Metode
ini bertitik-tolak dari sejarah Penyelamatan Allah (Redemptive History) sebagai
uraian fakta-fakta yang sungguh-sungguh terjadi dan yang berarti sebagai
pelajaran dan pola hidup bagi umat Tuhan pada abad dan tempat. Semuanya berpusat
pada Kristus. [1]
Meneliti
kontekstual kitab. Pada bagian ini ada dua hal yang perlu diteliti: pertama,
konteks historis kitab atau data-data kanonik dari kitab, yang mengandung
informasi sebagai latar belakang bagi teks yang ditafsirkan. [2]
Di sini penafsir perlu meneliti dan memeriksa siapa penulis kitab, latar
belakang kehidupannya, waktu penulisan, tempat penulisan, jaman penulisan dan
tujuan penulisan dan lain-lain. Pentingnya begian ini untuk diteliti karena
bagian satu dan yang lain memiliki hubungan atau keterkaitan dengan apa yang
telah ditulis oleh penulis kitab. Setiap kitab dan penulisnya memiliki kekhasan
yang istimewa, yang Tuhan juga ingin nyatakan.
Konteks
dekat dan konteks jauh dari teks yang ditafsir. Konteks ialah teks di luar
disekitar teks. Langkah ini menuntun penafsir memeriksa isi teks dalam konteks
literernya dari yang terdekat sampai yang terjauh. Pentingnya bagian ini adalah
untuk memberi kepada penafsir pandangan yang luas. Teks yang diteliti mempunyai
tempat yang istimewa dalam keseluruhan Kitab Suci. Menemukan konteks dekat dan
jauh akan membawa peniliti untuk melihat hubungan-hubungan teks dengan banyak
nas lain (yang pararel, sejajar, dan kutipan) dalam keseluruhan Kitab Suci. Sehingga
ini berguna untuk melindungi peneliti dari pemberian arti yang tidak tepat.
Meneliti
posisi teks. Langkah ini penting bagi peneliti untuk menemutkan dan melihat
posisi teks:
a. Dalam Sejarah Suci (Historia Sacral). Disini
penafsir perlu menetapkan “lokasi”
peristiwa teks pada garis Sejarah Suci. Sejarah Suci yang dimaksud
bukanlah sejarah perkembangan umat Tuhan (manusiawi) melainkan
perbuatan-perbuatan besar Tuhan (Ilahi), yakni bahwa Dia tetap setia terhdapa
umat-Nya.
b. Dalam Sejarah Penyataan Allah
(Historia Revelation). Disini penafsir meneliti posisi teks dalam perkembangan
penyetaan Allah, sebab Tuhan tidak langsung menyatakan seluruh Firman-Nya,
tetapi tahap demi tahap.
Kristologis.
Seluruh Alkitab mempunyai pusat atau inti yaitu
Kristus. Langkah ini menuntun penafsir untuk mencari dan menemukan
Kristus dalam Teks yang ditafsir. “Dengan kata lain, penafsir mencari jawaban
atas pernyataan: dengan cara apakah teks yang ditafsirkan itu berhubungan
dengan keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus???
[1] Henk Venema, Kitab Suci-untuk Kita: Membaca
dan menafsir Firman Tuhan secara Utuh, Setia, dan Kontekstual, (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003), 91.
[2]
Henk Venema, Kitab Suci-untuk Kita: Membaca dan menafsir Firman Tuhan secara
Utuh, Setia, dan Kontekstual, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003),
96-7.