Bacaan : Matius
8:23-25
23 Tetapi sementara mereka itu berlayar, tertidurlah Ia, lalu turunlah angin ribut ke tasik itu, memenuhi perahu itu dengan air, sehingga nyaris bahaya.
24 Maka datanglah mereka itu mendapatkan Yesus, serta membangunkan Dia, katanya, "Ya Rabbi, ya Rabbi, binasalah kita!" Maka bangunlah Ia sambil melarang angin dan gelombang itu; lalu berhentilah, menjadi teduh.
25 Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang, "Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?"
24 Maka datanglah mereka itu mendapatkan Yesus, serta membangunkan Dia, katanya, "Ya Rabbi, ya Rabbi, binasalah kita!" Maka bangunlah Ia sambil melarang angin dan gelombang itu; lalu berhentilah, menjadi teduh.
25 Maka kata-Nya kepada mereka itu, "Di manakah imanmu?" Maka takutlah mereka itu serta heran sambil berkata seorang kepada seorang, "Siapakah Ia ini, yang memerintah angin dan air, sehingga menurut Dia?"
Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak akan pernah terlepas dari berbagai
masalah, tantangan, pergumulan hidup. Hidup
di dunia ini memang penuh dengan berbagi persoalan ekonomi, sosial, budaya, dan banyak
hal lain lagi yang menjadi persoalan kehidupan.
Yang pastinya selagi masih di dunia ini, semua manusia akan
diperhadapkan dengan tantangan atau masalah.
Setiap individu tentu memiliki cara masing-masing dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapinya. Ada
yang bersikap positif dalam menghadapinya namun tidak sedikit juga yang
bersikap negatif. Bahkan ada banyak
orang hari-hari ini menyikapi persoalan dengan mengambil solusi yang fatal,
mereka menghabisi nyawa orang lain atau bahkan menghabisi nyawanya sendiri
karena tidak mampu menghadapi tantangan yang dirasa begitu berat. Hal ini
sebenarnya terjadi akibat dari ketidakberdayaan manusia yang mengandalkan
kekuatannya sendiri dalam menghadapi situasi dan kondisi yang semakin sulit.
Kita melihat keluarga demi keluarga memiliki konsep
yang sama bahwa mereka lebih memilih
mengandalkan kekuatan sendiri dalam menghadapi persoalan, makanya tidak
heranlah jikalau kita banyak melihat keluarga-keluarga yang berantakan,
perceraian, perselingkuhan, kehidupan anak-anak yang hancur, dan masih banyak
hal lain yang terjadi dalam keluarga hari-hari ini.
Tidak terkecuali dalam kalangan
keluarga Kristen yang seharusnya memiliki pandangan secara Alkitabiah, namun
yang terjadi justru sama dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal ini kembali harus kita renungkan
baik-baik… Bagaimanakah kehidupan keluarga kita saat ini, apakah kita
mengandalkan kekuatan kita sendiri dalam menghadapi segala persoalan hidup
ini?
1. Mengapa
ada badai?
2. Mengapa
badai pasti berlalu?
LAI memberikan judul perikop nats ini yaitu “angin rebut
diredakan”. Perikop ini merupakan bagian
yang bersifat paralel dengan nats-nats yang terdapat pula di kedua Injil
lainnya yaitu dalam Markus dan Lukas tepatnya kita dapat lihat dalam Markus
4:35-41 dan Lukas 8:22-25.
jikalau
kita memparhatikan dalam ketiga Injil tersebut terdapat beberapa perbedaan,
namun hal ini bukan berarti bahawa ketiga Injil tersebut bertentangan satu
dengan yang lainnya, justru ketiga Injil ini sebenarnya saling melengkapi satu
dengan yang lainnya. Ketiganya menceritakan tentang kejadian yang sama namun
dalam penjabarannya Markus lebih terperinci dalam kejadian tersebut.
poin yang pertama yaitu mengapa
ada badai?
Kita
memperhatikan peristiwa sebelum terjadinya peristiwa dalam nats Matius 8:23-27,
terdapat rentetan peristiwa-peristiwa dimana Yesus melayani orang banyak dari
berbagai daerah, sebut saja peristiwa khotbah di bukit dan kemudian Yesus juga
menyembuhkan beberapa orang yang sakit termasuk mertua dari Petrus…
Dengan
berbagai pelayanan tersebut tentu membuat Yesus secara manusia ingin
beristirahat sejenak dari kerumunan orang banyak yang berbondong-bondong
menemuinya. Oleh karena itu Yesus menyuruh murid-murid-Nya agar mereka bertolak
ke seberang dengan melewati danau dengan menggunakan perahu. Peristiwa tersebut
terjadi ketika sore hari atau petang hari sebagaimana Markus
menjelaskannya. Mereka meninggalkan
orang banyak tersebut untuk bertolak ke seberang danau tepatnya di daerah orang
Gerasa/Gedara sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
Ketika
Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan menuju ke seberang terjadilah suatu
peristiwa yang membuat murid-muridNya menjadi panik dan ketakutan. Di dalam perjalanan mereka mengalami suatu
peristiwa dimana perahu yang mereka tumpangi kemasukan air oleh karena
gelombang yang begitu hebat. Badai yang
terjadi membuat perahu mereka kemasukan air dan tentunya hal ini akan membuat
perahu itu menjadi tenggelam. Hal inilah
yang membuat para murid menjadi panik dan bingung menghadapi badai tersebut,
sebab nyawa mereka sudah mulai terancam, bagaimana tidak perahu mereka diterpa
badai yang begitu hebat dan perahunya mau tenggelam. Seolah-olah tidak adalagi
pertolongan pada saat itu.
Ketika peristwa itu terjadi Yesus sedang tidur di buritan perahu atau bisa juga
disebut bagian belakang perahu. Kejadian ini membuat setiap kita juga pasti
bertanya kenapa para murid menjadi panik dan ketakutan???? Bukankah murid-murid
Yesus merupakan orang-orang yang bekerja sebagai nelayan sebelum Yesus
memanggil mereka????? Bukankah mereka sudah pasti sering mengalami badai dalam
pekerjaan yang mereka tekuni???? Namun mengapa mereka justru tidak siap
menghadapi badai yang hebat tersebut????
Jikalau kita
memperhatikan rasa takut dan cemas maupun panik itu pasti tidak akan pernah
hilang dalam kehidupan mereka walaupun mereka sudah seringkali menghadapi badai
yang sama. Secara manusiawi rasa panik
dan ketakutan itu akan muncul setiap kali menghadapi tantangan/halangan yang
ada.
Badai tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan dari para murid.
Hal ini kita dapat lihat dalam ketiga Injil tersebut bahwa tidak ada satupun
yang menunjukkan adanya tanda-tanda yang akan mengawali peristiwa hebat
tersebut. Tentu sebagai para nelayan
murid-murid Yesus akan mengetahui jikalau adanya badai yang datang, sebab
biasanya para nelayan mengerti akan hal itu (gejala-gejala alam yang terjadi di
danau). Ini kembali menegaskan bagi kita
bahwa tidak seorangpun yang mengetahui peristiwa itu akan terjadi dan peritiwa
tersebut terjadi dengan tiba-tiba dan membuat mereka menjadi ketakutan dan
tidak siap menghadapinya.
Meskipun
mereka merupakan nelayan yang seringkali mengalami tantangan badai, namun
mereka juga masih tetap bingun dalam menghadapi situasi sulit tersebut. Hal ini
menunjukkan ketidakmampuan mereka dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, cara
mereka sendiri, pikiran mereka sendiri. Mereka membutuhkan pertolongan di luar
kemampuan yang mereka punya. Mereka tidak akan mampu menghadapi badai yang
sedang menimpa mereka.
Rasa
cemas yang mereka alami juga menunjukkan betapa hidup mereka begitu terancam
akan peristiwa tersebut, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka tidak mampu
melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkan mereka dari masalah atau badai
tersebut. Hal ini menegaskan kembali
bagi kita tentang ketidakberdayaan setiap manusia dengan mengandalkan kekuatan
sendiri. Badai yang terjadi mau
menunjukkan bahwa di balik itu mereka sangat membutuhkan pertolongan, kemampuan
yang mereka punya tidak dapat mereka andalkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Peristiwa tersebut terjadi bukan secara kebetulan melainkan ada maksud dan
tujuan di balik itu semua. Peristiwa tersebut tentu ada dalam rencana Allah
untuk menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengandalkan kekuatannya untuk
menyelesaikan segala persoalan yang sedang terjadi. Mereka membutuhkan
pertolongan agar mereka mampu melewati badai yang sedang terjadi. Tidak cukup dengan
pengalaman, kepintaran, kehebatan, kekuatannya secara manusia.
Peristiwa yang terjadi dalam nats ini juga seringkali terjadi dlam kehidupan
kita pribadi lepas pribadi. Badai kehidupan silih berganti datang dalam
kehidupan kita, rasa takut, cemas, bimbang, galau dan rasa putus asapun tak
jarang menghampiri hidup kita semua.
Semua kita pasti mengalami tantangan/badai kehidupan yang berbeda-beda. Seringkali kita mencoba menyelesaikan
persoalan/badai kehidupan ini dengan cara yang kita punya. Mungkin itu dengan
pengalaman kita, kita juga seringkali merasa mampu melakukan segala sesuatunya
tanpa membutuhkan pertolongan. Namun
semuanya itu membawa kita pada satu titik dimana kita sebenarnya tidak akan
mampu melewatinya tanpa pertolongan dari Tuhan.
Masalah-masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini baik secara pribadi maupun
dalam keluarga tentu membuat kita terkadang seolah-olah tidak ada jalan lagi,
sepertinya kita sudah tidak mendapatkan pertolongan lagi, kita sepertinya sudah
mau “tenggelam” dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Jikalau kita
memperhatikan yang terjadi dalam peristiwa di Matius 8:23-27 tersebut tentu
kita dapat melihat dengan jelas bahwa sebenarnya dalam peristiwa/masalah yang
kita hadapi sebenarnya hal itu membuat kita untuk berserah penuh pada Allah,
secara tidak langsung Allah ingin menghancurkan kesombongan dalam diri kita
yang seringkali mengandalkan kekuatan sendiri untuk menghadapi segala sesuatu.
Allah ingin menunjukkan bagi kita bahwa melalui badai kehidupan yang terjadi
kita sangat membutuhkan pertolongan dari-Nya. Perlu penyerahan diri total
terhadap-Nya.
Lebih daripada itu
juga peristiwa ini juga menunjukkan bagi kita semua tentang manusia yang telah
jatuh dalam dosa dan tidak berdaya dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Oleh
karena itu manusia yang telah jatuh dalam dosa tersebut membutuhkan
pertolongan, sebab ia tidak akan mampu melepaskan diri dari “tenggelam” dalam
dosa. Manusia sangat membutuhkan pribadi yang mampu melepaskannya dari hal
tersebut. Hal tersebut hanya didapat di dalam satu nama/pribadi yaitu Yesus
Kristus.
Melalui badai
kehidupan yang terjadi TUHAN punya rencana untuk membawa setiap kita tetap
mengadalkan kekuatan Tuhan bukan kekuatan kita. Tuhan ingin hidup kita secara
totalitas berserah kepada kehendak Allah bukan kehendak manusia.
Saudara-saudaraku yang terkasih dalam Kristus, kita
akan masuk dalam poin yang kedua yaitu mengapa badai pasti berlalu????
Dalam peristiwa di dalam nats pembacaan juga dijelaskan
reaksi dari para murid yang sedang ketakutan oleh karena terjadinya
badai/gelombang yang menimpa perahu-perahu mereka. Mereka yang sedang ketakutan tersebut lalu
membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan perahu, mereka tidak tahu harus
berbuat apalagi, mereka membutuhkan pertolongan dari satu pribadi dan hal itu
bukan dari antara murid-murid yang ada pada saat itu. Mereka yang mempunyai pengalaman dalam
mnegarungi danau untuk mencari ikan dan yang sering menghadapi gelombang badai
tidak mampu berbuat apa-apa. Kemampuan dan pengalaman mereka tidak dapat
menjadi solusi dalam kepanikan ataupun ketakutan yang terjadi pada saat
itu. Hal ini jelas dalam perkataan para
murid ketika mereka membangunkan Yesus dengan berkata “kita binasa”. Ini menunjukkan betapa hebatnya badai
tersebut dan nyaris membuat mereka tenggelam.
Para
murid kemudian mencari solusi lain dengan membangunkan Yesus yang sedang
tidur. Mereka berpikir jikalau Yesus
tidak peduli dengan keadaan yang sedang mereka alami. Mereka berpikir
seolah-olah Yesus tidak mau tahu dengan rasa putus asa yang mereka alami.
Mereka berpikir Yesus hanya diam saja melihat mereka ketakutan dan panik.
Mereka berpikir jikalau Yesus tidak ambil pusing dengan sikon yang ada,
sehingga Yesus hanya tertidur di buritan saat kejadian tersebut.
Yesus tidur di buritan
bukan karena Ia tidak peduli dengan keadaan murid-muridNya, bukan karena Dia
tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yesus mengetahui rasa takut dan kegelisahan
yang mereka alami. Yesus membiarkan hal itu terjadi agar mereka melihat bahwa
mereka sebenarnya tidak dapat mengandalkan pengalaman/kekuatan mereka. Mereka membutuhkan pertolongan Tuhan dalam
menghadapi badai sehebat itu.
Lalu Yesus menghardik angin dan danau itu, maka
danau itu menjadi teduh sekali.
Kalimat
dalam nats ini menunjukkan bagaimana Yesus mampu menjadi jawaban atas rasa takut/panik
yang sedang dialami murid-muridNya.
Yesus memberi jawaban atas masalah yang sedang mereka hadapi. Badai yang
begitu hebat tadi tiba-tiba menjadi sangat tenang atau teduh. Yesus mengatasi
badai yang tidak mampu mereka atasi dengan cara apapun. Ini menunjukkan bahwa
satu-satunya solusi yang tepat dan benar dalam peristiwa itu hanyalah satu
pribadi yaitu Yesus. Dengan Yesus yang
adalah Anak Allah yang menciptakan segala sesuatunya tentu berkuasa atas segala
yang ada termasuk badai yang terjadi, sehingga badaipun tunduk atas
perintah-Nya. Jadi solusinya dalam menghadapi badai tersebut bukan datang dari
kemampuan manusia atau murid-muridNya melainkan dari Yesus sendiri. Ketidakpastian dalam menghadapi badai yang
begitu hebat tadi terjawab dengan adanya pribadi Yesus yang memberi kepastian
bahwa melaluiNya lah badai tersebut pasti berlalu.
Dalam kehidupan yang penuh dengan badai ini, entah itu badai ekonomi, sosial, dan lain-lain, tentu banyak orang yang akan mencoba mencari solusi, jalan keluar yang tepat dan benar
dalam menghadapi situasi-situasi yang begitu sulit. Bahkan tidak jarang kita melihat orang-orang
datang kepada paranormal atau orang pintar untuk mendapatkan solusi yang menurut mereka dapat menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi. Hal ini juga
masih terlihat dalam kehidupan keluarga orang percaya.. bagaimana dengan kita yang
hadir pada saat ini, adakah saya dan saudara juga mencari solusi dari orang
lain ataupun mengandalkan diri kita sendiri?
Jikalau demikian
apakah bedanya saya dan saudara dengan orang-orang yang tidak mengenal TUHAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar