Di wilayah Belanda yang berhasil
melepaskan diri dari kuasa Raja Spanyol, Gereja Reformasi dapat berkembang
dengan bebas. Dalam suasana yang relatif bebas itu, timbul perbedaan pendapat
mengenai berbagai pokok teologi. Salah seorang teolog di Universitas Leiden,
Yakobus Arminius, menyerang ajaran predestinasi yang telah dirumuskan oleh
Calvin dalam kitab Institutio (III, xxi-xxiv) dan yang diterima oleh
sebagian besar kaum teolog Calvinis, termasuk di negeri Belanda. Timbullah
perselisihan yang hebat, yang menyebabkan keretakan, baik dalam gereja maupun
dalam negara, sehingga negeri Belanda terancam perang saudara. Akhirnya
Pangeran Maurits, panglima tentara Belanda, menjatuhkan pemerintah yang
pro-Arminius. Pemerintah baru mengumpulkan sinode se-Belanda, yang juga
dihadiri oleh utusan-utusan sejumlah besar Gereja Calvinis di Inggris, Jerman,
dan Swis (Gereja Calvinis di Perancis dilarang pemerintahnya mengutus
wakil-wakil ke Dordrecht). Dengan demikian, Sinode Dordrecht (1618-1619) bersifat
internasional. Para pengikut Arminius (tokoh itu sendiri telah meninggal pada
tahun 1608) disuruh menghadap, tapi akhirnya diusir dari sidang Sinode. Ajaran
mereka dinyatakan bidat, dan sebuah panitia dari Sinode merancang pasal-pasal
melawan ajaran itu. Pasal-pasal itu dibahas oleh Sinode pada bulan April 1619,
lalu diterima dengan suara umum, dan ditandatangani oleh semua anggota,
termasuk yang dari luar negeri. Sama seperti Pengakuan Iman Belanda dan
Katekismus Heidelberg, Kelima pasal menentang orang Remonstran termasuk Ketiga
Rumus Keesaan yang merupakan dasar bersama jemaat-jemaat Calvinis di Negeri
Belanda.
Kelima Pasal menentang orang Remonstran atau Keputusan Sinode Nasional
Gereja-Gereja Reformasi Belanda Serikat yang diadakan di Dordrecht pada tahun
1618 dan 1619 mengenai kelima pokok ajaran yang terkenal yang telah menjadi
pokok perselisihan dalam Gereja-gereja Reformasi di Negeri Belanda Serikat
PASAL AJARAN YANG PERTAMA
Pemilihan dan penolakan ilahi
Pemilihan dan penolakan ilahi
1. Semua orang telah berdosa di dalam Adam,
dan patut menerima hukuman, yaitu kutuk Allah dan kematian yang kekal. Oleh
karena itu, Allah tidak akan berbuat tidak adil terhadap siapapun, seandainya
Dia telah memutuskan untuk membiarkan segenap umat manusia dalam dosa dan kutuk
serta menghukumnya karena dosa, sesuai dengan perkataan Sang Rasul, 'Seluruh
dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah.' (Rom 3:19,23). Dan, 'Upah dosa ialah
maut.'(Rom 6:23)
2. Akan tetapi, dalam hal inilah kasih
Allah dinyatakan, yaitu, bahwa Dia telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke
dalam dunia, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, tetapi
beroleh hidup yang kekal.
3. Maka agar manusia dihantarkan pada
iman, Allah berkenan mengutus pewarta-pewarta kabar yang amat gembira itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan bilamana Dia menghendakinya. Oleh
pelayanan mereka itu manusia dipanggil untuk bertobat dan percaya kepada
Kristus yang disalibkan itu. Karena, 'bagaimana mereka dapat percaya kepada
Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka dapat mendengar
tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat
memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?' (Rom 10:14-15).
4. Adapun mereka tidak percaya kepada
Injil itu, murka Allah tetap berada di atas mereka. Sebaliknya, mereka yang
menerimanya, dan yang memeluk Juruselamat Yesus dengan iman yang sejati dan
hidup, akan dilepaskan oleh-Nya dari murka Allah dan kebinasaan serta
dikaruniai hidup yang kekal.
5. Yang menjadi penyebab
ketidakpercayaan itu dan yang harus dipersalahkan karenanya sama sekali bukan
Allah, melainkan manusia, sama seperti dalam hal semua dosa lainnya.
Sebaliknya, iman kepada Yesus Kristus dan keselamatan oleh-Nya adalah pemberian
Allah yang cuma-cuma, seperti tertulis, 'Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah' (Efe
2:8). Juga, 'Sebab kepada kamu dikaruniakan untuk percaya kepada Kristus.' (Fil
1:29).
6. Kepada orang-orang tertentu Allah
mengaruniakan iman dalam hidup ini, kepada orang lain tidak. Hal ini timbul
dari keputusan-Nya yang kekal. 'Karena semua karya-Nya telah diketahui-Nya
sejak semula' (Kis 15:18), dan, 'Segala sesuatu dikerjakan-Nya menurut
keputusan kehendak-Nya' (Efe 1:11). Menurut keputusan ini, hati orang pilihan
dilunakkan-Nya dengan penuh rahmat dan ditundukkan-Nya untuk percaya, meskipun
hati itu keras. Sebaliknya, menurut keputusan yang sama, orang yang tidak
terpilih dibiarkan-Nya dalam kejahatan dan kekerasan hati mereka sesuai dengan
hukuman-Nya yang adil. Terutama di sinilah muncul di depan kita pembedaan yang
tak terselami, yang penuh kemurahan dan sekaligus adil itu, yaitu pembedaan
antara manusia yang telah sama-sama binasa, ataupun keputusan Pemilihan dan
Penolakan, yang dinyatakan dalam Firman Allah. Oleh orang yang jahat, cemar,
dan kurang mantap hal itu diputarbalikkan sehingga mereka binasa, tetapi bagi
jiwa orang kudus dan yang takut akan Allah hal ini menyediakan hiburan yang tak
terkatakan.
7. Pemilihan ini adalah rencana Allah
yang tak berubah-ubah. Olehnya, sebelum dunia dijadikan, dipilih-Nya sejumlah
orang dari segenap umat manusia yang karena kesalahannya sendiri kehilangan
keutuhan yang semula dan jatuh ke dalam dosa dan kebinasaan itu, agar mereka
memperoleh keselamatan. Orang yang dipilih itu tidak lebih baik atau lebih
layak daripada orang lain, tetapi bersama dengan yang lain itu tergeletak dalam
sengsara. Maka pemilihan mereka terjadi menurut perkenan kehendak-Nya yang sama
sekali bebas, hanya karena kasih karunia saja, dan berlangsung di dalam
Kristus, yang telah ditentukan-Nya dari kekal untuk menjadi Pengantara dan
Kepala semua orang pilihan serta dasar keselamatan. Dan agar mereka
diselamatkan oleh Kristus, maka Allah memutuskan juga untuk memberikan
orang-orang pilihan itu kepada-Nya dan untuk memanggil serta menarik mereka
dengan ampuh oleh Firman dan Roh-Nya pada persekutuan dengan-Nya. Atau, dengan
perkataan lain, Allah telah memutuskan untuk mengaruniakan kepada mereka iman
yang sejati kepada Kristus, membenarkan dan menguduskan mereka, dan akhirnya
memuliakan mereka, setelah mereka tetap dipelihara dengan kuasa dalam
persekutuan Anak-Nya. Semua itu dilakukan-Nya untuk menyatakan rahmat-Nya dan
supaya terpujilah kekayaan kasih karunia-Nya yang mulia. Seperti tertulis,
'Sebab Allah telah memilih kita di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya dalam kasih. Melalui Yesus
Kristus, Dia telah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak bagi
diri-Nya, menurut perkenan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya
yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.'
(Efe 1:4-6). Dan di tempat lain, 'Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka
itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga
dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga
dimuliakan-Nya.' (Rom 8:30).
8. Pemilihan ini bukan bermacam-macam,
melainkan satu dan sama dalam hal semua orang yang hendak diselamatkan, baik
dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Karena Alkitab memang
memberitakan kepada kita satu perkenan, satu maksud, dan satu keputusan
kehendak Allah. Olehnya kita telah dipilih-Nya dari kekekalan untuk menerima baik
kasih karunia maupun kemuliaan, baik keselamatan maupun jalan keselamatan yang
telah dipersiapkan-Nya supaya kita berjalan di dalamnya (Efe 1:4-5 dan Efe
2:10).
9. Pemilihan tersebut telah terjadi,
bukan berdasarkan iman dan ketaatan iman, kesucian ataupun sifat dan
pembawaan lain yang baik yang mana pun, yang telah tampak terlebih dahulu,
seakan-akan hal-hal itu menjadi sebab atau syarat yang seharusnya terdapat
dalam diri manusia yang bakal dipilih, melainkan supaya menghasilkan iman,
ketaatan iman, kekudusan, dan seterusnya. Maka pemilihan itu adalah sumber
segala hal yang menyelamatkan. Sebagai hasil dan akibatnya mengalirkan darinya
iman, kekudusan dan karunia-karunia lain yang membawa keselamatan, dan akhirnya
kehidupan kekal sendiri. Hal ini sesuai dengan kesaksian Sang Rasul, 'Dia telah
memilih kita' (bukan: sebab kita sudah kudus dan tak bercacat, melainkan)
'supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.' (Efe 1:4).
10. Yang menjadi alasan pemilihan yang
hanya berdasarkan rahmat ini hanyalah perkenan Allah. Perkenan ini bukanlah
keputusan untuk memilih, dari semua syarat yang dapat diberlakukan, sifat atau
perbuatan manusia yang tertentu menjadi syarat keselamatan. Sebaliknya,
perkenan ini adalah keputusan untuk mengangkat orang-orang tertentu dari massa
orang berdosa menjadi milik-Nya. Seperti tertulis, 'Waktu anak-anak itu belum
dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat (...) dikatakan kepada
Ribka: Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda, seperti tertulis, 'Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.' (Rom 9:11-13). Dan, 'Semua orang yang
ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.' (Kis 13:48).
11. Sebagaimana Allah sendiri
berhikmat sempurna, tidak berubah-ubah, maha mengetahui, dan mahakuasa, begitu
pula pemilihan yang dilakukan-Nya tidak dapat ditiadakan dan dilakukan ulang,
diubah, dibatalkan atau diputus, dan tidak mungkin juga orang-orang pilihan
ditolak atau jumlah mereka dikurangi.
12. Orang-orang pilihan diyakinkan
mengenai pemilihan mereka yang kekal dan yang tak berubah-ubah, yaitu pemilihan
untuk menerima keselamatan. Mereka diyakinkan tentangnya masing-masing pada
waktunya, walau tingkatnya berbeda-beda dan kadarnya tidak sama. Keyakinan ini
tidak didapatkan orang pilihan dengan cara mengusut hal-hal yang tersembunyi
dan rahasia-rahasia Allah yang dalam. Tetapi mereka mendapatkannya dengan
mengamati pada diri mereka sendiri dengan kegembiraan rohani dan sukacita yang
kudus berbagai hal yang dapat disangkal merupakan buah pemilihan dan yang ditunjukkan
dalam Firman Allah, seperti umpamanya iman yang sejati kepada Kristus, takut
akan Allah bagaikan seorang anak, dukacita menurut kehendak Allah karena dosa,
lapar, dan haus akan kebenaran, dan seterusnya.
13. Kesadaran dan keyakinan akan
pemilihan itu menyebabkan anak-anak Allah makin hari makin bertambah
merendahkan diri di hadapan Allah, menyembah jurang kemurahan-Nya, menyucikan
diri, dan membalas kasih Dia yang telah begitu mengasihi-Nya dengan kasih yang
menyala-nyala. Maka ajaran pemilihan itu dan perenungan tentangnya sama sekali
tidak membuat mereka menjadi malas melaksanakan perintah-perintah Allah, atau
berlengah-lengah secara daging. Hal itu, menurut hukuman Allah yang adil, biasa
dialami orang yang memang dengan gegabah menganggap dirinya sudah memiliki
dirinya sudah memiliki anugerah pemilihan, ataupun berkhayal tentangnya dengan
seenaknya dan lancang, namun tidak mau mengikuti jejak orang pilihan.
14. Menurut rencana Allah yang penuh
hikmat, ajaran tentang pemilihan ilahi itu telah diberitakan oleh para Nabi,
oleh Kristus sendiri, dan oleh para Rasul, baik dalam Perjanjian Lama maupun
dalam Perjanjian Baru, dan sesudah itu dituliskan dan diwariskan di dalam
Kitab-kitab Suci. Begitu pula, ajaran itu harus dikemukakan juga pada masa
kini, pada saat dan tempat yang tepat, dalam gereja Allah, yang memang secara
khusus menjadi tempat tujuannya. Hal itu hendaknya dilakukan dengan kemampuan
membedakan, dengan takwa dan kudus, tanpa mengusut jalan-jalan Yang Mahatinggi,
demi kemuliaan Nama Allah yang mahakudus dan demi penghiburan yang
menggairahkan bagi umat-Nya.
15. Anugerah pemilihan kita, yang
abadi dan yang dikaruniakan dengan cuma-cuma, terutama ditunjukkan dan
dianjurkan kepada kita oleh Kitab Suci ketika disaksikan selanjutnya, bahwa
tidak semua orang dipilih. Ada yang tidak dipilih atau dilewatkan Allah dalam
pemilihan-Nya yang kekal. Tentang mereka Allah telah memutuskan, menurut
perkenan-Nya yang sama sekali bebas, adil, tak bercacat, dan tidak
berubah-ubah, untuk membiarkan mereka dalam sengsara bersama, tempat mereka
telah menjatuhkan diri oleh kesalahan mereka sendiri, dan untuk tidak
mengaruniakan kepada mereka iman yang menyelamatkan dan karunia pertobatan,
malah untuk membiarkan mereka di jalan-jalan mereka sendiri dan di bawah hukuman-Nya
yang adil, dan untuk akhirnya menghakimi mereka dan menjatuhkan hukuman yang
kekal atas mereka, bukan hanya karena ketidakpercayaan mereka, melainkan juga
karena semua dosanya yang lain, supaya dengan demikian diperlihatkan-Nya
keadilan-Nya. Inilah keputusan penolakan, yang tidak menjadikan Allah Penyebab
dosa - pikiran itu hujat! - tetapi menetapkan Dia selaku Hakim dan Pembalas
dosa yang dahsyat, tak bercacat, dan adil.
16. Ada orang yang belum merasakan
dengan ampuh dalam dirinya iman yang hidup kepada Kristus atau keyakinan hati
yang teguh, kedamaian hati nurani, pelaksanaan ketaatan bagaikan seorang anak,
dan hal bermegah dalam Allah oleh Kristus, meskipun mereka memakai segala
sarana yang, menurut janji Allah, dipakai-Nya untuk mengerjakan semua itu di
dalam diri kita. Akan tetapi, janganlah hati mereka menjadi tawar, bila mereka
mendengar orang berbicara tentang penolakan, dan janganlah mereka menganggap
diri termasuk orang-orang yang ditolak. Sebaliknya, hendaklah mereka tetap
memakai sarana-sarana itu dengan rajin, sangat merindukan saat karunia akan
dianugerahkan dengan lebih berlimpah, dan menantikannya dengan penuh hormat
serta rendah hati. Apalagi mereka yang sungguh ingin bertobat kepada Allah,
yang hanya mau berkenan kepada-Nya saja, dan ingin dilepaskan dari tubuh maut
ini, namun belum dapat maju di jalan kesalehan dan iman sejauh mereka
kehendaki, mereka tidak usah merasa takut berhadapan dengan ajaran penolakan
ini. Karena Allah yang penuh belas kasihan telah berjanji, bahwa sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya dan buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskan-Nya. Akan tetapi, ajaran ini dengan selayaknya menakutkan mereka
yang tidak mempedulikan Allah dan Kristus Sang Juruselamat, dan yang seluruhnya
mengabdi kepada urusan-urusan dunia ini serta kepada hawa nafsu daging -
setidak-tidaknya selama mereka tidak bertobat dengan sungguh-sungguh kepada
Allah.
17. Tentang kehendak Allah harus kita
tentukan pendapat hanya berdasarkan Firman-Nya sendiri. Firman itu menyaksikan
kepada kita, bahwa anak-anak orang percaya adalah kudus, bukan karena kodrat
mereka, melainkan karena perjanjian rahmat yang mencakup mereka bersama
orangtua mereka. Maka orangtua yang saleh tidak perlu bimbang tentang pemilihan
dan keselamatan anak-anak mereka yang diambil Allah dari hidup ini pada masa
mereka masih kanak-kanak.
18. Kepada mereka yang
bersungut-sungut karena anugerah pemilihan yang hanya berdasarkan rahmat, dan
karena kekerasan penolakan yang adil, kita hadapkan perkataan rasul ini,
'Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?' (Rom 9:20). Dan
perkataan ini dari Juruselamat kita, 'Tidakkah Aku bebas mempergunakan milik-Ku
menurut kehendak hati-Ku?' (Mat 20:15). Sebaliknya, kita menyembah
rahasia-rahasia keselamatan ini dengan takwa dan berseru bersama rasul, 'O,
alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak
terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang mengetahui pikiran
Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasehat-Nya? Atau siapakah yang
pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Dia harus menggantikannya? Sebab
segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.' (Rom 11:33-36).
Penolakan ajaran sesat yang telah mengacaukan Gereja-gereja Belanda selama
beberapa waktu
Setelah menguraikan ajaran ortodoks
mengenai pemilihan dan penolakan, sinode menolak ajaran-ajaran sesat orang yang
mengajar sebagai berikut:
1. Allah berkehendak menyelamatkan
mereka yang bakal beriman dan bertekun dalam iman serta ketaatan iman itu;
hanya itulah isi keputusan pemilihan untuk menerima keselamatan, dan dalam
Firman Allah tidak dinyatakan sesuatu apa pun yang lain tentang keputusan itu.
Mereka ini menyesatkan orang-orang bersahaja dan nyata-nyata membantah Kitab Suci, yang menyaksikan bahwa Allah tidak hanya berkehendak menyelamatkan mereka yang bakal beriman, tetapi juga telah memilih dari kekekalan sejumlah orang yang tertentu. Kepada mereka ini, berbeda dengan orang lain, hendak dikaruniakan-Nya dalam hidup ini iman kepada Kristus dan ketekunan dalam iman itu. Seperti tertulis, 'Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.' (Yoh 17:6). Dan, 'Semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.' (Kis 13:48). Dan, 'Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya' dan seterusnya (Efe 1:4).
Mereka ini menyesatkan orang-orang bersahaja dan nyata-nyata membantah Kitab Suci, yang menyaksikan bahwa Allah tidak hanya berkehendak menyelamatkan mereka yang bakal beriman, tetapi juga telah memilih dari kekekalan sejumlah orang yang tertentu. Kepada mereka ini, berbeda dengan orang lain, hendak dikaruniakan-Nya dalam hidup ini iman kepada Kristus dan ketekunan dalam iman itu. Seperti tertulis, 'Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.' (Yoh 17:6). Dan, 'Semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.' (Kis 13:48). Dan, 'Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya' dan seterusnya (Efe 1:4).
2. Pemilihan oleh Allah untuk hidup
yang kekal adalah bermacam-macam. Ada pemilihan yang umum dan tidak tentu, ada
yang khusus dan tentu. Pemilihan yang disebut terakhir ini ada yang tidak
tuntas, dapat dicabut, tidak bersifat menentukan, dan bersyarat, ada yang
tuntas, tak dapat dicabut, bersifat menentukan, dan mutlak. Begitu pula: ada
pemilihan untuk iman, ada pemilihan untuk keselamatan, sedemikian rupa hingga
pemilihan untuk iman yang membenarkan tidak perlu disertai pemilihan yang
bersifat menentukan untuk keselamatan.
Ajaran ini merupakan khayalan otak manusia, yang direka-reka di luar Alkitab. Olehnya ajaran mengenai pemilihan dirusak dan diputuskanlah rantai emas keselamatan kita ini, 'Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.' (Rom 8:30).
Ajaran ini merupakan khayalan otak manusia, yang direka-reka di luar Alkitab. Olehnya ajaran mengenai pemilihan dirusak dan diputuskanlah rantai emas keselamatan kita ini, 'Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.' (Rom 8:30).
3. Isi perkenan dan rencana Allah,
yang disebut-sebut oleh Alkitab dalam ajarannya tentang pemilihan, bukanlah
bahwa Allah telah memilih sejumlah orang yang tertentu dengan tidak memilih
orang lain. Sebaliknya, dari semua syarat yang dapat berlaku (di antaranya juga
perbuatan hukum Taurat), ataupun dari segala hal ihwal yang ada, Allah telah
memilih perbuatan iman, yang pada hakikatnya tidak berjasa, dan ketaatan iman
yang tidak sempurna, menjadi syarat keselamatan. Ketaatan yang tidak sempurna
itu dengan penuh kerahiman mau dinilai sempurna dan layak diupahi hidup yang
kekal.
Ajaran sesat yang merusak ini menyebabkan perkenan Allah dan jasa Kristus hilang kekuatannya, dan membuat hati orang menyimpang, oleh pertanyaan-pertanyaan yang sia-sia, dari kebenaran yaitu pembenaran hanya berdasarkan rahmat, dan dari ajaran Alkitab yang sederhana. Lagi pula olehnya rasul dituduh berdusta, apabila ia berkata, 'Allah telah memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan rencana dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dianugerahkan kepada kita dalam Yesus Kristus sebelum permulaan zaman' (2Ti 1:9).
Ajaran sesat yang merusak ini menyebabkan perkenan Allah dan jasa Kristus hilang kekuatannya, dan membuat hati orang menyimpang, oleh pertanyaan-pertanyaan yang sia-sia, dari kebenaran yaitu pembenaran hanya berdasarkan rahmat, dan dari ajaran Alkitab yang sederhana. Lagi pula olehnya rasul dituduh berdusta, apabila ia berkata, 'Allah telah memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan rencana dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dianugerahkan kepada kita dalam Yesus Kristus sebelum permulaan zaman' (2Ti 1:9).
4. Dalam pemilihan untuk iman,
manusia harus memenuhi lebih dahulu syarat yang berikut: ia harus memakai
dengan baik cahaya alamiah, dan harus saleh, sederhana, rendah hati, serta
layak untuk hidup yang kekal, seolah-olah pemilihan bergantung sedikit pun pada
hal-hal itu.
Mereka ini serupa benar dengan Pelagius dan bertentangan dengan ajaran Rasul yang menulis, 'Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan - dan di dalam Kristus Yesus Dia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga, supaya pada masa yang akan datang Dia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya, yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri' (Efe 2:3-9).
Mereka ini serupa benar dengan Pelagius dan bertentangan dengan ajaran Rasul yang menulis, 'Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan - dan di dalam Kristus Yesus Dia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga, supaya pada masa yang akan datang Dia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya, yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri' (Efe 2:3-9).
5. Pemilihan orang-orang tertentu
untuk keselamatan, yaitu pemilihan yang tidak tuntas dan tidak bersifat
menentukan telah terjadi berdasarkan iman, pertobatan, hidup suci dan saleh
yang baru mulai ataupun telah berlangsung beberapa lama, dan yang sudah tampak
terlebih dahulu. Sebaliknya, pemilihan yang tuntas dan bersifat menentukan
berdasarkan ketekunan sampai akhir iman, pertobatan, hidup suci dan saleh yang
sudah tampak terlebih dahulu itu. Inilah 'kelayakan yang penuh rahmat dan
Injili', yang menyebabkan orang yang dipilih lebih layak daripada orang yang
tidak dipilih. Itulah sebabnya iman, ketaatan iman, hidup suci dan saleh, serta
ketekunan tidak merupakan hasil pemilihan yang tidak berubah-ubah untuk
kemuliaan, tetapi menjadi syarat-syarat dan penyebab-penyebabnya. Syarat-syarat
itu telah ditentukan lebih dahulu, dan sudah tampak lebih dahulu bahwa
orang-orang yang bakal dipilih secara tuntas akan memenuhinya, dan tanpa
penyebab-penyebab itu pemilihan yang tak berubah-ubah untuk kemuliaan tidak
terjadi.
Hal ini bertentangan dengan seluruh
Alkitab, yang terus-menerus menegaskan perkataan ini dan lain sebagainya dalam
telinga dan hati kita, 'Pemilihan bukanlah berdasarkan perbuatan, melainkan
dari Dia yang memanggil' (Rom 9:11). 'Dan semua orang yang ditentukan Allah
untuk hidup yang kekal, menjadi percaya' (Kis 13:48). 'Sebab di dalam Dia Allah
telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus' (Efe 1:4).
'Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu' (Yoh 15:16).
'Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena
perbuatan' (Rom 11:6). 'Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi
Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya'
(1Yo 4:10).
6. Pemilihan untuk keselamatan
tidak selalu bersifat tidak berubah-ubah. Sebaliknya, ada orang pilihan yang
dapat binasa dan juga betul-betul binasa untuk selama-lamanya, meskipun ada
keputusan Allah.
Melalui kesesatan kasar ini mereka menjadikan Allah sebagai Allah yang berubah-ubah dan menumbangkan hiburan yang diambil oleh orang saleh dari kepastian pemilihan mereka. Pun mereka menentang Kitab-kitab Suci, yang mengajar bahwa 'orang-orang pilihan tidak disesatkan' (Mat 24:24); bahwa 'Kristus tidak mungkin kehilangan mereka yang diberikan Bapa kepada-Nya' (Yoh 6:39); bahwa 'mereka yang ditentukan, dipanggil, dan dibenarkan Allah dari semula, juga dimuliakan-Nya' (Rom 8:30).
Melalui kesesatan kasar ini mereka menjadikan Allah sebagai Allah yang berubah-ubah dan menumbangkan hiburan yang diambil oleh orang saleh dari kepastian pemilihan mereka. Pun mereka menentang Kitab-kitab Suci, yang mengajar bahwa 'orang-orang pilihan tidak disesatkan' (Mat 24:24); bahwa 'Kristus tidak mungkin kehilangan mereka yang diberikan Bapa kepada-Nya' (Yoh 6:39); bahwa 'mereka yang ditentukan, dipanggil, dan dibenarkan Allah dari semula, juga dimuliakan-Nya' (Rom 8:30).
7. Di dalam kehidupan ini tidak ada
buah pemilihan yang tidak berubah-ubah untuk kemuliaan dan tidak ada kesadaran
tentangnya. Juga tidak ada kepastian tentangnya selain yang berdasarkan syarat
yang berubah-ubah dan yang tidak pasti.
Tidak masuk akal menetapkan kepastian yang tidak pasti, lagi pula hal ini juga bertentangan dengan pengalaman orang kudus, yang berdasarkan kesadaran tentang pemilihan mereka bergembira bersama Rasul dan memuji-muji anugerah Allah itu (Efe 1). Sesuai dengan nasihat Kristus, mereka bersukacita bersama murid-murid-Nya, karena nama mereka terdaftar di surga (Luk 10:20).
Tidak masuk akal menetapkan kepastian yang tidak pasti, lagi pula hal ini juga bertentangan dengan pengalaman orang kudus, yang berdasarkan kesadaran tentang pemilihan mereka bergembira bersama Rasul dan memuji-muji anugerah Allah itu (Efe 1). Sesuai dengan nasihat Kristus, mereka bersukacita bersama murid-murid-Nya, karena nama mereka terdaftar di surga (Luk 10:20).
Juga, mereka menjadikan kesadaran
tentang pemilihan mereka itu sebagai penahan panah api godaan-godaan iblis,
sambil bertanya, 'Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?' (Rom
8:33).
8. Allah tidak pernah memutuskan, hanya berdasarkan kehendak-Nya yang adil semata-mata, untuk membiarkan seseorang dalam kejatuhan Adam dan dalam keadaan dosa serta hukuman yang berlaku umum, ataupun untuk melewatkan seseorang dalam pembagian anugerah yang diperlukan untuk iman dan pertobatan.
8. Allah tidak pernah memutuskan, hanya berdasarkan kehendak-Nya yang adil semata-mata, untuk membiarkan seseorang dalam kejatuhan Adam dan dalam keadaan dosa serta hukuman yang berlaku umum, ataupun untuk melewatkan seseorang dalam pembagian anugerah yang diperlukan untuk iman dan pertobatan.
Sebab, yang ini sudah pasti, 'Dia
menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia menegarkan hati
siapa yang dikehendaki-Nya' (Rom 9:18). Juga, 'Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak' (Mat 13:11).
Demikian pula, 'Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena
semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi
Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu'
(Mat 11:25,26).
9. Alasan yang menyebabkan Allah mengalamatkan Injil kepada bangsa yang satu alih-alih kepada bangsa yang lain, bukan hanya perkenan Allah semata-mata, melainkan karena bangsa yang satu lebih baik dan lebih layak daripada bangsa lain, yang tidak mendapat bagian dalam Injil.
Hal ini disangkal Musa, waktu ia berkata kepada bangsa Israel demikian, 'Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya; tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat, sehingga Dia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini.' (Ula 10:14-15). Dan Kristus berkata, 'Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.' (Mat 11:21).
9. Alasan yang menyebabkan Allah mengalamatkan Injil kepada bangsa yang satu alih-alih kepada bangsa yang lain, bukan hanya perkenan Allah semata-mata, melainkan karena bangsa yang satu lebih baik dan lebih layak daripada bangsa lain, yang tidak mendapat bagian dalam Injil.
Hal ini disangkal Musa, waktu ia berkata kepada bangsa Israel demikian, 'Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya; tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat, sehingga Dia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini.' (Ula 10:14-15). Dan Kristus berkata, 'Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.' (Mat 11:21).
PASAL AJARAN YANG KEDUA
Kematian Kristus dan penebusan manusia olehnya
Kematian Kristus dan penebusan manusia olehnya
1. Allah tidak hanya mahamurah, tetapi
juga mahaadil. Maka keadilan-Nya itu - demikian Dia telah menyatakan diri dalam
Firman-Nya - menuntut agar dosa-dosa yang telah kita perbuat terhadap
keagungan-Nya yang tak terhingga itu mendapat hukuman-hukuman itu, kecuali jika
tuntutan-tuntutan keadilan Allah dipenuhi.
2. Tetapi karena kita sendiri tidak
sanggup menyediakan pelunasan dan melepaskan diri kita dari murka Allah, maka
karena kasih-Nya yang tak terhingga Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal menjadi jaminan bagi kita. Dia telah menjadi dosa dan kutuk di atas
kayu salib karena kita dan sebagai ganti kita, untuk menyediakan pelunasan bagi
kita.
3. Kematian Anak Allah ini adalah
korban dan pelunasan yang satu-satunya dan sempurna untuk dosa. Kematian itu
tidak terbatas kekuatan dan nilainya dan lebih dari cukup untuk mendamaikan
dosa seluruh dunia.
4. Kematian ini demikian kuat dan
bernilai, karena Pribadi yang telah mengalaminya itu bukan hanya manusia sejati
dan benar-benar kudus, melainkan juga Anak Allah yang tunggal, yang se-Zat
dengan Bapa dan Roh Kudus dan bersama-sama Mereka kekal dan tak terhingga
sebagaimana seharusnya Dia yang menjadi Juruselamat kita. Tambahan lagi, karena
kematian-Nya disertai kesadaran akan murka Allah dan akan kutuk yang patut
menimpa kita karena dosa-dosa kita.
5. Selanjutnya janji Injil ialah,
bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus yang disalibkan itu tidak
binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal. Janji itu harus diberitakan dan
dimaklumkan kepada semua bangsa dan semua orang yang menurut perkenan Allah,
menjadi alamat pemberitaan Injil-Nya, disertai perintah bertobat dan percaya,
tanpa mengadakan pembedaan.
6. Banyak orang yang dipanggil oleh
Injil, tidak bertobat dan tidak percaya kepada Kristus. Sebaliknya, mereka
binasa dalam ketidakpercayaan. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi oleh sebab
korban Kristus di atas kayu salib bercacat atau berkekurangan, tetapi lantaran
kesalahan mereka sendiri.
7. Akan tetapi, semua orang yang
sungguh-sungguh percaya, dan oleh kematian Kristus dibebaskan dan diselamatkan
dari dosa serta kebinasaan, menikmati anugerah ini hanya berdasarkan rahmat
Allah. Rahmat itu dianugerahkan kepada mereka dari kekekalan, di dalam Kristus,
walaupun Allah tidak berkeharusan menganugerahkannya kepada seorang pun.
8. Sebab inilah keputusan yang
berdaulat, kehendak yang penuh rahmat, dan maksud Allah Bapa, yaitu agar
keampuhan yang menghidupkan dan menyelamatkan yang terdapat dalam kematian
Anak-Nya yang amat berharga itu menjangkau semua orang terpilih, untuk
mengaruniakan hanya kepada mereka saja iman yang membenarkan, dan oleh iman itu
dengan tak tergagalkan mengantarkan mereka kepada keselamatan. Dengan perkataan
lain: Allah telah menghendaki agar Kristus, oleh penumpahan darah-Nya di atas
salib (yang olehnya perjanjian baru telah diteguhkan-Nya), dari antara segala
bangsa dan suku dan kaum dan bahasa menebus dengan ampuh semua orang - dan
hanya mereka itu saja - yang dari kekekalan sudah terpilih untuk keselamatan
dan yang telah diberikan Bapa kepada-Nya. Begitu pula, agar Kristus
mengaruniakan kepada mereka iman, yang telah diperoleh-Nya bagi mereka oleh
kematian-Nya, sama seperti karunia-karunia Roh Kudus yang lain yang membawa
keselamatan. Begitu pula, agar Dia menyucikan mereka dengan darah-Nya dari
semua dosa mereka, baik dari dosa bawaan maupun dari dosa-dosa yang nyata, yang
mereka lakukan sebelum atau sesudah menjadi percaya, dan agar Dia memelihara
mereka dengan setia sampai akhir, dan pada kesudahannya menempatkan mereka di
hadapan diri-Nya dengan penuh kemuliaan, tanpa cacat atau kerut.
9. Keputusan ini, yang berasal dari
kasih Allah yang abadi terhadap orang pilihan, telah digenapi secara kuat sejak
awal dunia hingga dewasa ini, dan alam maut pun tidak berhasil melawannya.
Keputusan itu akan digenapi juga untuk seterusnya, sedemikian rupa, hingga
orang pilihan, masing-masing pada zamannya, akan dihimpun menjadi satu
kumpulan, dan selalu akan ada Gereja orang-orang percaya, yang berdasarkan
darah Kristus. Gereja itu tetap mengasihi Dia, Juruselamatnya, yang telah
menyerahkan nyawa-Nya baginya di atas kayu salib, sama seperti seorang mempelai
laki-laki menyerahkan nyawanya bagi mempelai perempuannya, bertekun beribadah
kepada-Nya, dan memuji-muji Dia sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
Penolakan ajaran sesat
Setelah menguraikan ajaran ortodoks
maka sinode menolak ajaran-ajaran sesat orang yang mengajar sebagai berikut:
1. Allah Bapa telah menentukan
Anak-Nya untuk mati di atas kayu salib tanpa adanya keputusan yang pasti dan
tentu untuk menyelamatkan orang-orang tertentu. Malahan, andaipun penebusan
yang diperoleh itu tidak pernah menjadi milik nyata satu orang pun, namun
perlunya, manfaat, dan nilai yang tercantum di dalam apa yang diperoleh melalui
kematian Kristus itu dapat saja tetap berlaku lengkap dan tetap tinggal
sempurna, genap, dan utuh dalam semua bagiannya.
Ajaran ini adalah penghinaan terhadap
hikmat Bapa dan jasa Yesus Kristus, dan bertentangan dengan Alkitab. Karena
Juruselamat kita berkata, "Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku dan
Aku mengenal mereka" (Yoh 10:15,27). Dan Nabi Yesaya berkata mengenai
Juruselamat, "Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah,
ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan
terlaksana olehnya" (Yes 53:10). Akhirnya ajaran ini menumbangkan pasal
pengakuan iman yang mengandung kepercayaan kita akan "Gereja Kristen yang
am".
2. Maksud kematian Kristus bukanlah
agar perjanjian baru, yaitu perjanjian rahmat, sungguh-sungguh diteguhkan-Nya
oleh darah-Nya, melainkan semata-mata agar bagi Bapa diperoleh-Nya hak untuk
sekali lagi mengadakan perjanjian dengan manusia, entah perjanjian rahmat entah
perjanjian perbuatan, sebagaimana dikehendaki Bapa.
Ajaran ini bertentangan dengan Alkitab,
yang mengajar bahwa Kristus telah menjadi Jaminan dan Pengantara perjanjian
yang lebih baik, yaitu perjanjian baru, dan bahwa surat wasiat barulah sah,
bila pembuat wasiat itu telah mati.
3. Oleh pelunasan yang telah
dilakukan-Nya, Kristus tidak memperoleh dengan pasti bagi seorang pun baik
keselamatan sendiri maupun iman yang membuat pelunasan itu dengan ampuh diraih
demi keselamatan. Sebaliknya, Dia hanya memperoleh bagi Bapa kuasa atau kemauan
yang bulat untuk membuka babak baru dalam tindakannya terhadap manusia dan
menentukan syarat-syarat baru apa saja yang dikehendaki-Nya. Apakah
syarat-syarat itu dipenuhi, tergantung pada kehendak bebas manusia. Maka dapat
saja terjadi, bahwa tidak seorang pun, ataupun semua orang memenuhinya.
Mereka ini meremehkan kematian
Kristus, sama sekali tidak mengakui buah atau anugerah utama yang diperoleh
melalui kematian itu, dan memanggil ajaran sesat Pelagius kembali dari neraka.
4. Isi perjanjian baru, yaitu
perjanjian rahmat, yang telah diikat oleh Allah Bapa dengan manusia melalui
kematian Kristus, bukanlah bahwa kita dibenarkan di hadapan Allah dan
diselamatkan oleh iman sejauh iman ini meraih jasa Kristus. Sebaliknya, isinya
bahwa Allah membatalkan tuntutan ketaatan sempurna terhadap hukum Taurat dan
menganggap iman itu sendiri serta ketaatan iman, meskipun tidak sempurna,
sebagai ketaatan sempurna kepada hukum Taurat serta dengan penuh rahmat
menilainya layak diganjar hidup yang kekal.
Mereka ini membantah Alkitab, yang
berkata, "Oleh kasih karunia mereka telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah
menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya (Rom 3:24-25). Bersama
Socinus yang fasik itu mereka memasukkan ajaran yang baru dan asing tentang
pembenaran manusia di hadapan Allah, yang bertentangan dengan perasaan bulat
seluruh gereja.
5. Semua orang telah diterima oleh
Allah, sehingga mereka diperdamaikan dengan Allah dan turut mengambil bagian
dalam karunia perjanjian itu. Maka tidak seorang pun takluk pada hukuman kekal
karena dosa turunan, dan tidak seorang pun akan dihukum karenanya. Sebaliknya,
semua orang bebas dari kesalahan yang disebabkan dosa tersebut.
Pandangan ini bertentangan dengan
Alkitab, yang menegaskan, bahwa "pada dasarnya kita adalah orang-orang
yang harus dimurkai" (Efe 2:3).
6. Sejauh hal itu bergantung kepada
Allah, Dia telah berkehendak mengaruniakan secara sama rata kepada semua orang
anugerah-anugerah yang telah diperoleh oleh kematian Kristus. Jikalau ada orang
yang mendapat bagian dalam pengampunan dosa dan hidup yang kekal sedangkan yang
lain tidak, maka perbedaan itu bergantung pada kehendaknya yang bebas, yang
meraih anugerah yang ditawarkan tanpa memandang bulu itu, bukan pada karunia
khusus dari rahmat Allah, yang bekerja dalam orang itu dengan ampuh sehingga
mereka memeluk kasih karunia itu, sedangkan yang lain tidak.
Mereka ini menyalahgunakan pembedaan
antara hal memperoleh dan hal memeluk, untuk meresapkan pendapat tersebut ke
dalam hati orang yang kurang hati-hati dan yang tidak berpengalaman. Mereka
berbuat seolah-olah mereka mengemukakan pembedaan ini dalam arti yang sehat,
namun mereka mencoba menyuguhkan kepada rakyat racun yang mematikan, yakni
ajaran sesat kaum Pelagian.
7. Kristus tidak dapat dan tidak perlu
mati bagi mereka yang dikasihi Allah dengan kasih yang tertinggi dan yang telah
dipilih-Nya untuk hidup yang kekal. Dia memang tidak mati bagi mereka, karena
orang yang sedemikian tidak memerlukan kematian Kristus.
Mereka membantah Sang Rasul, yang berkata
bahwa Kristus "telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk
aku" (Gal 2:20). Demikian juga, "Siapakah yang akan menggugat
orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan
menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati?", yaitu bagi mereka (Rom
8:33-34). Dan Juruselamat sendiri berkata, "Aku memberikan nyawa-Ku bagi
domba-domba-Ku" (Yoh 10:15). Dan, "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya
kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang
lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya" (Yoh 15:12-13).
PASAL AJARAN YANG KETIGA DAN KEEMPAT
Kerusakan manusia. Pertobatannya kepada Allah serta cara pertobatan itu
Kerusakan manusia. Pertobatannya kepada Allah serta cara pertobatan itu
1. Pada mulanya manusia diciptakan
menurut gambar Allah dan diberi perlengkapan yang serba indah: dalam akal
budinya terdapat pengetahuan yang benar dan menyelamatkan tentang Penciptanya
serta tentang hal-hal rohani; dalam kehendak dan hatinya, kebenaran; dalam
semua perasaan hatinya, kemurnian. Maka, ia sepenuhnya kudus. Tetapi oleh
hasutan iblis dan kehendak bebasnya sendiri ia telah menyimpang dari Allah dan
membuang karunia-karunia ulung itu. Dan sebagai gantinya manusia telah
mendapatkan bagi dirinya: kebutaan, kegelapan yang mengerikan, pertimbangan yang
bebal dan jahat dalam akal budinya; kekejian, pemberontakan, dan ketegaran
dalam kehendak dan hatinya; lagi pula ketidakmurnian dalam perasaan hatinya.
2. Sama seperti keadaan manusia
setelah ia jatuh, demikian pula keadaan anak-anaknya; manusia yang rusak
memperanakkan anak-anak yang rusak. Dengan cara ini menurut hukuman Allah yang
adil kerusakan menjalar dari Adam kepada semua anak cucunya - kecuali Yesus -
bukan karena peniruan, sebagaimana dulu telah dikatakan oleh kaum Pelagian,
melainkan karena pembiakan kodrat yang rusak itu.
3. Oleh karena itu, semua orang
dikandung dalam dosa dan murka Allah sudah berada pada mereka saat mereka
lahir. Mereka tidak sanggup berbuat kebaikan apa pun demi keselamatannya,
tetapi mereka cenderung pada kejahatan, mereka mati di tengah dosa, dan menjadi
hamba dosa. Mereka tidak mau dan tidak sanggup kembali kepada Allah dan
membenahi kodrat mereka yang bejat ataupun menyiapkan diri untuk pembenahannya,
tanpa karunia Roh Kudus yang melahirkan kembali.
4. Memang, setelah manusia jatuh masih
tinggal di dalamnya sisa terang kodrati. Berkat terang itu, ia tetap memiliki
pengetahuan sedikit tentang Allah, tentang alam dunia, tentang perbedaan antara
apa yang bersusila dan yang aib, dan tampak berupaya seadanya untuk mengejar kebajikan
serta ketertiban lahiriah. Akan tetapi, jangankan oleh terang kodrati itu
memperoleh pengenalan yang menyelamatkan tentang Allah dan menjadi sanggup
bertobat kepada-Nya, menggunakan terang itu dengan tepat dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam urusan-urusan kemasyarakatan pun manusia tidak bisa.
Bahkan, ia mengaburkan terang itu -
bagaimanapun juga sifat terang ini - dengan berbagai cara dan menindasnya dalam
kelaliman. Karena ia berbuat begitu, maka ia sama sekali tidak dapat lagi
berdalih di hadapan Allah.
5. Apa yang berlaku terhadap terang
kodrati itu, juga berlaku dalam hubungan ini terhadap hukum Kesepuluh Perintah
yang diberikan Allah melalui Musa khususnya kepada orang Yahudi. Sebab hukum
itu memang menyingkapkan kebesaran dosa dan makin lama makin meyakinkan manusia
akan kesalahannya, tetapi menunjukkan obat penawarnya dan juga tidak memberikan
kekuatan untuk luput dari sengsara itu. Karena hukum itu telah menjadi tidak
berdaya oleh daging, dan membiarkan pelanggarnya tetap berada di bawah kutuk,
maka tidak mungkin manusia memperoleh rahmat yang menyelamatkan melalui hukum
itu.
6. Maka apa yang tidak mungkin
dilakukan oleh terang kodrati dan hukum Taurat, itulah yang dikerjakan Allah
oleh kuasa Roh Kudus dan oleh Firman atau pelayanan pendamaian, yakni Injil
Mesias. Allah telah berkenan menyelamatkan orang percaya baik pada zaman
Perjanjian Lama maupun pada zaman Perjanjian Baru oleh Injil itu.
7. Rahasia kehendak-Nya itu telah
disingkapkan Allah kepada sejumlah kecil orang pada zaman Perjanjian Lama.
Sebaliknya, pada zaman Perjanjian Baru (setelah perbedaan antara bangsa-bangsa
ditiadakan) Allah telah menyatakannya kepada lebih banyak orang. Sebab
perbedaan ini janganlah dicari dalam hal ini, bahwa bangsa yang satu lebih
layak ataupun memanfaatkan terang kodrati dengan lebih baik dibandingkan bangsa
lain, tetapi dalam perkenan Allah yang berdaulat dan dalam kasih-Nya yang
diberikan secara cuma-cuma. Itulah sebabnya maka mereka yang dianugerahi
karunia yang sedemikian besar - walaupun mereka sama sekali tidak layak
menerimanya, bahkan berlawanan dengan semua yang patut mereka terima - harus
mengakui karunia itu dengan rendah hati dan penuh syukur. Tetapi dalam hal
orang-orang lain, yang tidak dianugerahi karunia itu, haruslah mereka bersama
Sang Rasul menyembah kekerasan dan keadilan hukuman-hukuman Allah, dan
sekali-kali tidak mengusut hukuman-hukuman itu.
8. Akan tetapi, semua orang yang
dipanggil oleh Injil, dipanggil dengan sungguh-sungguh. Sebab dalam firman-Nya
Allah memperlihatkan sungguh-sungguh dan dengan sebenarnya apa yang berkenan
kepada-Nya, yaitu bahwa mereka yang dipanggil itu datang kepada-Nya dan percaya
dijanjikan-Nya kesentosaan jiwa dan hidup yang kekal.
9. Banyak orang yang dipanggil oleh
pelayanan Injil tidak datang dan tidak ditobatkan. Kesalahannya tidak dapat
ditimpakan kepada Injil, atau kepada Kristus yang ditawarkan oleh Injil, dan
tidak juga kepada Allah, yang memanggil orang melalui Injil dan bahkan
memberikan berbagai karunia kepada mereka yang dipanggil-Nya. Kesalahannya
terletak dalam diri mereka; ada yang memang menerimanya, tetapi tidak
mengizinkannya masuk ke dalam hatinya, dan oleh sebab itu mundur lagi setelah
sebentar bersukacita dalam iman yang sementara itu; ada yang menghimpit benih
Firman di antara semak duri kekuatiran dan keriaan dunia dan tidak menghasilkan
buah. Hal ini diajarkan Juruselamat kita dalam perumpamaan tentang benih.
10. Orang-orang lain yang dipanggil
oleh pelayanan Injil, datang dan ditobatkan. Hal itu jangan dipulangkan kepada
manusia, seolah-olah kehendaknya yang bebas menyebabkan ia berbeda dari
orang-orang lain, yang diperlengkapi karunia yang sama besar atau paling tidak
cukup agar mereka percaya dan bertobat (seperti yang dinyatakan oleh kesesatan
sombong Pelagius). Sebaliknya, hal itu harus dipulangkan kepada Allah.
Sebagaimana sejak semula orang-orang kepunyaan-Nya telah dipilih-Nya dalam
Kristus, demikian juga mereka dipanggil-Nya dengan ampuh dalam hidup ini. Dia
mengaruniakan kepada mereka iman dan pertobatan, dan setelah melepaskan mereka
dari kuasa kegelapan memindahkan mereka ke dalam kerajaan Anak-Nya. Maksud-Nya
agar mereka memasyhurkan perbuatan-perbuatan besar Dia, yang telah memanggil
mereka ke luar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, dan supaya jangan
mereka bermegah dalam diri mereka sendiri, melainkan di dalam Tuhan, seperti
yang disaksikan kitab-kitab para Rasul di mana-mana.
11. Akan tetapi, bilamana Allah
melaksanakan perkenan-Nya itu di dalam orang pilihan, dan mengerjakan di dalam
mereka pertobatan yang sejati, maka Dia telah hanya membuat Injil diberitakan
kepada mereka dan tidak hanya menerangi pikiran mereka oleh Roh sedemikian
kuat, hingga mereka memahami dengan baik dan menilai hal-hal yang berasal dari
Roh Kudus. Dia bahkan juga masuk sampai ke dalam batin manusia dengan keampuhan
Roh Kudus yang sama itu, yang mengerjakan kelahiran kembali; hati yang tertutup
dibuka-Nya, apa yang keras dilunakkan-Nya, apa yang tidak bersunat
disunati-Nya, dalam kehendak dituangkan-Nya sifat-sifat baru: kehendak yang tadinya
mati dihidupkan-Nya, yang jahat dijadikan-Nya baik, yang tidak bersedia
dijadikan-Nya bersedia, yang melawan dijadikan-Nya taat. Dia menggerakkan dan
menguatkan kehendak sedemikian, hingga kehendak itu, seperti pohon yang baik,
sanggup menghasilkan buah berupa perbuatan-perbuatan baik.
12. Inilah kelahiran kembali,
pembaruan, penciptaan baru, pembangkitan dari antara orang mati, dan karya
menghidupkan, yang dimasyhurkan dalam Alkitab dan yang dikerjakan oleh Allah
tanpa kita di dalam kita. Kelahiran kembali itu tidak terjadi dalam diri kita
hanya melalui bunyi kata-kata pemberitaan, tidak juga oleh nasihat yang lemah
lembut ataupun karya yang begitu rupa sehingga setelah Allah menyelesaikan
karya itu maka manusia masih dapat menentukan apakah ia dilahirkan kembali atau
tidak dan ditobatkan atau tidak. Sebaliknya, hal itu jelas merupakan karya
adikodrati, yang amat kuat sekaligus amat lembut, ajaib, tersembunyi, dan tak
terkatakan. Menurut kesaksian Alkitab (yang diilhami oleh Dia yang melakukan
karya itu), daya karya itu tidak kalah besar dibandingkan dengan penciptaan
atau pembangkitan orang mati. Olehnya semua orang yang hatinya menjadi tempat
Allah bekerja dengan cara yang menakjubkan ini, pasti dilahirkan kembali dengan
cara yang tak tergagalkan dan ampuh, serta benar-benar menjadi percaya. Lalu
kehendak yang telah diperbarui itu tidak hanya digerakkan dan didorong Allah,
tetapi setelah digerakkan Allah, maka kehendak itu sendiri juga bergerak. Oleh
sebab itu, dikatakan juga dengan tepat bahwa, oleh karunia yang telah
diterimanya, manusia sendiri percaya dan bertobat.
13. Cara karya ini tidak dapat
dipahami sepenuhnya oleh orang percaya selama hidup ini. Sementara itu mereka
merasa tenteram karena mengetahui dan merasa, bahwa oleh karunia Allah itu
mereka percaya dengan hati dan mengasihi Juruselamat mereka.
14. Maka iman merupakan karunia Allah.
Bukan karena iman itu ditawarkan Allah kepada manusia, agar manusia berbuat
sekehendaknya, melainkan karena iman itu sesungguhnya diberikan, diilhamkan, dicurahkan
kepada manusia. Bukan juga karena Allah hanya memberikan kemampuan untuk
percaya, dan sesudah itu mengharapkan persetujuan atau percaya yang nyata dari
kehendak manusia yang bebas, melainkan karena Dia yang mengerjakan baik kemauan
maupun pekerjaan, bahkan mengerjakan semuanya di dalam semua orang, Dialah yang
mengerjakan di dalam manusia baik kemauan untuk percaya maupun iman itu
sendiri.
15. Allah tidak berkeharusan
memberikan karunia ini kepada seorang pun. Sebab, apakah keharusan-Nya kepada seseorang
yang tidak dapat terlebih dahulu memberikan kepada-Nya sesuatu apa pun yang
wajib diganjar? Tambahan lagi, apakah gerangan keharusan Allah kepada seseorang
yang hanya memiliki dosa dan dusta? Jadi, barang siapa yang menerima karunia
ini, hanya kepada Allah ia berhutang syukur. Barang siapa yang tidak menerima
karunia ini, ia sama sekali acuh tak acuh akan perkara-perkara rohani ini dan
bersenang-senang atas hal-hal kepunyaannya, ataupun karena merasa aman ia
bermegah dengan tidak beralasan seakan-akan memiliki apa yang tidak
dimilikinya. Namun, sesuai dengan teladan para Rasul, mereka yang mengaku
imannya secara lahiriah dan yang membenahi hidupnya, harus dinilai dan disebut
dengan sebaik-baiknya, sebab kita tidak mengenal lubuk hati manusia. Adapun
orang lain, yang belum terpanggil, orang harus mendoakan mereka pada Allah,
yang menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada. Jangan sekali-kali kita berlaku
sombong terhadap mereka, seolah-olah kita sendirilah yang menyebabkan kita
berbeda dari mereka.
16. Akan tetapi, manusia, meskipun ia
telah jatuh ke dalam dosa, adalah tetap manusia, yang diperlengkapi akal dan
kehendak. Dan dosa, yang telah menjalar kepada seluruh umat manusia, tidak
memusnahkan kodrat manusia itu, tetapi merusakkannya dan mematikannya secara
rohani. Begitu pula, karunia ilahi, yakni kelahiran kembali itu juga tidak
bekerja di dalam manusia seolah-olah ia adalah sebongkah kayu dan sebuah batu,
dan karunia itu tidak memusnahkan kehendak manusia dan sifat-sifat kehendak
itu, dan tidak memaksa manusia berlawanan dengan kehendaknya. Tetapi karunia
ilahi itu menghidupkan kehendak secara rohani, menyembuhkannya, memperbaikinya,
dan menundukkannya secara lembut sekaligus kuat. Maka, di mana dahulu kedegilan
dan perlawanan daging merajalela, sekarang oleh Roh mulai berkuasa ketaatan
yang rela dan tulus. Itulah yang merupakan pembaruan dan kebebasan kehendak
kita yang sejati dan rohani. Ya, jika Pembuat segala sesuatu yang baik, yang
patut dikagumi itu, tidak bertindak sedemikian rupa terhadap kita, maka
janganlah manusia berharap dapat bangkit dari kejatuhan melalui kehendaknya
yang bebas, yang olehnya ia telah menceburkan diri ke dalam kebinasaan pada
waktu ia masih berdiri.
17. Karya Allah yang mahakuasa, yang
olehnya Dia menciptakan hidup kodrati kita dan memeliharanya, tidak mencegah
pemakaian sarana-sarana yang olehnya Allah dalam hikmat dan kebaikan-Nya yang
tak terhingga ingin melaksanakan kekuatan-Nya itu, tetapi justru menuntut
pemakaiannya. Demikian pula halnya karya adikodrati Allah yang tersebut di
atas, yang olehnya kita dilahirkan-Nya kembali: karya ini sekali-kali tidak
mencegah atau meniadakan pemakaian Injil yang telah ditentukan Allah yang
berhikmat itu menjadi benih kelahiran kembali dan makanan bagi jiwa. Oleh
karena itu, jangan sekali-kali tokoh-tokoh jemaat yang mengajar anggota-anggota
jemaat lainnya, ataupun mereka yang diajar berani mencobai Allah dengan jalan
menceraikan apa yang menurut perkenan-Nya dikehendaki-Nya supaya tetap
tergabung erat. Begitu pula dahulu para Rasul, dan guru-guru yang telah
menggantikan mereka, dengan penuh ketakwaan mengajar rakyat mengenai karunia
Allah itu demi kemuliaan Allah dan untuk menekan seluruh keangkuhan manusia.
Sementara itu, mereka rajin berupaya, melalui pengajaran kudus dari Injil, supaya
rakyat itu tetap terkumpul di bawah pelayanan teratur Firman,
sakramen-sakramen, dan disiplin gereja. Sebab, kasih karunia diberikan oleh
pengajaran itu. Semakin Allah di dalam diri kita. Dengan demikian pekerjaan-Nya
akan maju dengan cara yang paling tepat. Baik atas sarana-sarana itu, maupun
atas buah dan keampuhannya yang mendatangkan keselamatan, hanya Allah saja yang
patut menerima segala kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
Penolakan ajaran sesat
Setelah menguraikan ajaran ortodoks
maka sinode menolak ajaran-ajaran sesat orang yang mengajar sebagai berikut:
1. Sebenarnya tidak dapat
dikatakan, bahwa dosa turunan sendiri sudah cukup untuk membuat segenap umat
manusia dihukum atau patut diganjar hukuman pada masa kini dan untuk
selama-lamanya.
Mereka ini membantah perkataan Sang
Rasul, 'Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh
dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa' (Rom 5:12). Dan, 'Penghakiman atas satu
pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman' (Rom 5:16). Dan 'Upah dosa
ialah maut' (Rom 6:23).
2. Pada mulanya, waktu manusia
diciptakan, maka karunia-karunia rohani, sifat-sifat baik, dan
kebajikan-kebajikan, seperti kebaikan, kesucian, dan kebenaran, tidak mungkin
ada dalam kehendak manusia. Itulah sebabnya karunia-karunia itu tidak mungkin
juga dipisahkan dari kehendak itu oleh kejatuhan dalam dosa.
Hal ini bertentangan dengan pemerian
manusia sebagai gambar Allah seperti yang disajikan Sang Rasul dalam Efe 4:24.
Di sana ia mengatakan, bahwa gambar Allah itu terdiri dari kebenaran dan
kekudusan, yang keduanya tanpa ragu-ragu bertempat dalam kehendak.
3. Dalam kematian rohani,
karunia-karunia rohani yang dimiliki manusia tidak dipisahkan dari kehendak.
Sebab, kehendak itu sendiri tidak pernah dirusak, tetapi hanya dirintangi oleh
kegelapan akal-budi dan ketidaktetapan perasaan. Jika rintangan-rintangan ini
dicabut, maka kehendak dapat memakai kekuatan yang bebas, yang telah ditanamkan
ke dalamnya. Hal itu berarti, kehendak itu sanggup, dari dirinya sendiri,
menghendaki dan memilih ataupun tidak menghendaki dan memilih hal apa pun yang
baik yang dihadapkan kepadanya.
Ini ajaran baru dan sesat, yang
cenderung memuji-muji kemampuan kehendak bebas. Hal ini bertentangan dengan
perkataan Nabi Yeremia, 'Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala
sesuatu, hatinya buruk' (Yer 17:9); dan dengan perkataan Sang Rasul,
'Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang
jahat' (Efe 2:3).
4. Manusia yang tidak dilahirkan
kembali, sebenarnya tidak mati dalam dosa dalam arti yang sebenarnya dan secara
menyeluruh. Pun ia tidak kehilangan sama sekali kekuatan untuk berbuat baik
dalam arti rohani. Sebaliknya, ia masih dapat lapar dan haus akan kebenaran dan
kehidupan serta mempersembahkan korban hati yang patah dan remuk, yang berkenan
kepada Allah.
Hal-hal ini bertentangan dengan
kesaksian-kesaksian Alkitab yang jelas, 'Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu' (Efe 2:1-5). Dan, 'Segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata' (Kej 6:5; 8:21).
Lagi pula, hanya pada mereka yang dilahirkan kembali dan yang disebut
berbahagialah terdapat lapar dan haus akan kelepasan dari sengsara dan akan
kehidupan, dan hanya merekalah yang mempersembahkan korban hati yang patah
kepada Allah (Mat 5:6 dan Maz 51:19).
5. Anugerah umum (yang menurut
mereka adalah terang kodrati) atau karunia-karunia yang masih tinggal sesudah
kejatuhan manusia, dapat digunakan manusia yang sudah rusak dan yang kodrati
itu dengan begitu tepat, sehingga oleh penggunaannya yang baik itu
lama-kelamaan dan selangkah demi selangkah dapat diperolehnya karunia yang
lebih besar, yaitu karunia Injili atau yang menyelamatkan, bahkan keselamatan
itu sendiri. Dengan cara itu Allah dari pihak-Nya memperlihatkan kesediaan-Nya
untuk menyatakan Kristus kepada semua orang, karena Dia memang menyajikan
dengan secukupnya dan ampuh sarana-sarana yang dibutuhkan untuk penyataan
Kristus dan untuk iman serta pertobatan.
Selain pengalaman segala zaman,
Alkitab juga bersaksi bahwa ajaran ini tidak benar, 'Dia memberitakan
firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada
Israel. Dia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya
tidak mereka kenal' (Maz 147:19-20). 'Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan
semua bangsa menuruti jalannya masing-masing' (Kis 14:16). Dan, 'Roh Kudus
mencegah mereka (Yaitu Paulus dan rekan-rekannya) untuk memberitakan Injil di
Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia tetapi Roh
Yesus tidak mengizinkan mereka' (Kis 16:6-7).
6. Apabila manusia bertobat dengan
sungguh-sungguh, Allah tidak mungkin mencurahkan sifat-sifat,
kemampuan-kemampuan atau karunia-karunia yang baru ke dalam kehendaknya. Maka
itu, iman - yang mengawali pertobatan kita dan yang menyebabkan kita disebut
orang-orang beriman - bukanlah suatu sifat atau karunia yang dicurahkan Allah,
melainkan perbuatan manusia semata-mata. Iman itu hanya dapat disebut 'karunia'
dari sudut pandangan kemampuan untuk mencapainya.
Dengan hal ini, mereka membantah Kitab
Suci, yang bersaksi bahwa Allah mencurahkan sifat-sifat baru dalam hati kita,
yaitu iman, ketaatan, dan kesadaran akan kasih-Nya, 'Aku akan menaruh Taurat-Ku
dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka' (Yer 31:33). Dan, 'Aku
akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang
kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu' (Yes 44:3). Dan,
'kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita' (Rom 5:5). Begitu pula ajaran itu bertentangan dengan
kebiasaan Gereja Allah yang tak berkeputusan, yang dalam Kitab Nabi Yeremia
berdoa begini, 'bawalah aku kembali, supaya aku berbalik' (Yer 31:18).
7. Kasih karunia yang olehnya kita
berpaling kepada Allah itu tidak lain dari suatu anjuran lembut. Atau
(sebagaimana diterangkan orang-orang lain), cara kerja yang paling mulia dalam
hal pertobatan manusia serta yang paling cocok dengan kodratnya, ialah cara
kerja melalui anjuran-anjuran. Tidak ada alasan untuk beranggapan seakan-akan
kasih karunia yang menganjurkan ini sendiri saja tidak cukup untuk membuat
manusia kodrati menjadi manusia rohani. Bahkan, Allah tidak menghasilkan
persetujuan kehendak selain melalui cara menganjurkan itu. Keampuhan karya
Allah, yang menyebabkan karya itu melebihi karya iblis, terdiri dari hal ini,
bahwa Allah menjanjikan harta kekal, sedangkan iblis menjanjikan harta
sementara.
Hal ini seluruhnya sama dengan ajaran
Pelagius dan bertentangan dengan seantero Kitab Suci. Selain cara tadi, Kitab
Suci mengenal cara berkarya Roh Kudus yang lain lagi dalam pertobatan manusia,
yang jauh lebih ampuh dan ilahi, sebagaimana terdapat dalam Yehezkiel, 'Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan
menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat'
(Yeh 36:26).
8. Dalam hal kelahiran kembali
manusia, Allah tidak memakai kekuatan-Nya yang mahakuasa, yang begitu rupa
hingga olehnya kehendak manusia akan ditundukkan-Nya dengan cara yang unggul
dan tak tergagalkan kepada iman dan pertobatan. Sebaliknya, meskipun semua
karya kasih karunia sudah dilaksanakan, yang dipergunakan Allah untuk membuat
manusia bertobat, namun manusia masih juga dapat melawan dan nyata-nyata
melawan Allah dan Roh Kudus, yang berusaha demi kelahirannya kembali dan yang
berkehendak melahirkannya kembali, sedemikian rupa hingga ia bahkan menghalangi
sama sekali kelahirannya kembali. Maka itu, manusia sendiri berkuasa memutuskan
apakah ia akan dilahirkan kembali atau tidak.
Hal ini tidak lain dan tidak bukan
meniadakan sama sekali keampuhan kasih karunia Allah dalam pertobatan kita dan
membuat kegiatan Allah yang mahakuasa kalah terhadap kehendak manusia. Hal ini
bertentangan dengan apa yang diajarkan para rasul, 'Betapa hebat kuasa-Nya bagi
kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya' (Efe 1:19), dan, 'Supaya
Allah dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan
menyempurnakan segala pekerjaan imanmu' (2Te 1:11), dan, 'Kuasa ilahi-Nya telah
menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh'
(2Pe 1:3).
9. Rahmat dan kehendak bebas
mengerjakan secara bersama, masing-masing untuk sebagian, awal pertobatan, dan
rahmat tidak mendahului kegiatan kehendak bebas dalam hal urutan sebab-akibat.
Artinya, setelah kehendak sendiri bergerak dan menuju ke pertobatan, barulah
Allah membantu kehendak manusia dengan ampuh.
Gereja Lama pun sudah menolak ajaran
ini pada zaman dahulu, ketika menolak kaum Pelagian, berdasarkan perkataan Sang
Rasul, 'Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang,
tetapi kepada kemurahan hati Allah' (Rom 9:16). Demikian pula, 'Sebab siapakah
yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang
tidak engkau terima?' (1Ko 4:7). 'Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam
kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya' (Fil 2:13).
PASAL AJARAN YANG KELIMA
Ketekunan orang kudus
Ketekunan orang kudus
1. Mereka yang oleh Allah, menurut
rencana-Nya, dipanggil ke persekutuan dengan Anak-Nya, Tuhan kita Yesus
Kristus, dan yang dilahirkan-Nya kembali oleh Roh Kudus itu memang
dilepaskan-Nya dari kekuasaan dan perhambaan dosa. Tetapi selama hidup ini Dia
tidak melepaskan mereka sama sekali dari daging dan dari tubuh dosa.
2. Dari situlah timbul dosa-dosa yang
setiap hari dilakukan akibat kelemahan, dan noda yang masih melekat para
perbuatan-perbuatan orang-orang kudus yang paling baik pun. Hal ini bagi mereka
senantiasa menjadi alasan untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan mencari
perlindungan pada Kristus yang disalibkan itu. Oleh karena itu, mereka juga kian
mematikan daging dengan berdoa dalam Roh dan dengan latihan-latihan suci dalam
hidup saleh, dan mereka sangat rindu akan tujuan, yaitu kesempurnaan. Mereka
berbuat demikian sampai saat mereka dilepaskan dari tubuh maut lalu bersama
dengan Anak Domba Allah akan memerintah di surga.
3. Lantaran sisa-sisa dosa yang masih
tinggal di dalam mereka, dan juga oleh sebab godaan dunia dan iblis, maka
orang-orang yang telah bertobat itu tidak sanggup bertekun dalam kasih karunia,
seandainya mereka dibiarkan berusaha dengan kekuatan sendiri. Tetapi Allah
adalah setia. Dengan penuh rahmat diteguhkan-Nya mereka dalam kasih karunia
yang pernah diberikan kepada mereka, dan sampai akhirnya mereka dipelihara-Nya
di dalamnya dengan kuat.
4. Kuasa Allah yang olehnya orang yang
benar-benar percaya diteguhkan-Nya dan dipelihara-Nya dalam kasih karunia itu
adalah begitu besar, sehingga tidak mungkin dikalahkan oleh daging. Namun
bimbingan dan dorongan Allah terhadap orang yang telah bertobat itu tidak
selalu bersifat begitu rupa, sehingga tidak mungkin dalam perbuatan-perbuatan
yang tertentu, karena kesalahan mereka sendiri, mereka menyimpang dari
bimbingan kasih karunia dan menuruti godaan keinginan-keinginan daging. Oleh
sebab itu mereka harus senantiasa berjaga-jaga dan berdoa supaya mereka jangan
dibawa ke dalam pencobaan. Jika mereka tidak berbuat ini, maka mereka bisa saja
diseret oleh daging, dunia, dan iblis sehingga melakukan dosa-dosa yang berat
dan ngeri. Bahkan kadang-kadang mereka memang diseret secara nyata, dengan izin
Allah yang adil. Hal itu diperlihatkan oleh peristiwa-peristiwa Daud, Petrus,
dan orang-orang kudus yang lain, yang jatuh ke dalam dosa dengan begitu
menyedihkan, sebagaimana digambarkan bagi kita dalam Alkitab.
5. Dengan dosa yang sedemikian berat
itu mereka sangat membangkitkan murka Allah; mereka melakukan kesalahan yang
patut diganjar hukuman mati; mereka mendukakan Roh Kudus; untuk sementara waktu
mereka menghentikan praktik kehidupan iman; mereka sangat melukai hati nurani
dan kadang-kadang untuk sementara waktu mereka tidak merasakan lagi kasih
karunia. Hal ini berlangsung sampai mereka membalik oleh penyesalan yang
sungguh-sungguh, dan wajah kebapaan Allah kembali menyinari mereka.
6. Sebab Allah, yang kaya akan rahmat,
sesuai dengan rencana pemilihan yang tidak berubah-ubah, tidak menjauhkan sama
sekali Roh Kudus dari orang-orang milik-Nya, bahkan tidak juga apabila mereka
telah jatuh ke dalam dosa dengan cara yang menyedihkan. Dia juga tidak
membiarkan mereka tersandung sedemikian, hingga mereka kehilangan karunia
pengangkatan menjadi anak-anak Allah dan kedudukan sebagai orang yang
dibenarkan, atau hingga mereka berbuat dosa yang mendatangkan maut, atau dosa
yang menentang Roh Kudus, dan sama sekali ditinggalkan oleh Allah lalu
menceburkan diri ke dalam kebinasaan yang kekal.
7. Sebab, pertama-tama, tiap-tiap kali
mereka jatuh ke dalam dosa dengan cara demikian, tetap dipelihara-Nya di dalam
mereka benih-Nya yang tidak fana, yang olehnya mereka telah dilahirkan kembali,
supaya benih itu tidak binasa atau terbuang. Selanjutnya sudah pasti mereka
diperbarui-Nya dengan ampuh oleh Firman dan Roh-Nya, sehingga mereka bertobat.
Maksudnya, supaya mereka sungguh-sungguh berdukacita menurut kehendak Allah
karena dosa-dosa yang telah dilakukannya; oleh iman dan dengan hati yang patah
dan remuk mereka memohon dan memperoleh pengampunan dalam darah Sang
Pengantara; mereka merasakan kembali kasih karunia Allah, yang kini telah
diperdamaikan dengan mereka; mereka menyembah kemurahan dan kesetiaan-Nya dan
untuk selanjutnya mereka makin berusaha untuk mengerjakan keselamatan mereka
dengan takut dan gentar.
8. Maka, bukan karena jasa atau
kekuatan mereka sendiri, melainkan karena belas kasihan Allah yang diberikan
dengan cuma-cuma itu mereka beroleh hal ini, yaitu bahwa mereka tidak sama
sekali kehilangan iman dan kasih karunia, atau untuk selama-lamanya tinggal
dalam kejatuhan mereka dan akan binasa. Sejauh tergantung pada mereka, hal itu
mudah saja terjadi, bahkan tanpa ragu-ragu akan terjadi. Tetapi dari sudut Allah
hal itu mustahil, sebab keputusan-Nya tidak dapat diubah, janji-Nya tidak dapat
diingkari, dan panggilan menurut rencana-Nya tidak dapat dicabut; begitu pula
jasa, doa syafaat, dan pemeliharaan Kristus tidak mungkin ditiadakan dan juga
pemeteraian dengan Roh Kudus tidak dapat digagalkan atau dimusnahkan.
9. Orang percaya sendiri boleh yakin
akan pemeliharaan orang-orang pilihan demi keselamatan mereka dan akan
ketekunan iman orang yang sungguh-sungguh percaya. Mereka memang yakin akan hal
itu, menurut ukuran iman yang membuat mereka percaya dengan teguh, bahwa mereka
adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan hidup, kini dan untuk
selama-lamanya, dan bahwa mereka memiliki pengampunan dosa dan hidup yang
kekal.
10. Jadi, kepastian itu tidak timbul
dari salah satu penyataan khusus, yang berlangsung tanpa atau di luar Firman,
tetapi dari hal-hal berikut: Pertama, dari kepercayaan kepada janji-janji Allah
yang telah dinyatakan-Nya dengan begitu berlimpah-limpah dalam Firman-Nya demi
penghiburan kita. Kemudian, dari kesaksian Roh Kudus yang bersaksi bersama
dengan roh kita bahwa kita adalah anak dan ahli waris Allah. Akhirnya, dari
upaya yang sungguh-sungguh dan suci untuk memelihara hati nurani yang tetap
murni dan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Andaikata orang-orang
pilihan Allah dalam dunia ini harus kehilangan hiburan yang teguh ini, yaitu
bahwa mereka akan memperoleh kemenangan, dan andaikata mereka harus kehilangan
jaminan kemuliaan yang kekal yang tak berdusta itu, maka mereka adalah orang-orang
yang paling malang dari semua manusia.
11. Sementara itu, Alkitab bersaksi
bahwa orang percaya selama hidup harus berjuang melawan bermacam-macam
kebimbangan daging. Mereka dibuat menghadapi pencobaan yang berat sehingga
tidak selalu merasakan keyakinan iman yang penuh dan kepastian tentang
ketekunan ini. Tetapi Allah, sumber segala penghiburan, tidak akan membiarkan
mereka dicobai melampaui kekuatan mereka, sebab di tengah pencobaan Dia
memberikan juga jalan ke luar, dan oleh Roh Kudus Dia kembali merangsang di
dalam mereka kepastian tentang ketekunan.
12. Akan tetapi, kepastian tentang
ketekunan ini sekali-kali tidak membawa orang yang benar-benar percaya itu pada
kesombongan dan ketidakacuhan menurut daging. Sebaliknya, ketekunan itu
sungguh-sungguh menjadi akar kerendahan hati, keseganan seorang anak, kesalehan
yang sejati, kesabaran dalam segala perjuangan, doa-doa yang berapi, ketabahan
dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran, serta juga sukacita yang teguh
di dalam Allah. Begitu pula perenungan anugerah itu justru merangsang mereka
untuk dengan sungguh-sungguh dan tetap melakukan pengucapan syukur dan
perbuatan baik. Hal ini nyata dari kesaksian-kesaksian Alkitab dan dari teladan
orang kudus.
13. Pada mereka yang dibangkitkan lagi
sesudah jatuh ke dalam dosa, kepercayaan akan ketekunan itu tidak juga
menghasilkan kecerobohan dan kealpaan dalam kesalehan, tetapi ikhtiar yang
terlebih besar untuk mengikuti jalan-jalan Tuhan dengan saksama. Jalan-jalan
itu telah dipersiapkan sebelumnya, supaya dengan menapakinya, mereka tetap
memiliki kepastian tentang ketekunan mereka, dan supaya wajah Allah yang telah
diperdamaikan dengan mereka tidak dipalingkan kembali dari mereka karena mereka
telah menyalahgunakan kebaikan-Nya sebagai seorang Bapa, sehingga mereka jatuh
ke dalam siksaan jiwa yang lebih berat lagi. Sebab bagi mereka yang takut akan
Allah, memandang wajah-Nya itu lebih manis daripada hidup, tetapi apabila Allah
menyembunyikan wajah-Nya maka bagi mereka hal itu lebih pahit daripada maut.
14. Sebagaimana Allah telah berkenan
memulai pekerjaan kasih karunia-Nya itu di dalam kita oleh pemberitaan Injil,
begitu pula Dia memelihara, meneruskan, dan menyelesaikan pekerjaan itu.
Caranya, dengan mendengarkan, membaca, dan merenungkan Injil, dan dengan nasihat-nasihat,
ancaman-ancaman, janji-janji, serta juga dengan menggunakan sakramen-sakramen
kudus.
15. Ajaran tentang ketekunan orang
yang sungguh-sungguh percaya dan kudus dan tentang kepastian tentang ketekunan
itu, telah dinyatakan Allah dengan berlimpah-limpah dalam Firman-Nya demi
kemuliaan nama-Nya dan demi penghiburan orang yang takut akan Dia, dan telah
diterakan-Nya dalam hati orang percaya. Memang ajaran itu tidak dapat dipahami
oleh daging, dibenci oleh iblis, diejek oleh dunia, disalahgunakan oleh mereka
yang tidak memahaminya dan orang munafik, dan dibantah oleh para penyesat. Akan
tetapi, mempelai perempuan Kristus senantiasa amat mengasihinya dan tetap
membelanya sebagai suatu harta yang tak terkira nilainya. Allah akan menjaga,
supaya ia akan berbuat seterusnya. Tidak ada rencana yang dapat dilaksanakan
untuk melawan Dia dan tidak ada satu kuasa pun yang dapat bertahan terhadap
Dia. Hanya Allah ini, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, patut menerima hormat
dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
Penolakan ajaran sesat
Setelah menguraikan ajaran ortodoks
maka sinode menolak ajaran-ajaran sesat orang yang mengajar sebagai berikut:
1. Ketekunan orang-orang yang
benar-benar percaya bukanlah hasil pemilihan atau pemberian Allah yang telah
diperoleh melalui kematian Kristus, melainkan syarat perjanjian baru yang harus
dipenuhi manusia melalui kehendaknya yang bebas, demi pemilihan dan
pembenarannya yang menentukan (sebagaimana mereka menyebutnya).
Kitab Suci bersaksi, bahwa ketekunan
merupakan akibat pemilihan dan diberikan kepada orang-orang pilihan oleh
kekuatan kematian, kebangkitan, dan doa syafaat Kristus, 'Orang-orang yang
terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya'
(Rom 11:7). Demikian pula, 'Dia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Dia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang
akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah
yang menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang
telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang telah menjadi
Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?' (Rom
8:32-35).
2. Allah memang mengaruniakan
kepada orang percaya kekuatan-kekuatan yang cukup untuk bertekun, dan Dia
bersedia memelihara kekuatan-kekuatan itu di dalamnya, jika orang ini
menunaikan kewajibannya. Akan tetapi, setelah semua hal yang perlu untuk
bertekun dalam iman dan yang kehendak Allah pakai untuk memelihara iman itu
telah dipekerjakan, maka masih juga hal bertekun tidaknya manusia bergantung
pada keputusan bebas kehendaknya.
Pandangan ini terang-terangan
mengandung ajaran Pelagius. Maksudnya membebaskan manusia, namun pandangan ini
menyebabkan manusia merampas kemuliaan Allah. Hal ini bertentangan dengan
kesepakatan yang telah berlaku terus-menerus tentang ajaran Injil, yang membuat
manusia kehilangan semua alasan untuk bermegah dan mengarahkan puji-pujian atas
anugerah ini hanya kepada rahmat Allah semata-mata. Hal ini bertentangan juga
dengan kesaksian Rasul, 'Dia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada
kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus'
(1Ko 1:8).
3. Orang yang sungguh-sungguh
beriman dan dilahirkan kembali dapat saja kehilangan iman yang membenarkan
serta kasih karunia dan keselamatan itu secara menyeluruh dan untuk
selama-lamanya. Mereka bahkan acap kali nyata-nyata kehilangan hal-hal ini dan
binasa untuk selama-lamanya.
Pendapat ini meniadakan karunia
pembenaran dan kelahiran kembali serta perlindungan terus-menerus oleh Kristus.
Hal ini bertentangan dengan perkataan tegas Rasul Paulus, bahwa "Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita
sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari
murka Allah" (Rom 5:8-9). Hal ini bertentangan juga dengan apa yang
dikatakan oleh Rasul Yohanes, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak
berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat
berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah" (1Yo 3:9). Juga dengan perkataan
Yesus Kristus, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada domba-domba-Ku dan
mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan
merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa" (Yoh 10:28-29).
4. Orang yang sungguh-sungguh
percaya dan dilahirkan kembali dapat melakukan dosa yang mendatangkan maut,
atau dosa yang menentang Roh Kudus.
Dalam pasal kelima surat kirimannya
yang pertama, Rasul Yohanes berbicara mengenai orang yang melakukan dosa yang
mendatangkan maut, dan melarang mendoakan mereka (1Yo 5:16-17), lalu dalam ayat
18 segera ditambahkannya, "Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari
Allah, tidak berbuat dosa" (yaitu dosa yang demikian); "tetapi Dia
yang lahir dari Allah melindunginya, dan di jahat tidak dapat menjamahnya"
(1Yo 5:18).
5. Dalam kehidupan ini, tak mungkin
orang mendapat kepastian tentang ketekunannya di masa mendatang kalau tidak
memperoleh penyataan khusus.
Ajaran ini mencabut hiburan teguh
orang yang sungguh-sungguh percaya, yang mereka nikmati dalam hidup ini, dan kembali
memasukkan kebimbangan orang Katolik Roma ke dalam Gereja. Di mana-mana Kitab
Suci mengambil kepastian ini dari ciri-ciri khas anak-anak Allah, dan dari
janji-janji Allah yang amat teguh, bukan dari suatu penyataan yang khusus dan
luar biasa. Teristimewa Rasul Paulus, Makhluk apa pun tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan
kita" (Rom 8:39). Dan Yohanes berkata, "Barangsiapa menuruti segala
perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah
kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Dia
karuniakan kepada kita" (1Yo 3:24).
6. Ajaran tentang kepastian tentang
ketekunan dan keselamatan itu pada hakikatnya bersifat "bantal bagi
daging" dan merupakan bahaya bagi kesalehan, kesusilaan, doa-doa, dan
semua hal lainnya, yang termasuk praktik hidup yang saleh. Sebaliknya,
meragukan ajaran itu merupakan perbuatan yang terpuji.
Mereka ini memperlihatkan, bahwa
mereka tidak mengenal keampuhan kasih karunia ilahi dan karya Roh Kudus yang
berdiam di dalam manusia. Mereka juga membantah Rasul Yohanes yang dengan tegas
mengajar yang sebaliknya, "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita
adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi
kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama
seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama
seperti Dia yang adalah suci" (1Yo 3:2-3). Lagi pula ajaran ini dibantah
oleh teladan orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Mereka merasa yakin akan ketekunan dan keselamatan mereka, namun tetap bertekun
dalam doa dan dalam semua hal lainnya, yang termasuk praktik hidup yang saleh.
7. Iman orang-orang yang percaya
untuk sementara waktu saja, tidak berbeda dari iman yang membenarkan dan yang
menyelamatkan, kecuali dalam hal panjang waktunya.
Kristus sendiri dengan jelas
menunjukkan tiga macam perbedaan lagi antara mereka yang hanya percaya untuk
sementara waktu dan orang-orang yang benar-benar percaya. Dalam Mat 13:20 dyb.
dan Luk 8:13 dyb. dikatakanNya, bahwa orang-orang yang percaya untuk sementara
waktu menerima benih di tanah yang berbatu-batu; mereka tidak berakar dan tidak
berbuah. SebaliknYa, orang-orang yang benar-benar percaya menerima benih di
tanah yang baik atau di dalam hati yang baik; mereka berakar kuat dan dengan
tiada henti-hentinya serta tekun menghasilkan buah, meskipun tidak sama
jumlahnya.
8. Apabila manusia telah kehilangan
kelahiran kembali yang pertama, maka tidak mustahil ia dilahirkan kembali
sekali lagi, bahkan beberapa kati.
Melalui ajaran ini, mereka menyangkal
ketidakfanaan benih Allah, yang olehnya kita dilahirkan kembali. Hal ini
bertentangan dengan kesaksian Rasul Petrus, "Kamu telah dilahirkan kembali
bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana" (1Pe 1:23).
9. Kristus tidak pernah berdoa,
agar supaya orang-orang beriman akan bertekun dalam iman dengan tak
tergagalkan.
Mereka membantah perkataan Kristus
sendiri, "Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur"
(Luk 22:32). Mereka juga membantah kesaksian pengarang Injil Yohanes, yaitu
bahwa Kristus telah berdoa bukan hanya untuk rasul-rasul, tetapi juga untuk
semua orang yang akan menjadi percaya melalui pemberitaan para rasul itu,
"Ya Bapa yang kudus, Peliharalah mereka dalam nama-Mu; Aku tidak meminta,
supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi
mereka dari yang jahat (Yoh 17:11,15,20)."
KATA PENUTUP
Inilah uraian yang jelas, sederhana,
dan jujur tentang ajaran ortodoks sehubungan dengan Kelima Pasal yang sedang
dipersoalkan di Negeri Belanda, beserta penolakan ajaran-ajaran sesat yang
telah menyebabkan Gereja-gereja Belanda dikacaukan selama beberapa waktu.
Sinode berpendapat, uraian dan penolakan ini diambil dari Firman AllaH dan
sesuai dengan pengakuan iman Gereja-gereja Reformasi. Dari sini nyatalah dengan
jelas, bahwa, bertentangan dengan segala kebenaran, keadilan, dan kasih, orang-orang
Yang justru sama sekali tidakpatut berbuat demikian telah berikhtiar membohongi
rakyat dengan menyatakan:
Ajaran Gereja-gereja Reformasi
mengenai Predestinasi dan mengenai pokok pokok yang berhubungan dengannya,
karena sifatnya sendiri dan disebabkan dinamikanya sendiri, sama sekali
mengasingkan hati manusia dari kesalehan dan peribadatan. Ajaran ini merupakan
'bantal bagi daging dan iblis' serta perbentengan iblis, dan menjadi titik
tolaknya dalam menghadang semua orang, melukai kebanyakan orang, dan mematikan
banyak orang dengan panah-panah keputusasaan atau ketidakacuhan.
Ajaran ini menjadikan Allah Pembuat
dosa, Allah yang tidak adil, lalim, dan munafik. Ajaran ini tidak lain dan
tidak bukan pembaruan ajaran Stoa,(1) Mani,(2) kaum Libertin,(3) dan Islam.
Ajaran ini membawa orang-orang kepada
ketidakacuhan yang jasmani, karena mereka akan membohongi diri mereka,
seakan-akan cara hidup orang pilihan sama sekali tidak menentukan keselamatan
mereka, sehingga mereka dengan tenang saja boleh melakukan segala macam
kejahatan yang ngeri.
Adapun mereka yang telah ditolak,
sekalipun mereka sungguh-sungguh melaksanakan segala perbuatan orang-orang
kudus, hal itu tidak mungkinbermanfaat bagi keselamatan mereka.
Dengan ajaran ini dikatakan bahwa
Allah, hanya karena tindakan sewenang-wenang kehendak-Nya saja, tanpa
memperhatikan atau mempedulikan dosa apa pun, telah menentukan dan menciptakan
bagian terbesar dunia ini, bagi kebinasaan yang kekal.
Penolakan adalah penyebab
ketidakpercayaan dan kefasikan, sama seperti pemilihan adalah sumber dan
penyebab iman serta perbuatan yang baik.
Allah merenggut banyak anak orang
percaya yang tak bersalah dari susu ibunya dan dengan lalim membuang mereka ke
dalam api neraka, sehingga baik darah Kristus, maupun pembaptisan atau doa
Gereja waktu mereka dibaptis tidak mungkin bermanfaat bagi mereka.
Dan banyak tuduhan sejenis, yang tidak
termasuk pengakuan iman Gereja-gereja Reformasi, bahkan sama sekali ditolak
Gereja-gereja itu dengan rasa jijik.
Itulah sebabnya Sinode Dordrecht ini
meminta dengan mendesak, demi nama Tuhan, kepada semua orang yang dengan saleh
memanggil nama Juruselamat kita Yesus Kristus, agar supaya mereka jangan
menilai iman Gereja-gereja Reformasi atas dasar fitnah yang dikumpulkan dari
sana sini, jangan juga atas dasar perkataan pribadi beberapa guru lama atau
baru, yang sering dikutip dengan itikad jahat, diputarbalikkan, dan diterangkan
dengan salah. Hendaklah mereka menilai iman Gereja-gereja Reformasi berdasarkan
karangan-karangan pengakuan iman yang umum dari Gereja-gereja itu sendiri dan
berdasarkan uraian ini mengenai ajaran yang benar, yang telah ditetapkan dengan
persetujuan tiap-tiap anggota seluruh Sinode.
Selanjutnya Sinode dengan
sungguh-sungguh menegur para pemfitnah agar mempertimbangkan betapa beratnya
hukuman Allah yang mereka datangkan atas diri mereka sendiri, mereka yang
mengucapkan kesaksian dusta terhadap sedemikian banyak gereja dan terhadap
karangan-karangan pengakuan iman sedemikian banyak gereja, yang menggelisahkan
hati nurani orang-orang yang imannya lemah dan yang berupaya untuk membuat
banyak orang merasa curiga terhadap persekutuan orang yang benar-benar percaya.
Akhirnya Sinode ini mendorong semua
rekan Pelayan dalam Injil Kristus, supaya mereka bertindak saleh dan alim
bilamana mengupas ajaran ini di sekolah-sekolah dan di gereja-gereja. Hendaklah
mereka mengarahkannya, baik secara lisan maupun secara tertulis, kepada
kemuliaan Nama Allah, kesucian hidup, dan penghiburan hati yang hancur.
Hendaklah juga dalam pikiran dan bicara mereka berpegang pada Alkitab, sesuai
dengan kesepakatan bersama tentang iman. Akhirnya, hendaklah mereka menahan
diri dari setiap cara bicara yang melewati batas-batas yang telah ditetapkan
bagi kita dalam hal menentukan arti sebenarnya Kitab-kitab Suci, dan yang dapat
menyediakan alasan yang wajar bagi orang yang suka menggunakan penalaran yang
muluk-muluk tetapi menyesatkan, untuk menista atau memfitnah ajaran
Gereja-gereja Reformasi.
Kami berdoa supaya Anak Allah, Yesus
Kristus, yang sedang duduk di sebelah kanan Bapa-Nya dan yang memberi
karunia-karunia kepada manusia, menguduskan kita dalam kebenaran, membawa
mereka yang telah sesat itu kembali kepada kebenaran, menutupi mulut orang yang
memfitnah ajaran sehat, dan mengaruniakan Roh hikmat dan pengertian kepada
pelayan-pelayan Firman-Nya yang setia, agar semua perkataan mereka berguna bagi
kemuliaan Allah dan bagi pembinaan para pendengarnya. Amin.