Pertanyaan ini mungkin saja ada pada
sebagian dari orang Do Hawu tak
dapat menjawab dengan tepat, atau ada yang mengetahui tetapi tidak dapat
menjawab, demikian pula yang tahu tapi tidak mau tahu, sehingga dianggap
sebagai suatu organisasi yang ada karena suku-suku lain asal NTT sudah ada
wadahnya sehingga DO Hawu membentuk
perkumpulan ini sebagai bahan pelengkap saja.
Pemikiran yang demikian adalah
pendapat konyol. Untuk Do Hawu, khususnya yang keluar langsung dari Hawu bahwa ketika ia
hendak merantau ada pesan orang tua kepadanya:
Kinga Dahi ke Au La Rai
Menjnji Natta harro Ie
Bole Bollo Ne Rai Di Rai Hawu
Au Dhe Do Kepai Ro Nga Donahu
Artinya
Ketika Engkau tiba di rantau,
dimana penuh dengan segala kemewahan, dan gemerlapnya neon dan merkuri.
Jangan sekali kau akan pulau
tempat kau dibesarkan
Walau hanya hidup dari nira dan
gula.
Ina, Ama, A’a, Ari,
Nawanni,
Mungkin pesan singkat dari leluhur itulah yang mengilhami sesepuh, orang
tua, saudara kekasih kita sebagai pemerkasa berdirinya KOLO RAI ini. Kilas
balik sejarah berdirinya organisasi kita ini. Marilah kita menoleh kebelakang,
mundur ke tahun 1985.
Sebelum tanggal 20 Januari 1985,
tanggal resmi berdirinya KOLO RAI, sesepuh-sesepuh kita seperti Bapak J.Here Bessie,
Bapak Alexander Padji, Bapak J. Riwu Kore, Bapak Rade, Bapak Michael Djami,
Bapak George Imanuel Pili Robo, M. Wila Kore, S. A. R. Gah, bahkan bapak-bapak
yang lain yang oleh karena tugas dan pekerjaannya merantau dan merantau lagi.
Beliau-beliau ini bersatu kata dengan susah payah mengumpulkan DO HAWU yang
tersebar di Pulau Dewata tercinta ini. Tentu ada maksud yang mulia dari sesepuh
kita.
Ina, Ama, A’a, Ari,
Nawanni
Bila DO HAWU ingin kembali Sabu,
tentu akan memerlukan dana yang besar dan menghabiskan waktu yang cukup lama,
Mau Hae Kapa Lila Do Hawu tidak punya dana, dan memakan waktu berhari-hari
pulang pergi, apalagi jika ia seorang pekerja harian, sudah barang tentu
mengganggu aktivitasnya. Bertolak dari pemikiran tersebut di atas, para sesepuh
membuat miniatur hawu di pulau Dewata ini yang diberi nama “KOLO RAI HAWU”
sebagai wadah untuk DO HAWU di rantau.
Diwadah inilah kita saling Penarru
Kebie mengingat nostalgia leluhur kita yang jauh di pulau gersang penuh lontar
tempat kita berasal. Diwadah ini pula kita saling kenal satu sama lain, bila
kita saling berpandang di jalan tidak lagi asing tapi mesra penuh persaudaraan.
Ingat saudaraku, DO HAWU dirantau tidak ada yang kaya, tapi tidak ada yang
tidur di kolong jembatan dan meminta-minta karena mereka mewarisi harta yang
paling mulia ialah tali persaudaraan yang kuat dan kegotongroyongan yang kokoh.
Kita ingat saudara, Ina, Ama kita di
Hawu jika seseorang membangun rumah misalnya maka para tetangga tanpa diminta
mereka menyumbang sekaligus membantu bekerja sambil dibarengi tawa dan nyanyi. Atau
jika seseorang mau membersihkan ladangnya, maka pemilik ladang tetangga
membantu tanpa diminta sampai dengan musim tanam dan musim tanam dan musim panen, atau seseorang
penyadap nira yang mungkin datang terlambat sedangkan hari sudah menjelang
malam, maka penyadap tetangga yang telah selesai dahulu iklas membantu menyadap
dan pulang bersama-sama. Begitu kentalnya kegotongroyongan mereka sehingga
timbul tembang :
“Ie Ta Lowe Do me Mude Para Jaru”
Paling Indah bila
banyak saudara dalam membantu pekerjaan susah menjadi mudah, gampang .
Atau lupakah anda akan janji seorang
anak kepada ibunya yang selalu gundah gulana ketika ia hendak merantau, sebagai
seorang ibu sangat kuatir melepaskan anaknya untuk pergi merantau. Karena itu
anak menghibur ibunda dengan sebuah tembang :
‘Bole jaru Ina Tana ee Era mengngi Dhai leto”
Wahai Bunda tercinta,
tak usah bimbang, tak usah gundah, ada sukacita dikemudian hari.
Sekarang bagi kita sebagai generasi
yang lahir di rantau, besar di rantau atau yang merantau sejak kecil, tembang
di atas dapat mengetuk hati kita untuk kembali ke hawu dalam arti berkumpul di
wadah yang telah didirikan dengan susah payah oleh pendahulu-pendahulu kita.
Ina, ama tercinta
Pengorbanan pendahulu-pendahulu kita
mengumpulkan Do Hawu di rantau jangan disia-siakan dan diabaikan, mari kita
teruskan usaha mereka dengan senantiasa hadir dan aktif pada
pertemuan-pertemuan terutama setiap bulan, suatu bukti bahwa kita selalu
mengenang mereka walaupun mereka telah lama mendahului kita dan meninggalkan
kita.
Hidup penuh dengan
kegotongroyongan dan persaudaraan harus menjadi ciri khas Do Hawu dirantau
sebagaimana tembang :
Mira Kad Dhi Hari
Do Memu Dhe Para Jaru
KI Helau Ade
Muri Nga Panadhe Ie
Kinga Era Lai
Due Hape Ta He Lau
Uku Rai Hawu
Bhole Bollo Ri Di
Yang kalau
diterjemahkan kira-kira artinya begini :
Bila kita bersatu padu
Suka duka jadi ringan (terhibur)
Sehati sepikir
Hiduppun penuh kedamaian
Jika ada masalah/persoalan
Sama-sama kita rembuk/pecahkan
Adat istiadat lama warisan leluhur
Tidak boleh kita lupakan
Lagu ini sangat
memotivasi kita agar tetap bersatu walaupun dalam duka maupun senang sehingga
tidak ada alasan bagi kita untuk memisahkan diri dari Ikatan Persekutuan kita
Kolo Rai, Pulau Sabu kecil ditengah Pulau Dewata. Segala kesalahpahaman kita
tepiskan, dendam dan kurang hati kita buang jauh-jauh, sehingga persaudaraan
terikat dan terbungkus dalam damai sejahtera yang tentunya akan memperkokoh
persatuan dan kesatuan kita bersama.
Ingat saudaraku :
- Penting kemana anda melihat dan pergi tapi jauh lebih penting jika anda mengenang dari mana anda berasal.
- Do Hawu, Suku yang minoritas di rantau tapi jangan lupa : “Minoritas yang berkomitmen lebih baik dari mayoritas yang apatis”. Daud Wadu Dadi
5 komentar:
Nice.... Itu bhsa apa ya?
iye ta do iye
rae hawu
rihi iye
iye ta do iye
rae hawu
rihi iye
IE TAD'O IE
RAI HAWU RIHI IE
IE TAD'O IE
DAU DOHAWU DOWO IE..
MAJI LEMA TA JAU
BOLE BALLO RAI HAWU...
Posting Komentar