertanya, "Apakah mereka?" Jawabannya "Kita tidak tahu". Jika pendekatan kita seperti itu, maka secara logis kita harus melakukan pendekatan terhadap bagian lain dalam kitab Kejadian dengan cara yang sama (harus konsisten). Sebagai contoh, ketika dikatakan bahwa Tuhan mengambil debu tanah dan membuat Adam - apa maksudnya ? Jika artinya tidak secara harafiah, maka kita tidak tahu apa artinya! Maka sangat penting menerima kitab Kejadian secara harafiah. Lebih jauh lagi, perlu diingat bahwa anda tidak dapat menafsirkan secara harafiah karena penafsiran harafiah berkontradiksi. Anda harus menerimanya secara harafiah atau menafsirkannya! Sangatlah penting untuk menyadari bahwa kita harus menerimanya secara harafiah kecuali kata itu secara jelas berupa simbol, dan jika memang demikian, konteksnya akan membuat arti kata itu menjadi jelas atau kita diberitahu demikian oleh teksnya.
Jika seseorang menerima bahwa kita tidak tahu arti dari kata hari dalam Kejadian, maka dapatkah orang lain yang berkata bahwa kata itu berarti hari biasa dituduh salah ? Jawabannya adalah "tidak", karena orang yang menerima kata itu sebagai hari biasa tidak tahu apa artinya. Terlebih lagi, orang yang pertama tadi, yang tidak tahu apa arti hari, tidak bisa menuduh orang lain salah !
Ketika orang menerima apa yang diajarkan dalam kitab Kejadian apa adanya, dan menerima hari sebagai hari biasa, mereka tidak akan menemui kesulitan dalam mengerti apa yang ingin disampaikan dalam sisa kitab Kejadian (Kej 2-50).

"Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya" (Keluaran 20:11)

Artikel ini diterjemahkan dari buku The Answers Book, hal. 89-101, karangan : Ken Ham, Andrew Snelling, and Carl Wieland, Penerbit : Master Books, 1992.

IV.        Sifat
V.           Manfaat
VI.        Tujuan


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peny. Anton M. Muliono,dkk, cet ke-9, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, h. 191.
[2] J. L. Ch. Abineno, Manusia dan sesamanya di dalam Dunia, cet. Pertama, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 7.
[3] Yohanes Calvin, Institution, peny. Th. Van den End, pen. Winarsih Arifin, J. S. Aritonang, Th. Van den End, cet. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003, h. 33.
[4] R. L. Dabney, Systematic Theologi, The Banner of Truth Trust, 1985, pg. 247.

[5] J. Verkuyl, Aku Percaya, peny. Soegiarto, cet ke-16, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995, h. 50.
[6] Herman Bavinck, Dokmatika Reformed, cet. Pertama, Momentun, Surabaya, 2011, h. 369.
[7]  Stephen Tong, Peta dan Teladan Allah, cet-2, Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1994, h. 2.
[8]  Thomas Watson, A Body Of Divinyif, Contaned seremonds, Rapids 10, The Banner Of Trust 3 Murray Field road, U.S.A, 1997, pg. 113.
[9]  Wismoady Wahono, Di sini kutemukan: Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, cet-1, Jakarta, BPK Gunung Mulia. 1986, h. 79.
[10]  Herman Bavink, Our Resonable Faith, Fourth Printing, New York Westminter Discount Book Service, 1984. page. 164.
[11]  J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, Bandung, Yayasan Kalam Hidup, t.t., h. 66.
[12]  William Frans, The Morrow of theology, second printing, Baker Books, Grand Rapinds, Michigan, 1997, pg. 100.

Tidak ada komentar:

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.