aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Rabu, 25 Februari 2015

BADAI PASTI BERLALU


Bacaan : Matius 8:23-25
23 Tetapi sementara mereka itu berlayar, tertidurlah Ia, lalu turunlah angin ribut ke tasik itu, memenuhi perahu itu dengan air, sehingga nyaris bahaya.
24  Maka datanglah mereka itu mendapatkan Yesus, serta membangunkan Dia, katanya, "Ya Rabbi, ya Rabbi, binasalah kita!" Maka bangunlah Ia sambil melarang angin dan gelombang itu; lalu berhentilah, menjadi teduh.
25  Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang, "Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?"

 
Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak akan pernah terlepas dari berbagai masalah, tantangan, pergumulan hidup.  Hidup di dunia ini memang penuh dengan berbagi persoalan ekonomi, sosial, budaya, dan banyak hal lain lagi yang menjadi persoalan kehidupan.  Yang pastinya selagi masih di dunia ini, semua manusia akan diperhadapkan dengan tantangan atau masalah.  Setiap individu tentu memiliki cara masing-masing dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.  Ada yang bersikap positif dalam menghadapinya namun tidak sedikit juga yang bersikap negatif.  Bahkan ada banyak orang hari-hari ini menyikapi persoalan dengan mengambil solusi yang fatal, mereka menghabisi nyawa orang lain atau bahkan menghabisi nyawanya sendiri karena tidak mampu menghadapi tantangan yang dirasa begitu berat. Hal ini sebenarnya terjadi akibat dari ketidakberdayaan manusia yang mengandalkan kekuatannya sendiri dalam menghadapi situasi dan kondisi yang semakin sulit.
Kita melihat keluarga demi keluarga memiliki konsep yang sama  bahwa mereka lebih memilih mengandalkan kekuatan sendiri dalam menghadapi persoalan, makanya tidak heranlah jikalau kita banyak melihat keluarga-keluarga yang berantakan, perceraian, perselingkuhan, kehidupan anak-anak yang hancur, dan masih banyak hal lain yang terjadi dalam keluarga hari-hari ini.
Tidak terkecuali dalam kalangan keluarga Kristen yang seharusnya memiliki pandangan secara Alkitabiah, namun yang terjadi justru sama dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah.  Hal ini kembali harus kita renungkan baik-baik… Bagaimanakah kehidupan keluarga kita saat ini, apakah kita mengandalkan kekuatan kita sendiri dalam menghadapi segala persoalan hidup ini?
1. Mengapa ada badai?
2. Mengapa badai pasti berlalu?
LAI memberikan judul perikop nats ini yaitu “angin rebut diredakan”.  Perikop ini merupakan bagian yang bersifat paralel dengan nats-nats yang terdapat pula di kedua Injil lainnya yaitu dalam Markus dan Lukas tepatnya kita dapat lihat dalam Markus 4:35-41 dan Lukas 8:22-25.
jikalau kita memparhatikan dalam ketiga Injil tersebut terdapat beberapa perbedaan, namun hal ini bukan berarti bahawa ketiga Injil tersebut bertentangan satu dengan yang lainnya, justru ketiga Injil ini sebenarnya saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Ketiganya menceritakan tentang kejadian yang sama namun dalam penjabarannya Markus lebih terperinci dalam kejadian tersebut. 
poin yang pertama yaitu mengapa ada badai?
Kita memperhatikan peristiwa sebelum terjadinya peristiwa dalam nats Matius 8:23-27, terdapat rentetan peristiwa-peristiwa dimana Yesus melayani orang banyak dari berbagai daerah, sebut saja peristiwa khotbah di bukit dan kemudian Yesus juga menyembuhkan beberapa orang yang sakit termasuk mertua dari Petrus…
Dengan berbagai pelayanan tersebut tentu membuat Yesus secara manusia ingin beristirahat sejenak dari kerumunan orang banyak yang berbondong-bondong menemuinya. Oleh karena itu Yesus menyuruh murid-murid-Nya agar mereka bertolak ke seberang dengan melewati danau dengan menggunakan perahu. Peristiwa tersebut terjadi ketika sore hari atau petang hari sebagaimana Markus menjelaskannya.  Mereka meninggalkan orang banyak tersebut untuk bertolak ke seberang danau tepatnya di daerah orang Gerasa/Gedara sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan menuju ke seberang terjadilah suatu peristiwa yang membuat murid-muridNya menjadi panik dan ketakutan.  Di dalam perjalanan mereka mengalami suatu peristiwa dimana perahu yang mereka tumpangi kemasukan air oleh karena gelombang yang begitu hebat.  Badai yang terjadi membuat perahu mereka kemasukan air dan tentunya hal ini akan membuat perahu itu menjadi tenggelam.  Hal inilah yang membuat para murid menjadi panik dan bingung menghadapi badai tersebut, sebab nyawa mereka sudah mulai terancam, bagaimana tidak perahu mereka diterpa badai yang begitu hebat dan perahunya mau tenggelam. Seolah-olah tidak adalagi pertolongan pada saat itu. 
Ketika peristwa itu terjadi Yesus sedang tidur di buritan perahu atau bisa juga disebut bagian belakang perahu. Kejadian ini membuat setiap kita juga pasti bertanya kenapa para murid menjadi panik dan ketakutan???? Bukankah murid-murid Yesus merupakan orang-orang yang bekerja sebagai nelayan sebelum Yesus memanggil mereka????? Bukankah mereka sudah pasti sering mengalami badai dalam pekerjaan yang mereka tekuni???? Namun mengapa mereka justru tidak siap menghadapi badai yang hebat tersebut????
Jikalau kita memperhatikan rasa takut dan cemas maupun panik itu pasti tidak akan pernah hilang dalam kehidupan mereka walaupun mereka sudah seringkali menghadapi badai yang sama.  Secara manusiawi rasa panik dan ketakutan itu akan muncul setiap kali menghadapi tantangan/halangan yang ada.
Badai tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan dari para murid. Hal ini kita dapat lihat dalam ketiga Injil tersebut bahwa tidak ada satupun yang menunjukkan adanya tanda-tanda yang akan mengawali peristiwa hebat tersebut.  Tentu sebagai para nelayan murid-murid Yesus akan mengetahui jikalau adanya badai yang datang, sebab biasanya para nelayan mengerti akan hal itu (gejala-gejala alam yang terjadi di danau).  Ini kembali menegaskan bagi kita bahwa tidak seorangpun yang mengetahui peristiwa itu akan terjadi dan peritiwa tersebut terjadi dengan tiba-tiba dan membuat mereka menjadi ketakutan dan tidak siap menghadapinya.
Meskipun mereka merupakan nelayan yang seringkali mengalami tantangan badai, namun mereka juga masih tetap bingun dalam menghadapi situasi sulit tersebut. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan mereka dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, cara mereka sendiri, pikiran mereka sendiri. Mereka membutuhkan pertolongan di luar kemampuan yang mereka punya. Mereka tidak akan mampu menghadapi badai yang sedang menimpa mereka.
Rasa cemas yang mereka alami juga menunjukkan betapa hidup mereka begitu terancam akan peristiwa tersebut, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka tidak mampu melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkan mereka dari masalah atau badai tersebut.  Hal ini menegaskan kembali bagi kita tentang ketidakberdayaan setiap manusia dengan mengandalkan kekuatan sendiri.  Badai yang terjadi mau menunjukkan bahwa di balik itu mereka sangat membutuhkan pertolongan, kemampuan yang mereka punya tidak dapat mereka andalkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. 
Peristiwa tersebut terjadi bukan secara kebetulan melainkan ada maksud dan tujuan di balik itu semua. Peristiwa tersebut tentu ada dalam rencana Allah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengandalkan kekuatannya untuk menyelesaikan segala persoalan yang sedang terjadi. Mereka membutuhkan pertolongan agar mereka mampu melewati badai yang sedang terjadi. Tidak cukup dengan pengalaman, kepintaran, kehebatan, kekuatannya secara manusia.
Peristiwa yang terjadi dalam nats ini juga seringkali terjadi dlam kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Badai kehidupan silih berganti datang dalam kehidupan kita, rasa takut, cemas, bimbang, galau dan rasa putus asapun tak jarang menghampiri hidup kita semua.  Semua kita pasti mengalami tantangan/badai kehidupan yang berbeda-beda.  Seringkali kita mencoba menyelesaikan persoalan/badai kehidupan ini dengan cara yang kita punya. Mungkin itu dengan pengalaman kita, kita juga seringkali merasa mampu melakukan segala sesuatunya tanpa membutuhkan pertolongan.  Namun semuanya itu membawa kita pada satu titik dimana kita sebenarnya tidak akan mampu melewatinya tanpa pertolongan dari Tuhan.
Masalah-masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini baik secara pribadi maupun dalam keluarga tentu membuat kita terkadang seolah-olah tidak ada jalan lagi, sepertinya kita sudah tidak mendapatkan pertolongan lagi, kita sepertinya sudah mau “tenggelam” dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Jikalau kita memperhatikan yang terjadi dalam peristiwa di Matius 8:23-27 tersebut tentu kita dapat melihat dengan jelas bahwa sebenarnya dalam peristiwa/masalah yang kita hadapi sebenarnya hal itu membuat kita untuk berserah penuh pada Allah, secara tidak langsung Allah ingin menghancurkan kesombongan dalam diri kita yang seringkali mengandalkan kekuatan sendiri untuk menghadapi segala sesuatu. Allah ingin menunjukkan bagi kita bahwa melalui badai kehidupan yang terjadi kita sangat membutuhkan pertolongan dari-Nya. Perlu penyerahan diri total terhadap-Nya.
Lebih daripada itu juga peristiwa ini juga menunjukkan bagi kita semua tentang manusia yang telah jatuh dalam dosa dan tidak berdaya dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Oleh karena itu manusia yang telah jatuh dalam dosa tersebut membutuhkan pertolongan, sebab ia tidak akan mampu melepaskan diri dari “tenggelam” dalam dosa. Manusia sangat membutuhkan pribadi yang mampu melepaskannya dari hal tersebut. Hal tersebut hanya didapat di dalam satu nama/pribadi yaitu Yesus Kristus.
Melalui badai kehidupan yang terjadi TUHAN punya rencana untuk membawa setiap kita tetap mengadalkan kekuatan Tuhan bukan kekuatan kita. Tuhan ingin hidup kita secara totalitas berserah kepada kehendak Allah bukan kehendak manusia.
Saudara-saudaraku yang terkasih dalam Kristus, kita akan masuk dalam poin yang kedua yaitu mengapa badai pasti berlalu????
Dalam peristiwa di dalam nats pembacaan  juga dijelaskan reaksi dari para murid yang sedang ketakutan oleh karena terjadinya badai/gelombang yang menimpa perahu-perahu mereka.  Mereka yang sedang ketakutan tersebut lalu membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan perahu, mereka tidak tahu harus berbuat apalagi, mereka membutuhkan pertolongan dari satu pribadi dan hal itu bukan dari antara murid-murid yang ada pada saat itu.  Mereka yang mempunyai pengalaman dalam mnegarungi danau untuk mencari ikan dan yang sering menghadapi gelombang badai tidak mampu berbuat apa-apa. Kemampuan dan pengalaman mereka tidak dapat menjadi solusi dalam kepanikan ataupun ketakutan yang terjadi pada saat itu.  Hal ini jelas dalam perkataan para murid ketika mereka membangunkan Yesus dengan berkata “kita binasa”.  Ini menunjukkan betapa hebatnya badai tersebut dan nyaris membuat mereka tenggelam. 
Para murid kemudian mencari solusi lain dengan membangunkan Yesus yang sedang tidur.  Mereka berpikir jikalau Yesus tidak peduli dengan keadaan yang sedang mereka alami. Mereka berpikir seolah-olah Yesus tidak mau tahu dengan rasa putus asa yang mereka alami. Mereka berpikir Yesus hanya diam saja melihat mereka ketakutan dan panik. Mereka berpikir jikalau Yesus tidak ambil pusing dengan sikon yang ada, sehingga Yesus hanya tertidur di buritan saat kejadian tersebut.
Yesus tidur di buritan bukan karena Ia tidak peduli dengan keadaan murid-muridNya, bukan karena Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yesus mengetahui rasa takut dan kegelisahan yang mereka alami. Yesus membiarkan hal itu terjadi agar mereka melihat bahwa mereka sebenarnya tidak dapat mengandalkan pengalaman/kekuatan mereka.  Mereka membutuhkan pertolongan Tuhan dalam menghadapi badai sehebat itu.
Lalu Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
Kalimat dalam nats ini menunjukkan bagaimana Yesus mampu menjadi jawaban atas rasa takut/panik yang sedang dialami murid-muridNya.  Yesus memberi jawaban atas masalah yang sedang mereka hadapi. Badai yang begitu hebat tadi tiba-tiba menjadi sangat tenang atau teduh. Yesus mengatasi badai yang tidak mampu mereka atasi dengan cara apapun. Ini menunjukkan bahwa satu-satunya solusi yang tepat dan benar dalam peristiwa itu hanyalah satu pribadi yaitu Yesus.  Dengan Yesus yang adalah Anak Allah yang menciptakan segala sesuatunya tentu berkuasa atas segala yang ada termasuk badai yang terjadi, sehingga badaipun tunduk atas perintah-Nya. Jadi solusinya dalam menghadapi badai tersebut bukan datang dari kemampuan manusia atau murid-muridNya melainkan dari Yesus sendiri.  Ketidakpastian dalam menghadapi badai yang begitu hebat tadi terjawab dengan adanya pribadi Yesus yang memberi kepastian bahwa melaluiNya lah badai tersebut pasti berlalu.
Dalam kehidupan yang penuh dengan badai ini, entah itu badai ekonomi, sosial, dan lain-lain, tentu banyak orang yang akan mencoba mencari solusi, jalan keluar yang tepat dan benar dalam menghadapi situasi-situasi yang begitu sulit.  Bahkan tidak jarang kita melihat orang-orang datang kepada paranormal atau orang pintar untuk mendapatkan solusi yang menurut mereka dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.  Hal ini juga masih terlihat dalam kehidupan keluarga orang percaya.. bagaimana dengan kita yang hadir pada saat ini, adakah saya dan saudara juga mencari solusi dari orang lain ataupun mengandalkan diri kita sendiri?
Jikalau demikian apakah bedanya saya dan saudara dengan orang-orang yang tidak mengenal TUHAN.

Tidak ada komentar:

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.