I.
Latar Belakang
J. A. Comenius
pada tahun 1592-1671 sudah mulai memperhatikan sifat – sifat khas yang dimiliki
setiap anak. Ia berpendapat “seorang anak
tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa yang bertubuh kecil”. Ia
mengajarkanagar setiap pengajaran dapat menarik perhatian anak oleh karena itu
harus diragakan supaya anak dapat mengamati,menyelidiki, dan mengalami sendiri.
Pendidik yang mampu memahami jiwa anak didiknya dapat menunjang upaya
pendidikan dalam usahanya mencapai tujuan yang lebih baik.
II. Pengertian
A.
Arti
Perkembangan adalah suatu proses yang menuju ke depan
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjukkan pada
perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
B. Definisi
1.
Menurut Prof. Dr. F. J. Monk, Prof. Dr. A. M. P.
Knoers dan Prof. Dr. Siti Rahayu H. Dalam phisikologi perkembangan mengemukakan
bahwa suatu ilmu yang mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses
perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang dengan
menitik beratkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.
2. Menurut Dra. Kartini Kartono dalam Psikologi
anak, Psikologi Perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia
yang dimulai dari periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah sampai periode
adolosence menjelang dewasa.
III. Tujuan
Menurut P. H. Mussen Phisikologi Perkembangan Anak
bertujuan untuk :
a. Memeriksa, mengukur dan menerangkan perubahan
dalam tingkah laku dan kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat
umur dan mempunyai ciri universal.
b. Mempelajari perbedaan yang bersifat pribadi pada
tahap atau masa perkembangan tertentu.
c.
Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan
tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
d. Mempelajari penyimpangan dan tingkah laku yang
dialami seorang anak misalnya, kenakalan dan kelainan-kelainan pada fungsi
intelektualitas/kecerdasannya.
IV.
Perkembangan Masa Kanak-Kanak
Menurut Bapak Psikologi anak, Wilhelm Preyer yang
patut mendapat perhatian dalam perkembangan anak adalah sebagai berikut :
A. Perkembangan Motorik
Yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu
yang ada hubunganya dengan gerakan tubuh, yang ditentukan oleh otot, saraf, dan
otak. Ketiga unsur tersebut harus dapat melaksanakan peranannya secara
interaksi positif yang artinya saling berkaitan, saling menunjang dan saling
melengkapi untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna. Motorik
digolongkan menjadi 3 bagian motorik statis, motorik ketangkasan dan
motorikpenguasaan.
B.
Perkembangan Bahasa
Pada akhir tahun pertama kelahiran anak dan menjelang tahun
kedua ada pertumbuhan dan perkembangan anak yang menonjol yakni mulai
menunjukkan kemampuannya untuk dapat berbahasa atau berbicara. Bahasa membuat
manusia lebih tinggi derajatnya dari makhluk lain. Bahasa mempunyai 3 fungsi
yaitu untuk menyatakan ekspresi,
mempengaruhi orang lain dan memberi nama.
C. Perkembangan Ingatan
Daya ingat anak bersifat tetap jika telah mencapai umur
kurang lebih empat tahun. Selanjutnya akan mencapai intensitas terbesar atau
terbaik dan kuat. Jika anak berumur krang lebih 8 – 12 tahun pada saat itu daya
menghafal dapat memuat sejumlah materi hafalan sebanyak mungkin.
D. Perkembangan Kemauan
Pada dasarnya anak usia sekolah menunjukkan tanda
bahwa ia menaruh perhatian terhadap dunia luar, selalu aktif dalam kegiatan
lingkungannya, namun suka bertanya karena perhatiannya sangat tajam.
Selain keempat aspek penting
tersebutmasih ada perkembanganlain yang cukup penting pula, diantaranya :
a.
Perkembangan pengamatan dan fantasi
Kegitan yang
menggunakan alat indra seperti perbuatan melihat, mendengar, mencium, mengecap,
dan meraba disebut mengamati. Gambaran pengamatan disimpan didalam lubuk jiwa,
jika diperlukan atau diingat kembali ia dapat ditimbulkan kembali, hasilnya
dinamakan gambaran ingatan. Gambaran yang tersimpan ditambah atau dicampur
adukkan dengan gambaran baru akan membentuk gambaran fantasi.
Kesanggupan jiwa
membentuk tanggapan yang baru dengan pertolongan tanggapan yang telah ada
dinamakan berfantasi. Anak – anak sangat luas dan leluasa fantasinya, artinya
dapat membuat gambaran khayal yang banyak dan luar biasa. Tetapi pada masa akhir
kanak-kanak sifat fantasi mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan
perkembangan pikirannya.
Ada fantasi
terpimpin, ada pula fantasi mencipta.
Fantasi terpimpin
timbul karena adanya kesan setelah menanggapi hasil ciptaan orang lain atau
tuntunan dari karya orang lain. Misalnya anak membayangkan dirinya sebagai
batman, superman, setelah menonton filmnya.
Fantasi mencipta
timbul karena kekuatan atau potensi yang ada pada dirinya secara murni tanpa
tuntunan dari luar. Misalnya anak berfantasi menjadi orang terkuat dan terhebat
dalam memainkan alat musik, maka benda apapun yang dipegang akan dianggapnya
sebagai alat musik gitar, piano, drum dan sebagainya. Menurut Charlotte Buhler,
fasi perkembangan fantasi akan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Usia 0;0 – 4;0 masa cerita Struwelpeter. Pada masa
ini anak senang terhadap cerita anak nakal, rambut panjang, pakaian kumal, kuku
panjang dan lain-lain. Pada masa ini anak tidak meperdulikan kondisi
lingkungan, ia lebih senang mementingkan diri sendiri.
2. Usia 4;0 – 8;0 masa cerita khayal. Pada masa ini
anak banyak dipengaruhi oleh daya khayal dan apapun yang menjadi khayalannya
dianggap sebagai sesuatu kebenaran. Masa ini anak sangat senang dengan dongeng
seperti si kancil, raksasa dan timun mas, keong mas dan lain-lain.
Sejalan dengan
perkembangan fantasi anak perlu diperhatikan agar anak tidak terlena pada dunia
khayal yang berlebihan, tapi tidak juga membatasinya terlalu ketat sehingga
perkembangan fantasi anak tetap bebas leluasa tetapi terkendali dan terarah.
b.
Perkembangan pikiran
Perkembangan
pikiran anak pada dasarnya berhubungan erat dengan perkembangan bahasa,
keduanya merupakan faktor penentu bagi seseorang dalam menyampaikan gagasannya,
keinginannya dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Perkembangan
pikiran di bedakan dalam dua bentuk, yaitu :
1) Perkembangan formal: perkembangan fungsi-fungsi
pikir atau alat-alat pikir anak untuk dapat menyerap, menimbang, memutuskan,
menguraikan dan lain-lain.
2) Perkembangan material : perkembangan jumlah
pengetahuan pikir (knowledge) oleh seorang anak dapat dimiliki dan dikuasai.
Contoh penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat teori-teori dan
lain-lain. Secara keseluruhan perkemangan pikir anak dapat dikatakan sejalan
dengan proses perkembangan pengamatan dan tanggapan anak, sehingga dapat
dikategorikan menjadi beberapa tahapan, yaitu :
a) Berpikir secara kongkrit (dengan obyek yang
realistis) sehingga proses berpikir
harus dirangsang atau dituntun sehingga proses berpikir anak harus dituntun
dengan benda atau alat. Oleh karenanya pengajaran anak Play Group dan TK akan
lebih efektif menggunakan alat peraga atau belajar dialam dengan melihat
bendanya langsung.
b) Berpikir secara simbolis atau sistematis yaitu
anak berpikir dengan menggunakan simbol-simbol (tanda tanya). Disini anak sudah mulai dapat dikenalkan
dengan huruf atau angka, skema simbol-simbol tertentu dan sebagainya.
c.
Perkembangan perasaan
Pada anak-anak
perkembangan perasaan sangat cepat dan besar sekali, sehingga Umumnya anak-anak
lebih emosional dibanding dengan orang dewasa. Pandangan mereka selalu optimis,
cepat merasa puas, sehingga mereka akan mudah merasa senang, periang, sehingga
mereka akan mudah merasa senang, periang. Kesedihan atau kesusahan orang lain
belum dapat mereka hayati dengan baik.
Pada saat tertentu kadang anak dapat merasakannya tetapi berusaha
menutupi karena takut atau malu untuk merasakannya. H. Birkenfeld dan Gazali
membagi perasaan anak menjadi 2 kategori yaitu perasaan tingkat biologis dan
perasaan tingkat rohaniah.
Perasaan tingkat
biologis meliputi :
1)
Perasaan yang berhubungan dengan pencernaan
makanan, pernapasan, peredaran darah, seperti lapar, lelah, kejang dan
sebagainya.
2) Perasaan yang berhubungan dengan insting seperti
rasa takut, cemas dan sebagainya.
3) Perasaan yang berhubungan dengan alat indria
seperti dingin, panas, nyeri dan sebagainya.
Perasaan
tingkat rohaniah meliputi :
1)
Perasaan Intelect: perasaan yang selalu
menyertai kerja – kerja intelek, contoh: jika anak dapat menjawab pertanyaan
dari guru dengan baik maka anak akan gembira tapi sebaliknya jika tidak maka
anak akan kecewa.
2)
Perasaan Aestetis : Perasaan yang dialami pada
waktu menganggap sesuatu itu bagus, indah, jelek. Dan sebagai standar
pengukurannya disebut cita rasa. Contoh : anak akan lebih senang melihat benda
dengan warna cerah karena itu bagus menurut mereka.
3)
Perasaan Etis: Perasaan kesusilaan, perasaan ini
muncul ketika anak mulai menghayati
sesuatu itu baik atau buruk. Contoh : anak akan merasa senang jika telah
berbuat baik, dan akan merasa tidak nyaman ketika melakukan kesalahan atau
sesuatu yang buruk.
4)
Perasaan Religius: Perasaan ini timbul ketika
anak menghayati situasi keagamaan. Contoh : Perasaan Ikhlas, taat, ketika anak
melakukan ibadah.
5) Perasaan Sosial : Perasaan yang timbul karena
pendapat dan pengalaman dengan lingkungannya, seperti perasaan cinta, cemburu,
rindu dan sebagainya.
d.
Perkembangan sosial anak
Perkembangan sosial
dimulai sejak anak lahir terbukti ketika anak menangis pada saat lahir dalam
rangka mengadakan kontak hubungan dengan lingkungannya. Menurut Charlote Buhler
pada mas akhir tahun kedua anak telah
menyadari pergaulannya dengan anggota keluarga, sehingga timbul
keinginannya untuk ikut campur dalam gerak dan lakunya. Pada usia 3 – 4 tahun
anak akan mengalami masa kegoncangan pertama (footzalter1) dimana anak menjadi
keras kepala, susah tidur, cemburu dan lain-lain. Perkembangan sosial ini
berlanjut sesuai dengan pengalamannya sampai dapat bergaul secara baik dan
wajar.
e.
Perkembangan moral anak
Moral adalah kondisi atau
potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang baik
sesuai dengan nilai yang diinginkan. Bagi seorang anak perkembangan morak akan
sangat ditentukan oleh orang-orang terdekatnya. Disini peranan ibu dan pendidik
diperlukan untuk memberikan dasar pada pola perkembangan anak.
V.
Masalah Permainan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar