A. Keputusan
Allah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa keputusan adalah
suatu hal yang berkaitan dengan segala putusan yang telah ditetapkan (sudah
dipertimbangkan, dipikirkan dsb); ketetapan; sikap terakhir (langkah yang harus dijalankan).[1] Dari pendapat ini, menunjukkan bahwa keputusan
merupakan suatu hal yang telah diputuskan dengan penuh pertimbangan dan
ditetapkan, dan yang harus dijalankan.
Dalam
membahas mengenai keputusan Allah yang menjadi pokok atau yang telah ditekankan
adalah bagaimana Allah itu menetapkan suatu putusan menjadi suatu putusan yang
menjadi suatu keputusan yang penuh dengan pertimbangan tentang apa yang telah
dikehendaki Allah atau yang telah direncanakan-Nya dalam melaksanakan keputusan
tersebut. Allah dalam mengambil
keputusan itu adalah kekal dan keputusan yang telah ditetapkan tidak akan
pernah berubah, hal ini juga menandakan bahwa Allah itu tidak pernah
berubah. Seperti yang dikatakan A. A. Hodge:
The
decree og God is His eternal, Unchangeable, holy, wise and soveregn purpose,
comprehending at once all thing that ever where or will be in their causes,
conditions, successions, and relation, and determining their certain
futurition.[2]
(Keputusan Allah adalah kekekalan-Nya, tidak dapat dibantah, suci, bijakasana
dan maksud yang berdaulat, memahami segala sesuatau bahwa pada
saat atau kehendak dalam masalah mereka, kondisi, penggantian dan
hubungan-hubungan dan ditentukan pasti akan terjadi).
Keputusan
Allah yang berdaulat dan kekal pastilah akan terjadi sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan-Nya. Sehubungan dengan itu, J. Erikson juga mengatakan bahwa
rencana Allah sebagai keputusan kekal-Nya yang membuat pasti segala sesuatu
akan terjadi.[3] Allah telah mengetahui segala sesuatu yang ada
pada manusia baik situasi dan kondisi manusia serta semua yang ada pada
manusia diketahui oleh Allah, bahkan tidak ada
sedikitpun yang tersembunyi dihadapan
Allah, hal ini juga menandakan akan kemahatahuan Allah. Sama seperti yang dikatakan James P. Bois, yaitu The
decree of God may be difined as that just, and holy porpuse or plan by which
eternal, and whitin Himself He determines all thing Wharsoever that come to
pass.[4] (keputusan Allah dapat didefinisikan sebagai
tujuan kudus atau rencana dari kekekalan dan di dalam diri-Nya sendiri
menetapkan segala sesuatu yang terjadi).
Dari pendapat ini lebih ditegaskan lagi oleh Charles Hodge bahwa The decrees of God are His eternal porpuse,
acording of His will, mhere by for His own glory, he hath forerdained what
soever come to pass.[5]
(keputusan-keputusan Allah adalah maksud kekal-Nya, sesuai dengan keputusan
kehendak-Nya, yang mana untuk kemuliaan diri-Nya, Dia memutuskan akan terjadi).
Tak dapat dipungkiri bahwa Keputusan
Allah itu kekal dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebelum dunia
diciptakan, ini hanya untuk kemuliaan diri-Nya sendiri sesuai dengan rencana
kehendak-Nya yang berdaulat. J. W. Brill berpendapat bahwa sejak
permulaan dunia ini, karena kemahatahuan-Nya, Allah telah memilih orang-orang yang akan bertobat dan percaya kepada-Nya.[6] Dari pendapat ini telah jelas bahwa Tuhan
sejak semula memilih umat kepunyaan-Nya.
Dari pendapat ini lebih jelas lagi yang dikemukakan oleh Gharles Hodge bahwa: The decree of God is the act of an infinite,
absolute, eternal, unchangeable, and soverign person, comprehending a plen
including all His work of all kinds, great and small, from the beginning of
creation to an unending eternity.
(keputusan Allah merupakan sebuah tindakan yang tidak terbatas, mutlak,
kekal, tidak dapat dibantah dan berdaulat, memahami sebuah rencana termasuk
semua pekerjaan dari kebaikan hati-Nya, besar dan kecil, dari permulaan
penciptaan sampai pada kekekalan).
Segala
sesuatu yang terjadi dalam dunia semua berdasarkan apa yang diputuskan oleh
Allah sesuai dengan keputusan dan kehendak-Nya.
Allah tidak bergantung kepada apa dan siapa pun juga dan Allah
berdaulat, hal ini berarti bahwa keputusan Allah juga tidak bergantung dan
berdaulat. Sama seperti yang dikemukakan oleh Martyn Lloyn-Jones bahwa all the decree
of God are uncconditional and sovereign.[7] Tidak membutuhkan nasehat dan arahan dalam
keputusan (Yes. 40:12-26). Segala
sesuatu yang dikehendaki-Nya telah dilakukan dan tidak ada sesuatu apapun yang
dapat menggagalkan rencana-Nya.
Keputusan yang ada dalam diri Allah adalah dari Allah tritunggal. Mengapa ?
Oleh karena, segala sesuatu yang trejadi ada dalam rencana dan kehendak
dari Allah Tritunggal. Misalnya, dalam kej. 1:26 menunjukkan suatu keputusan Allah Tritunggal dalam
menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Walaupun dalam karya penciptaan adalah
pekerjaan Allah Bapa, tetapi bukan berarti bahwa Allah anak dan Allah Roh Kudus
terlepas dalam hal itu, dan begitu juga dengan sebaliknya. Keputusan Allah Tritunggal sudah ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Hal ini juga menandakan bahwa Tuhan tidak
pernah melupakan keputusan-Nya. Dalam
diri Allah Bapa, Allah Anak dan Alah Roh Kudus tidak bergantung kepada siapa
pun dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebab Allah adalah Allah yang
hidup. keputusan Allah adalah
kehendak-Nya yang berkenan kepada-Nya. Apa yang telah diputuskan oleh Allah
pada masa lalu, tidak berbeda dengan keputusan sekarang dan keputusan-Nya yang
akan datang dikemudian hari.
Allah
dalam melaksanakan keputusan-Nya itu semua berdasarkan kasih dan anugerah, dan kehendak-Nya. William Ames berpendapat bahwa The decree of God is firm decision
by which He performs all things trhoungh His almighty power according to His
counsel. Eph. 1:11, He does all things
out of the counsel of His own will.[8] (keputusan Allah merupakan putusan-Nya yang
teguh, yang mana Ia melaksanakan semuanya itu melalui kemahakuasaan-Nya sesuai
dengan keputusan atau rencana-Nya. Ef.
1:11, Dia melaksanakan semuanya itu menurut keputusan kehendak-Nya).
Putusan
Allah tidak dapat diselidiki oleh pikiran-pikiran manusia. Keputusan Allah tidak pernah dinyatakan
kepada manusia, sehingga manusia tidak mungkin siapa yang telah dipilih dan
ditolak oleh Allah. Perintah Allah diberikan
kepada manusia untuk ditaati dan dilaksanakan dengan penuh takut akan
Tuhan. Dalam diri Allah ada hikmat yang
sempurna dan dengan kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui segala sesuatu. Contohnya Allah dalam mempredestinasi umat
manusia untuk kehidupan yang kekal, telah ditentukan
oleh Allah sejak semula, sejak segala sesuatu belum diciptakan (Ef. 1:4),
sesuai dengan maksud-Nya yang kekal itu (ketetapan) dan tak berubah-ubah, dan
menurut rencana serta perkenaan kehendak-Nya memilih mereka yang telah dikhususkan
dalam Kristus untuk mendapatkan hidup yang kekal.
Allah
adalah Allah yang tidak terbatas dan manusia adalah ciptaan yang terbatas.
Manusia tidak dapat mengetahui atau menyelami rencana Allah dalam keputusan-Nya, olrh karena menusia telah dibutahan dalam
dosa. Dan bagaimana mungkin yang
terbatas dapat mengetahui apa yang direncanakan, dikehendaki oleh atau yang
diputuskan oleh Yang Tidak Terbatas.
Dalam hal juga maka rasul Paulus menyeruhkan keapda jemaat di Roma “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan
pengetahuan Allah. Sungguh tak terselidiki
keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.” Dalam ayat ini Rasul Paulus menekankan bahwa
Allah yang meberikan keputusan-Nya itu adalah Allah yang Mahatinggi,
Mahahikmat, sehingga dalam semuanya itu sesungguhnya menusia tidak dapat
memahami-Nya dalam segala rancangan-Nya, hikmat-Nya,pengetahuan-Nya dan dalam
keputusan-keputusan-Nya.
Allah
menyatakan dan menetapkan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan-Nya itu dalam
penciptaan, providensi, predestinasi dan keselamatan umat-Nya.
Apa yang allah telah putuskan itu ditetapkan dan pasti terjadi sesuai
dengan kehendak-Nya. Keputusan yang
telah ditetapkan itu, itu merupakan keputusan Allah yang pasti akan terjadi dan
tidak akan pernah berubah. Keputusan
Allah berkenaan dengan manusia di dalam Kristus, malaikat-malaikat dan
orang-orang dpredestinasi oleh Allah bahkan iblis dan seluruh pengikutnya dari
semula telah ditetapkan oleh-Nya. Itu
semua ada dalam putusan Allah dan juga keputusa npemilihan dan penolakan
termasuk di dalamnya. Rev. G. H. Kersten, mengatakan bahwa,
The counsel of God concerns Christ and His people, angels, and man, elect and
reprobate.[9] (Keputusan Allah berkenaan dengan Kristus dan
orang-Nya, malaikat dan manusia, pemilihan dan
penolakan).
Keputusan
dan ketetapan Allah salingberkaitan erat dan tidak dapat untuk dipisahkan. Sebab, telah dikatakan
di atas tadi bahwa apa yang telah diputuskan oleh Allah ditetapkan pasti akan
terjadi. Apapun yang Allah tetapkan
berkenaan dengan ciptaan-Nya di dalam dunia bersifat kekal, tidak berubah,
suci, penuh rahmat dan akan terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
oleh-Nya. Dalam hal ini Loraine Boettner mengatakan bahwa, Ia
menetapkan jalan-Nya dalam dan memimpin jalan-Nya sejarah hingga ke detil yang
terkecil. Maka ketetapan-ketetapan-Nya
bersifat kekal, tidak berubah, suci, penuh rahmat dan berdaulat.[10]
Dari
pendapat diatas juga dikemukakan oleh Dj.
Zandbergen, bahwa; menurut keputusan Allah orang menerima dan menolak
Injil. Ia akan menarik dan melepaskan
mereka yang dipilih-Nya dalam kehendak keputusan-Nya. Keputusan Allah adalah sumua yangtelah
diputuskan Allah dan kekal akan terjadi pada waktunya.[11] Dan pendapat ini memberikan pandangan bahwa
itulah ketetapan Allah yang sesungghnya dan yang berdasarkan kedaulatan Allah. Jadi dalam ketetapan Allah apa sebenarnya
yang dimaksudkan? Di sini Louis Berkhof mengemukakan bahwa
ketetapan Allah itu sebagai tujuan kekal Allah sesuai dengan pertimbangan kehendak-Nya,
di mana demi kemuliaan diri-Nya sendiri, Ia telah menetapkan segala sesuatu
yang akan terjadi.[12] Keputusan dan ketetapan Allah itu keduanya
mempunyai tujuan yang kekal yang berdasarkan kedaulatan dan kehendak-Nya,
menetapkan segala sesuatu akan terjadi dan itu semua hanya semata untuk
memuliakan diri-Nya sendiri. Dalam
keputusan itu Allah memutuskan segala sesuatu akan terjadi, juga berdasarkan
kehendak kedaulatan-Nya serta menetapkan itu semuanya untuk hormat dan
kemuliaan nama Tuhan (untuk kemuliaan diri-Nya sendiri).
Dalam
ketetapan Allah ada keputusan-Nya yang berdasarkan kehendak-Nya. Dlaam hal ini, G. I. William mengatakan bahwa ketetapan Allah itu adalah maksud
kekal-Nya yang sesusi keputusan kehendak-Nya, untuk kemuliaan diri-Nya sendiri. Ia telah dari semula menentukan apa yang akan
terjadi.[13]
B. Predestinasi
Allah
Istilah
predestinasi merupakan suatu ketetapan yang menunjukkan tujuan Allah yang berkaitan dengan manusia atau
dengan kata lain takdir Ilahi terhadap umat manusia. Dan juga kata tersebut merupakan salah satu
dari keputusan-keputusan Allah, karena kata tersebut menunjukkan keputusan
Allah dalam memutuskan sebagian orang yang diselamatkan dan sebagian orang lagi
dibiarkan-Nya binasa. Jikalau kita
melhat kata predestinasi mengandung makna bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya,
pengetahuan dan rahmat-Nya yang kekal, telah menetapkan segala sesuatunya akan
terjadi. Apa pun yang Allah putuskan dan
tetapkan pasti akan trejadi sesuai dengan rencana kehendak-Nya. Jadi, apakah yang dimaksud predestinasi itu
sebenarnya?
Johanes Calvin mengatakan bahwa
Predestinasi itu kita namakan keputusan Allah yang kekal yang dengannya Dia
menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi
atas tiap orang. Sebab, tidak semua
orang diciptakan dalam keadaan yang sama, tetapi untu yang satu ditentukan
kehidupan yang kekal, untuk yang lain hukuman yang abadi.[14]
Di
sini jelas bahwa dengan keputusan Allah yang kekal tidak pernah berubah-ubah
Allah telah menentukan orang-orang mana yang hendak diterima dalam keselamatan
itu dan yang dibiarkan-Nya binasa.
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Louis
Berkhof bahwa kata predestinasi mengandung arti pertimangan Allah berkenaan
dengan manusia yang jatuh kedalam dosa termasuk pemilihan yang berdaulat dari
sebagian orang dan penlakan atas sebagian yang lain.[15]
R. C. Soprul mengatakan
bahwa Alkitab dengan jelas mengajarkan tentang predestinasi, Allah menetapkan
untuk memilih dan menyangkal adanya keselamatan yang bersifat universal.[16] Dari pendapat ini dijelaskan bahwa tidak
semua orang dipilih untuk mendapatkan hidup yang kekal atau tidak bersifat
unuversal. Dalam hal ini perlu diingat
bahwa dalam Allah memilih dan tidak, hal ini menunjukkan keadilan Allah
danbukan sebaliknya. Dan jikalau kita
perhatikan bahwa kedatangan Yesus Kristus kedalam dunia ini bukanlah untuk
semua orang, melainkan bagi bagi mereka yang telah dikhususkan oleh Allah. Dari situ jelas bahwa ada yang ditentukan
untuk dipilih dan ada pula yang ditentukan untuk ditolak. Stephen
Tong menjelaskan tentang keinginan Allah yang menginginkan orang
pilihan-Nya bertobat adalah Allah yang juga mengatakan bahwa Allah membiarkan
sebagian orang lainmenjadi keras hati supaya jangan bertobat dab jangan
diselamatkan.[17] Keinginan Allah dalam menginginkan orang
pilihan dan mengeraskan ati orang yang terbuang, itu keputusan Allah yang
berdaulat yang menunjukkan kasih dan kedaulatan-Nya. Hal ini lebig jelas lagi yang ditekakan oleh Yakub Tomatala mengatakan bahwa, predestinasi menunjuk kepada
pemilihan Allah atau seleksi (eleksion)
atas orang-orang yang diselamatkan-Nya; dan dalm predestinasi Allah menetapkan
‘membiarkan’ siapa yang binasa dan ditimpa murka Allah (Probatioan/reprobation), untuk mengalami kebinasaan kekal.[18]
Dalam
predestinasi Allah (eleksi) jelas bahwa rencana-Nya yang kekal, Allah telah
menetapkan akan ada bagi-Nya suatu umat yang memiliki persekutuan kekal dengan
Dia untuk menukmati seluruh perjanjian berkat Allah yang telah dijanjikan bagi
orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Pada sisi lain, predestinasi Allah, Allah pun menunjukkan
kemaha-adila-Nya dan Ke-bijasanaan-Nya yang oleh-Nya Ia menetapkan untuk
membiarkan manusia lain menjalani jalanan yang berdosa, sehingga pada akhirnya
mereka terbukti mereka menjalani hukuman yang kekal. Dalam konteks inilah, terbukti kedaulatan,
keadilan serta kebijaksanaan Allah dalam segala rancangan serta keputusan Allah
yang kekal yang tidak mungkin keliru serta tidak berkesalahan pada segala
aspek.
Dalam
predestinasi itu menunjukkan bahwa Allah adakah berdaulat serta kekal, yang
oleh-Nya dan di dalamnya ada rancangan dan rencana yang kekal bagi umat manusia
dan segala ciptaan tuhan (Mal. 3:6; Rm. 1;20-21; Ul. 33:27 dan Yes. 57:13).
Beretolak
dari hal tersebut di atas Allah menentukan orang yang
telah dipilih-Nya dari sejak dahulu bukan berdasarkan atas perbuatan-perbuatan
baik manuisa dan hal itu bukanlah suatu tolak ukur bagi Allah untuk menentukan
sebagian orang sebagai pilihan-Nya. Akan
tetapi, semuanya itu berdasarkan kasih dan anugerah-Nya yang cuma-cuma. Dengan kata lain, putusan Allah ini tida bersyaratkan pada
tindakan-tindakan atau perbuatan-prbuatan baik manuisa serta menunjukkan keadilan-Nya pada orang-orang
yang tidak dipilih-Nya. Dalam hal ini Edwin Palmer mengatakan bahwa pemilihan
ini merupakan pemilihan yang tidak bersyarat.
Allah tidak pernah mendasarkanpilihan-Nya pada apa yang dipikirkan,
dilakukan manusia atau keberadaan manusia.
Allah tidak mencari sesuatu yang baik pada seseorang.[19] Lebih dipertegas lagi, dalam Pengakuan Iman Gereja Belanda yang
mengatakan bahwa: Allah menarik mereka
dalam putusan-Nya yang kekal dan tidak berubah-ubah telah dipilih-Nya, hanya
karena kebaikan-Nya dan belas kasihan-Nya, dalam Tuhan kita Yesus Kristus
dengan tidak memperhatikan perbuatan-perbuatan mereka. Tetapi, yang lain-lain agar ditinggalkan-Nya
dalam keruskan dan penghukuman itu, agar dalam diri mereka menunjukkan
keadilan-Nya.[20]
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, ada dua bagian sisi dalam predestinasi. Yang pertama, dari sejak semuala Allah telah
menentukan dan menetapkan sebagian orang tertentu menjadi pilihan-Nya
(pemilihan/seleksi). Yang kebua,
disamping Allah menentukan orang-orang pilihan-Nya berdasarkan kehendak dan
rencana, Ia juga menetapkan sebagian orang ditinggalkan-Nya dalam penghhukuman
dan kebinasaan (penolakan/reprobasi). Edwin Palmer mengatakan bahwa
predestinasi terdiri dari dua bagian :
pemiliahn dan penolakan.
Pemilihan adalah bagi mereka yang menuju ke sorga dan penolakan adalah
bagi mereka yang menuju ke neraka.[21]
1. Pemilihan
Kata
pemilihan menunjuk pas suatu tindakan
atau karya Allah yang berdsarkan rahmat-Nya, menarik orang-orang pilihan-Nya
yang telah ditentukan-Nya jauh sebelum dunia dijadikan, dengan tujuan untuk
menyelamatkan teristimewa untuk memuliakan diri-Nya sendiri. Dan itu semuanya sesuai dengan kehendak dan
rencana-Nya. Bruce Milna, menguraikan
bahw apemilihan adalah karya anugerah Allah yang meilih individu-idividu serta
kelompok untuk suatu rencana dan tujuan sesuai dengan kehendak-Nya.[22] Dan juga pemilihan tersebut tidak berdasrkan
pada kondisi dan situasi yang ada pada manusia.
Seperti yang dikatakan oleh Yakub
B. Susabda, Unconditional election-pemilihan Allah yang sama sekali tidak pada kondisi dan kebaikan menusia[23]
Di
dalam Alkitab kita dapat melihat bagaimana Allah memilih dan memanggil Abraham
dengan tujuan untuk menjadikan dia menjadi sebuah bangsa yang besar (Kej.11:
31-12:7). Allah memamnggil pulang bangsa Isrel yang menjadi budak di tanah
Mesir untuk kembali ke negeri yang dijanjikan (kel. 3:6-10). Sehubungan antara Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat (Yes. 42:1-2; 53:10-11) dan sehubungan dengan Yesus Kristus
sebagai sasaran pemilihan yang bersifat khusus (Luk. 9:35; 1 Pet. 2:4-5). Dan masih banyak lagi. Jadi, apa sebenarnya pemilihan itu? Louis
Berkhof mengatakan
bahwa arti pemilihan adalah:
a. Pemilihan atas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah yang
mendapat tugas khusus, Ul. 4:7; 7:6-8; 10:15; Hos. 13;5.
b. Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk tugas atau
jabatan tertentu atau untuk melakukan pelayanan tertentu, seperti Musa, para
imam, para nabi dan para rasul.
c. Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk menjadi
anak-anak Allah dan pewaris dari kemuliaan-Nya.[24]
Ada
banyak arti yang terkandung dalam kata pemilihan, tetapi yang hendak ditekankan
adalah bagaimana Allah memilih umat-Nya yamg khusus yang telah ditentukan dalam
Kristus dari sebelum dunia ijadikan (Ef. 1:4).
Selanjutnya Louis Berkhof mendefinisikan
kata tersebut sebagai tindakan kekal allah di mana Ia dalam kesukaan dalam
kesukaan kedaulatan-Nya tanpa memperhitungkan jas adan kebaikan manuisa memilih
sejumlah orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus dan keselamatan.[25] Hal ini juga sama yang dikemukakan oleh Wilhelmus A. Brakel, mengatakan
bahwa: Election is the foreordination of
God Whereby He eternally, certaninly, and sovereign has decreed to lead some
speific individuals, unto eternal salvation, not because of foreseen faith or
good pleasure, to the glory of His grace.[26] (Pemilihan adalah prapengetahuan Allah, di
mana Allah memiliki keputusan yang kekal, pasti dan tidak berubah untuk
memimpin secaya khusus beberapa individu pada keselamatan yang kekal, bukan
karena iman dan perbuatan-perbuatan baik, melainkan pemberian yang murni oleh
keistimewaan-Nya dan kesukaan kedaulatan, untuk memuliakan kasih karunia-Nya).
Jelas
bahwa pemilihan yang dimaksudkan adalah tindakan kekal Allah yang dengan
kedaulatan-Nya dalam memilih umat-Nya. Sekali lagi tanpa memperhitungkan apa yang
ada pada manuisa. Tindakan Allah itu
nyata dalam diri yesus kristus. Hanya
karena kasih dan anugerah-Nya, kepada orang-orang yang layak untuk dihukum dan
dimurkaikarena dosa. Henry B. Thiessen mengatakan bahwa,
pemilihan itu meruoakan suatu tindakan kasih karunia, karena Allah memilih
orang yang sama sekali tidak layak untuk diselamatkan.[27]
Jikalau
kita perhatikan sebenarnya banyak arti dari kata pemilihan itu, seperti yang
telah dikemukakan di atas. Karena ada
banyak tindakan pemilihan dan sejarah umat Tuhan. Akan tetapi, berhubung dengan pemilihan Tuhan
kepada orang-orang tertentu untuk diselamatkan hanya ada satu pemilihan saja
dan tidak pernah berubah-ubah, yaitu keputusan Allah yang berdaulat memilih dan
menyelamatkan mereka dan memberikan hanya kepada mereka saja kehidupan yang
kekal. Secara jelas C. J. Haak mengatakan bahwa:
Pemilihan oleh Allah berarti suatu keputusan Allah yang tak berubah-ubah
untuk memilih, oleh sebab kerelaan kehendak-Nya yang bebas san berdaulat dan
karena kasih anadi-Nya, sebelum dunia dijadikan sejumlah orang tertentu, yang
dalam kristus sebagai gereja-Nya, yang sama berdosa dengan orang-orang yang tak
terpilih, dari seluruh kaum manusia, agar mereka itu beroleh keselamatan yang
kekal.[28] Maksud dan tujuan dalam tindakan Allah ini,
tidak lain hanua untuk keselamatan orang pilihan dan teristimewa hanya untuk
hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya.
Allah memilih orang-orang yang telah ditentukan-Nya dari sejak semula
dalam diri Yesus kristus dan hanya menunjukkan satu jumlah yang terbatas. Dalam hal ini
Louis Berkhof mengatakan bahwa, Alkitab berulangkali menyebut yang
kepadanya Kristus memberikan hidup-Nya dengan satu cara untuk menunjukkan satu
jumlah tertentu yang terbatas. Bagi
mereka uia menerita dan mati dan mereka disebut oleh Kristus sebagai
“domba-domba-Nya”, Yoh. 10:11, 15, “Gereja-Nya”, Kis. 20:28; Ef. 5:25-27,
“Umat-Nya”, Mat. 1:21, dan (Orang Pilihan), Rm. 8:32-35.[29]
Kristus
adalah Juruselamat bagi orang percya kepada-Nya. Dia datang dan mengosongkan diri-Nya serta
mengambil rupa sebagai seorang hamba hanya untuk menyelamatkan manusia dari
dosa. Yang percaya kepada-Nya akan
diselamatkan dan yang tidak percaya akan binasa karena kedegilan dan kekerasan
hati-Nya.
Dengan
anugreah-Nya Allah menarik umat kepunyaan-Nya, yang telah ditentukan-Nya dari
kekal sampai kekal. Dalam anugerah-Nya
Allah menginsafkan kita, supaya kita menyadari akan kemalangan hidup kita yang
penuh dengan dosa, yang sebenarnya pantas untuk dimuerkai oleh Allah. Oleh sebab itu, dengan hati yang percaya, dan
penuh pengharapan di dalam Yesus Kristus merendahkan diri dihadapan Allah,
karena kita tidak berhak sedikit pun memegahkan diri dihadapan Allah.
Duane Edward Spenser mengatakan, The Calvinist insist that salvation is based on
the free will of God, and since god is omnipotent, His grace cannot be
resisted.[30] (Calvinis dengan tegas mengatakan bahwa
keselamatan berdsarkan kehendak bebas Allah, karena Allah itu Mahakuasa,
anugrah-Nya tidak dapat ditolak). Dalam
hal ini, seorang calvin menegaskan bahwa keselamatan yang diperoleh oleh
manuisa itu, sepenuhnya hanya rahmat allah yang berdasarkan kehendak-Nya sendiri. Dan juga orang dipilih oleh Allah tidak dapat menolak hal itu. Dari pendapat ini sama juga yang dikemukakan
oleh Dieter Becker yang mengatakan
bahwa keselamatan terjadi hanya oleh anugerah, tetapi bukanlah tanpa manuisa.[31]
2. Penolakan
Penolakan
sama seperti kata pemilihan, kata penolakan juga menunjukkan tindakan Allah
dalam keputusan-Nya untuk tidak memilih sebagian orang tertentu atau membiarkan
mereka dalam keadaan dosa, yang hasilnya mereka akan mendapat penghukuman yang
kekal. Supaya nyata dan terbukti
keadilan Allah dalam diri mereka yang tidak menerima kayra keselamatan yang ada
dalam diri Yesus Kristus. Dalam hal
penolakan Allah, telah nyata dalam Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah mengasihi
Yakub dan membenci Esau. Hal itu sudah
ada dalam keputusan Allah sejak dari semula, dari kekal dan manusia tidak
pernah tahu akan hal itu, karena Allah memang tidak menyatakan keputusan-Nya
kepada manusia. Allah sudah menetapkan
bahwa yang tua akan melayani yang muda.
Pada sisi lain kita juga melihat bahwa meskipun Rut dan Orpa mendapat
pemberitaan Injil yang ama dari naomi, namun Allah meilih Rut dan membiarka
Orpa utuk kembali pada bangsanya yang berhala.
Wilhelmus mengatakan bahwa: We define refrobation to be the
predestination of some specific, individuals, idenfied by name, uot of
sovereign good pleasure to the menifrstation of God’s justice in them by
punishing them for them for their sains.[32] (kita mendefinisikan penolakan sebagai
predestinasi pada bebrapa individu, ditetapkan oleh nama, karena kesukaan
kedaulatan-Nya, untuk mwnytakan kedaulatan Allah dalam diri mereka
denganmenghukum mereka karena dosa-dosa mereka).
Keputusan
penolakan allah itu, sedah ditetapkan Allah dari sejak semula jauh sebelum
dunia dijadikan, dan Allah memilih sebagian orang-orang tertentu.
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam keputusan predestinasi ada dua
sisi penting, yaitu pemilihan dan penolakan.
Dlam menjelaskan kedua kata ini sering disebut dengan sisi fositif dan
negatif. Sisi fositif menunjukkan
pemiliihan Allah. Dalam hal ini R. L. Dabney mengatakan bahwa if the
negative part of decree predestination the must be spoken of as a decree of
refrobation.[33]
(Jika memandng sisi negatif dari predestinas itu, maka yang dibicarakan adalah
keputusan penolakan Allah). Negatif
memang suatu hal yang buruk dalam kenyatannya, dan itulah yang harus dijalano
oleh orang yang mengeraskan hatinya untuk tidak percaya kepada Allah. Allah bertindak dalam semuanya itu untuk
menyatakan kemuliaan diri-Nya dalam umat yang terbuang.
DAFTAR PUSTAKA
Ames, William. The Marrow of Theology, Tranlate from latin with an introduction by john Dykstra Eusden.
Becker, Dieter. Pedoman Dogmatika, Suatu
Kompedium Singkat, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2000.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1, Doktrin
Kristus, Pen: Yudha Thianto, Cet-1, LRII, Jakarta,
1996.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1; Doktirn
Allah, Pen: Yudha Thianto, Cet-6, Momentum (LRII),
Surabaya, 2004.
Boettner, Loraine. Reformed Faith, Pen: Hendry Ongko Widjojo, Cet-1, Surabaya, Momentum, 2000.
Bois, James P. Abstract of Systematic, Rerinted by the
Dulk Christian Foundation, Handford, 1887.
Brakel,
Wilhelmus A. The Christian’s Reasonable
Servis, Vol. 1, Traslated by Bartel Elshout, second Printing, Roterdam, D,
Bolle the Neherland, 1992.
Brakel, Wilhelmus A. The Cristian’s
Reasonable Service, Vol.1, Translated
by Bartel Elshout, Second Printing,
Roterdam, D. Bolle The Nederland, 1992.
Brill,
J. W. Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam
Kudus, Bandung.
Calvin, Johanes. Institutio; Pengajaran Agama
Kristen, Pen: Th. Van den End dkk, Cet-4, Gunung Mulia,
Jakarta, 2003.
Dabney, R. L. Sistematic Theology, First banner of
Truth Editon, USA, The banner of Truth Trust, 1993.
Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2000.
Erikson,
Millard J. Teologi Kristen, vol. 1,
Cet-1, Malang, Gandum Mas, 1999.
G. I. Katekismus Singkat Westminster, Pen: The Boen Giok, Cet-1, Momentum, Surabaya, 1999.
Haak,
C. J. Dogmatika Reformasi; Pemilihan, Cet-3,
1988.
Hodge, A. A. Outlines Theology, The First Published by the Barner of Truth
Trust, Reprinted, 1991.
Hodge, Charles. Systematic Theology, Vol. 1, USA, wm. B. Eedmans Pubblising Company Grand Rapids, 1997.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pembinaan Pengembangan Bahasa, Ed-2,
Cet-19, Balai Pustaka, Jakarta, 1992.
Kersten,
Rev. G. H. Reformed Dogmatics, Vol.
1, Second Printing, USA.
Lloyn-Jones, Martyn. God the father God the Son, Firt
Printing, USA, 1996.
Milna, Bruce. Mengenal Kebenaran; Panduan
Iman Kristen, Pen: Connie Item-Corputty, cet-3, Gunung
Mulia, Jakarta.
Palmer,
Edwin. Lima Pokok Calvinisme, Pn: Elsye, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996.
Soprul, R. C. Dasar Iman Kristen, Pen: Rahmiati
Tanudjaja, Cet-4, Departemen Literatur SAAT, 2002.
Spenser, Duane
Edward. TULIP; the Five Points of
Calvinis in the Ligth of Scriptura, Cet-18, USA, 1998.
Susabda, Yakub B. Pengantar ke dalam Teologi Reformed, et-2, Momentum (LRII),
Surabaya, 2001.
Thiessen,
Henry B. Teologi Sistematika, Cet-4,
Gunung Mulia, jakarta, 1997.
Tomatala, Yakub. Yesus Kristus Juruselamat
Duia; Satu-satunya Jawaban Atas Masalah, Cet-1, YT
Leadership Foundation, Jakarta, 2004.
Tong, Stephen. Siapakah Kristus?; Sifat dan
Karya Kristus, Cet-1, LRII, Jakarta, 1992.
Zandbergen,
Dj. Pengakuan Iman Reformasi, Jayapura,
Yapelin, 1982.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim
Penyusun Kamus Pembinaan Pengembangan Bahasa,
Ed-2, Cet-19, Balai Pustaka, Jakarta, 1992, h . 804.
[2] A. A.
Hodge, Outlines Theology, The First
Published by the Barner of Truth Trust, Reprinted, 1991, page. 200.
[4] James
P. Bois, Abstract of Systematic, Rerinted
by the Dulk Christian Foundation, Handford, 1887, page. 115.
[5] Charles
Hodge, Systematic Theology, Vol. 1,
USA, wm. B. Eedmans Pubblising Company Grand Rapids, 1997, page. 535.
[8] William
Ames, The Marrow of Theology, Tranlate
from latin with an introduction by john Dykstra Eusden, h . 100.
[9] Rev. G.
H. Kersten, Reformed Dogmatics, Vol.
1, Second Printing, USA, Page. 106.
[10] Loraine
Boettner, Reformed Faith, Pen: Hendry
Ongko Widjojo, Cet-1, Surabaya, Momentum, 2000, h . 11.
[12] Louis
Berkhof, Teologi Sistematika 1; Doktirn
Allah, Pen: Yudha Thianto, Cet-6, Momentum (LRII), Surabaya, 2004, h . 183.
[13] G. I. Katekismus Singkat Westminster, Pen: The
Boen Giok, Cet-1, Momentum, Surabaya, 1999, h . 39.
[14] Johanes
Calvin, Institutio; Pengajaran Agama Kristen,
Pen: Th. Van den End dkk, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2003, hlm. 195.
[15] Louis
Berkhof, Teologi Sistematika 1; Op. Cit,
hlm.197.
[16] R. C.
Soprul, Dasar Iman Kristen, Pen:
Rahmiati Tanudjaja, Cet-4, Departemen Literatur SAAT, 2002, hlm. 219.
[18] Yakub
Tomatala, Yesus Kristus Juruselamat Duia;
Satu-satunya Jawaban Atas Masalah, Cet-1, YT Leadership Foundation,
Jakarta, 2004, h . 135.
[22] Bruce
Milna, Mengenal Kebenaran; Panduan Iman
Kristen, Pen: Connie Item-Corputty, cet-3, Gunung Mulia, Jakarta, h . 254.
[23] Yakub B. Susabda, Pengantar ke dalam Teologi Reformed, et-2, Momentum (LRII),
Surabaya, 2001, h . 5.
[25] Ibid
[26]
Wilhelmus A. Brakel, The Christian’s
Reasonable Servis, Vol. 1, Traslated by Bartel Elshout, second Printing,
Roterdam, D, Bolle the Neherland, 1992, page. 214.
[29] Louis
Berkhof, Teologi Sistematika 1, Doktrin
Kristus, Pen: Yudha Thianto, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996, h . 211.
[30] Duane
Edward Spenser, TULIP; the Five Points of
Calvinis in the Ligth of Scriptura, Cet-18, USA, 1998, h . 44.
[31] Dieter
Becker, Pedoman Dogmatika, Suatu
Kompedium Singkat, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2000, h . 148.
[32] Wilhelmus A. Brakel, The
Cristian’s Reasonable Service, Vol.1,
Translated by Bartel Elshout, Second
Printing, Roterdam, D. Bolle The Nederland, 1992, page 220.
[33] R. L.
Dabney, Sistematic Theology, First
banner of Truth Editon, USA, The banner of Truth Trust, page, 239.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar