aMSaL

BaGi DuNia KiTa HaNYaLaH SeSeoRaNG, BaGi SeSeoRaNG KiTaLaH DuNiaNYa

Selasa, 13 November 2012

Dogmatika tentang keputusan Allah


A.       Keputusan Allah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa keputusan adalah suatu hal yang berkaitan dengan segala putusan yang telah ditetapkan (sudah dipertimbangkan, dipikirkan dsb); ketetapan; sikap terakhir (langkah yang harus dijalankan).[1]  Dari pendapat ini, menunjukkan bahwa keputusan merupakan suatu hal yang telah diputuskan dengan penuh pertimbangan dan ditetapkan, dan yang harus dijalankan.
Dalam membahas mengenai keputusan Allah yang menjadi pokok atau yang telah ditekankan adalah bagaimana Allah itu menetapkan suatu putusan menjadi suatu putusan yang menjadi suatu keputusan yang penuh dengan pertimbangan tentang apa yang telah dikehendaki Allah atau yang telah direncanakan-Nya dalam melaksanakan keputusan tersebut.  Allah dalam mengambil keputusan itu adalah kekal dan keputusan yang telah ditetapkan tidak akan pernah berubah, hal ini juga menandakan bahwa Allah itu tidak pernah berubah.  Seperti yang dikatakan  A. A. Hodge:
The decree og God is His eternal, Unchangeable, holy, wise and soveregn purpose, comprehending at once all thing that ever where or will be in their causes, conditions, successions, and relation, and determining their certain futurition.[2] (Keputusan Allah adalah kekekalan-Nya, tidak dapat dibantah, suci, bijakasana dan maksud yang berdaulat, memahami segala sesuatau bahwa pada saat atau kehendak dalam masalah mereka, kondisi, penggantian dan hubungan-hubungan dan ditentukan pasti akan terjadi).
Keputusan Allah yang berdaulat dan kekal pastilah akan terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya.  Sehubungan dengan itu,  J. Erikson juga mengatakan bahwa rencana Allah sebagai keputusan kekal-Nya yang membuat pasti segala sesuatu akan terjadi.[3]  Allah telah mengetahui segala sesuatu yang ada pada manusia baik situasi dan  kondisi manusia serta semua yang ada pada manusia diketahui oleh Allah, bahkan tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dihadapan Allah, hal ini juga menandakan akan kemahatahuan Allah.  Sama seperti yang dikatakan  James P. Bois, yaitu The decree of God may be difined as that just, and holy porpuse or plan by which eternal, and whitin Himself He determines all thing Wharsoever that come to pass.[4]  (keputusan Allah dapat didefinisikan sebagai tujuan kudus atau rencana dari kekekalan dan di dalam diri-Nya sendiri menetapkan segala sesuatu yang terjadi).  Dari pendapat ini lebih ditegaskan lagi oleh Charles Hodge bahwa The decrees of God are His eternal porpuse, acording of His will, mhere by for His own glory, he hath forerdained what soever come to pass.[5] (keputusan-keputusan Allah adalah maksud kekal-Nya, sesuai dengan keputusan kehendak-Nya, yang mana untuk kemuliaan diri-Nya, Dia memutuskan akan terjadi). 
Tak dapat dipungkiri bahwa Keputusan Allah itu kekal dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebelum dunia diciptakan, ini hanya untuk kemuliaan diri-Nya sendiri sesuai dengan rencana kehendak-Nya yang berdaulat.  J. W. Brill berpendapat bahwa sejak permulaan dunia ini, karena kemahatahuan-Nya, Allah telah memilih orang-orang yang akan bertobat dan percaya kepada-Nya.[6]  Dari pendapat ini telah jelas bahwa Tuhan sejak semula memilih umat kepunyaan-Nya.  Dari pendapat ini lebih jelas lagi yang dikemukakan oleh Gharles Hodge bahwa:  The decree of God is the act of an infinite, absolute, eternal, unchangeable, and soverign person, comprehending a plen including all His work of all kinds, great and small, from the beginning of creation to an unending eternity.  (keputusan Allah merupakan sebuah tindakan yang tidak terbatas, mutlak, kekal, tidak dapat dibantah dan berdaulat, memahami sebuah rencana termasuk semua pekerjaan dari kebaikan hati-Nya, besar dan kecil, dari permulaan penciptaan sampai pada kekekalan). 
Segala sesuatu yang terjadi dalam dunia semua berdasarkan apa yang diputuskan oleh Allah sesuai dengan keputusan dan kehendak-Nya.  Allah tidak bergantung kepada apa dan siapa pun juga dan Allah berdaulat, hal ini berarti bahwa keputusan Allah juga tidak bergantung dan berdaulat.  Sama seperti yang  dikemukakan oleh Martyn Lloyn-Jones bahwa all the decree of God are uncconditional and sovereign.[7]  Tidak membutuhkan nasehat dan arahan dalam keputusan (Yes. 40:12-26).  Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya telah dilakukan dan tidak ada sesuatu apapun yang dapat menggagalkan rencana-Nya.  Keputusan yang ada dalam diri Allah adalah dari Allah tritunggal.  Mengapa ?  Oleh karena, segala sesuatu yang trejadi ada dalam rencana dan kehendak dari Allah Tritunggal.  Misalnya, dalam kej. 1:26 menunjukkan suatu keputusan Allah Tritunggal dalam menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupa Allah.  Walaupun dalam karya penciptaan adalah pekerjaan Allah Bapa, tetapi bukan berarti bahwa Allah anak dan Allah Roh Kudus terlepas dalam hal itu, dan begitu juga dengan sebaliknya.  Keputusan Allah Tritunggal sudah ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.  Hal ini juga menandakan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan keputusan-Nya.  Dalam diri Allah Bapa, Allah Anak dan Alah Roh Kudus tidak bergantung kepada siapa pun dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebab Allah adalah Allah yang hidup.  keputusan Allah adalah kehendak-Nya yang berkenan kepada-Nya. Apa yang telah diputuskan oleh Allah pada masa lalu, tidak berbeda dengan keputusan sekarang dan keputusan-Nya yang akan datang dikemudian hari.
Allah dalam melaksanakan keputusan-Nya itu semua berdasarkan kasih dan anugerah, dan kehendak-Nya. William Ames berpendapat bahwa The decree of God is firm decision by which He performs all things trhoungh His almighty power according to His counsel.  Eph. 1:11, He does all things out of the counsel of His own will.[8]   (keputusan Allah merupakan putusan-Nya yang teguh, yang mana Ia melaksanakan semuanya itu melalui kemahakuasaan-Nya sesuai dengan keputusan atau rencana-Nya.  Ef. 1:11, Dia melaksanakan semuanya itu menurut keputusan kehendak-Nya). 
Putusan Allah tidak dapat diselidiki oleh pikiran-pikiran manusia.  Keputusan Allah tidak pernah dinyatakan kepada manusia, sehingga manusia tidak mungkin siapa yang telah dipilih dan ditolak oleh Allah.  Perintah Allah diberikan kepada manusia untuk ditaati dan dilaksanakan dengan penuh takut akan Tuhan.  Dalam diri Allah ada hikmat yang sempurna dan dengan kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui segala sesuatu.  Contohnya Allah dalam mempredestinasi umat manusia untuk kehidupan yang kekal, telah ditentukan oleh Allah sejak semula, sejak segala sesuatu belum diciptakan (Ef. 1:4), sesuai dengan maksud-Nya yang kekal itu (ketetapan) dan tak berubah-ubah, dan menurut rencana serta perkenaan kehendak-Nya memilih mereka yang telah dikhususkan dalam Kristus untuk mendapatkan hidup yang kekal. 
Allah adalah Allah yang tidak terbatas dan manusia adalah ciptaan yang terbatas. Manusia tidak dapat mengetahui atau menyelami rencana Allah dalam keputusan-Nya, olrh karena menusia telah dibutahan dalam dosa.  Dan bagaimana mungkin yang terbatas dapat mengetahui apa yang direncanakan, dikehendaki oleh atau yang diputuskan oleh Yang Tidak Terbatas.  Dalam hal juga maka rasul Paulus menyeruhkan keapda jemaat di Roma “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah.  Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.  Dalam ayat ini Rasul Paulus menekankan bahwa Allah yang meberikan keputusan-Nya itu adalah Allah yang Mahatinggi, Mahahikmat, sehingga dalam semuanya itu sesungguhnya menusia tidak dapat memahami-Nya dalam segala rancangan-Nya, hikmat-Nya,pengetahuan-Nya dan dalam keputusan-keputusan-Nya.
Allah menyatakan dan menetapkan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan-Nya itu dalam penciptaan, providensi, predestinasi dan keselamatan  umat-Nya.  Apa yang allah telah putuskan itu ditetapkan dan pasti terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.  Keputusan yang telah ditetapkan itu, itu merupakan keputusan Allah yang pasti akan terjadi dan tidak akan pernah berubah.  Keputusan Allah berkenaan dengan manusia di dalam Kristus, malaikat-malaikat dan orang-orang dpredestinasi oleh Allah bahkan iblis dan seluruh pengikutnya dari semula telah ditetapkan oleh-Nya.  Itu semua ada dalam putusan Allah dan juga keputusa npemilihan dan penolakan termasuk di dalamnya.  Rev. G. H. Kersten, mengatakan bahwa, The counsel of God concerns Christ and His people, angels, and man, elect and reprobate.[9]  (Keputusan Allah berkenaan dengan Kristus dan orang-Nya, malaikat dan manusia, pemilihan dan penolakan). 
Keputusan dan ketetapan Allah salingberkaitan erat dan tidak dapat untuk dipisahkan.  Sebab, telah dikatakan di atas tadi bahwa apa yang telah diputuskan oleh Allah ditetapkan pasti akan terjadi.  Apapun yang Allah tetapkan berkenaan dengan ciptaan-Nya di dalam dunia bersifat kekal, tidak berubah, suci, penuh rahmat dan akan terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.  Dalam hal ini Loraine Boettner mengatakan bahwa, Ia menetapkan jalan-Nya dalam dan memimpin jalan-Nya sejarah hingga ke detil yang terkecil.  Maka ketetapan-ketetapan-Nya bersifat kekal, tidak berubah, suci, penuh rahmat dan berdaulat.[10]
Dari pendapat diatas juga dikemukakan oleh Dj. Zandbergen, bahwa; menurut keputusan Allah orang menerima dan menolak Injil.  Ia akan menarik dan melepaskan mereka yang dipilih-Nya dalam kehendak keputusan-Nya.  Keputusan Allah adalah sumua yangtelah diputuskan Allah dan kekal akan terjadi pada waktunya.[11]  Dan pendapat ini memberikan pandangan bahwa itulah ketetapan Allah yang sesungghnya dan yang berdasarkan kedaulatan Allah.   Jadi dalam ketetapan Allah apa sebenarnya yang dimaksudkan?  Di sini Louis Berkhof mengemukakan bahwa ketetapan Allah itu sebagai tujuan kekal Allah sesuai dengan pertimbangan kehendak-Nya, di mana demi kemuliaan diri-Nya sendiri, Ia telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi.[12]  Keputusan dan ketetapan Allah itu keduanya mempunyai tujuan yang kekal yang berdasarkan kedaulatan dan kehendak-Nya, menetapkan segala sesuatu akan terjadi dan itu semua hanya semata untuk memuliakan diri-Nya sendiri.  Dalam keputusan itu Allah memutuskan segala sesuatu akan terjadi, juga berdasarkan kehendak kedaulatan-Nya serta menetapkan itu semuanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan (untuk kemuliaan diri-Nya sendiri).
Dalam ketetapan Allah ada keputusan-Nya yang berdasarkan kehendak-Nya.  Dlaam hal ini, G. I. William mengatakan bahwa ketetapan Allah itu adalah maksud kekal-Nya yang sesusi keputusan kehendak-Nya, untuk kemuliaan diri-Nya sendiri.  Ia telah dari semula menentukan apa yang akan terjadi.[13] 
B.       Predestinasi Allah
Istilah predestinasi merupakan suatu ketetapan yang menunjukkan tujuan Allah yang berkaitan dengan manusia atau dengan kata lain takdir Ilahi terhadap umat manusia.  Dan juga kata tersebut merupakan salah satu dari keputusan-keputusan Allah, karena kata tersebut menunjukkan keputusan Allah dalam memutuskan sebagian orang yang diselamatkan dan sebagian orang lagi dibiarkan-Nya binasa.  Jikalau kita melhat kata predestinasi mengandung makna bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya, pengetahuan dan rahmat-Nya yang kekal, telah menetapkan segala sesuatunya akan terjadi.  Apa pun yang Allah putuskan dan tetapkan pasti akan trejadi sesuai dengan rencana kehendak-Nya. Jadi,  apakah yang dimaksud predestinasi itu sebenarnya?
Johanes Calvin mengatakan bahwa Predestinasi itu kita namakan keputusan Allah yang kekal yang dengannya Dia menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi atas tiap orang.  Sebab, tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama, tetapi untu yang satu ditentukan kehidupan yang kekal, untuk yang lain hukuman yang abadi.[14]
Di sini jelas bahwa dengan keputusan Allah yang kekal tidak pernah berubah-ubah Allah telah menentukan orang-orang mana yang hendak diterima dalam keselamatan itu dan yang dibiarkan-Nya binasa.  Pendapat ini juga dikemukakan oleh Louis Berkhof bahwa kata predestinasi mengandung arti pertimangan Allah berkenaan dengan manusia yang jatuh kedalam dosa termasuk pemilihan yang berdaulat dari sebagian orang dan penlakan atas sebagian yang lain.[15]
R. C. Soprul mengatakan bahwa Alkitab dengan jelas mengajarkan tentang predestinasi, Allah menetapkan untuk memilih dan menyangkal adanya keselamatan yang bersifat universal.[16]  Dari pendapat ini dijelaskan bahwa tidak semua orang dipilih untuk mendapatkan hidup yang kekal atau tidak bersifat unuversal.  Dalam hal ini perlu diingat bahwa dalam Allah memilih dan tidak, hal ini menunjukkan keadilan Allah danbukan sebaliknya.  Dan jikalau kita perhatikan bahwa kedatangan Yesus Kristus kedalam dunia ini bukanlah untuk semua orang, melainkan bagi bagi mereka yang telah dikhususkan oleh Allah.  Dari situ jelas bahwa ada yang ditentukan untuk dipilih dan ada pula yang ditentukan untuk ditolak.  Stephen Tong menjelaskan tentang keinginan Allah yang menginginkan orang pilihan-Nya bertobat adalah Allah yang juga mengatakan bahwa Allah membiarkan sebagian orang lainmenjadi keras hati supaya jangan bertobat dab jangan diselamatkan.[17]  Keinginan Allah dalam menginginkan orang pilihan dan mengeraskan ati orang yang terbuang, itu keputusan Allah yang berdaulat yang menunjukkan kasih dan kedaulatan-Nya.  Hal ini lebig jelas lagi yang ditekakan oleh Yakub Tomatala mengatakan bahwa, predestinasi menunjuk kepada pemilihan Allah atau seleksi (eleksion) atas orang-orang yang diselamatkan-Nya; dan dalm predestinasi Allah menetapkan ‘membiarkan’ siapa yang binasa dan ditimpa murka Allah (Probatioan/reprobation), untuk mengalami kebinasaan kekal.[18] 
Dalam predestinasi Allah (eleksi) jelas bahwa rencana-Nya yang kekal, Allah telah menetapkan akan ada bagi-Nya suatu umat yang memiliki persekutuan kekal dengan Dia untuk menukmati seluruh perjanjian berkat Allah yang telah dijanjikan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya.  Pada sisi lain, predestinasi Allah, Allah pun menunjukkan kemaha-adila-Nya dan Ke-bijasanaan-Nya yang oleh-Nya Ia menetapkan untuk membiarkan manusia lain menjalani jalanan yang berdosa, sehingga pada akhirnya mereka terbukti mereka menjalani hukuman yang kekal.  Dalam konteks inilah, terbukti kedaulatan, keadilan serta kebijaksanaan Allah dalam segala rancangan serta keputusan Allah yang kekal yang tidak mungkin keliru serta tidak berkesalahan pada segala aspek.
Dalam predestinasi itu menunjukkan bahwa Allah adakah berdaulat serta kekal, yang oleh-Nya dan di dalamnya ada rancangan dan rencana yang kekal bagi umat manusia dan segala ciptaan tuhan (Mal. 3:6; Rm. 1;20-21; Ul. 33:27 dan Yes. 57:13).
Beretolak dari hal tersebut di atas Allah menentukan orang yang telah dipilih-Nya dari sejak dahulu bukan berdasarkan atas perbuatan-perbuatan baik manuisa dan hal itu bukanlah suatu tolak ukur bagi Allah untuk menentukan sebagian orang sebagai pilihan-Nya.  Akan tetapi, semuanya itu berdasarkan kasih dan anugerah-Nya yang cuma-cuma.  Dengan kata lain, putusan Allah ini tida bersyaratkan pada tindakan-tindakan atau perbuatan-prbuatan baik manuisa serta menunjukkan keadilan-Nya pada orang-orang yang tidak dipilih-Nya.  Dalam hal ini Edwin Palmer mengatakan bahwa pemilihan ini merupakan pemilihan yang tidak bersyarat.  Allah tidak pernah mendasarkanpilihan-Nya pada apa yang dipikirkan, dilakukan manusia atau keberadaan manusia.  Allah tidak mencari sesuatu yang baik pada seseorang.[19]  Lebih dipertegas lagi, dalam Pengakuan Iman Gereja Belanda yang mengatakan bahwa:  Allah menarik mereka dalam putusan-Nya yang kekal dan tidak berubah-ubah telah dipilih-Nya, hanya karena kebaikan-Nya dan belas kasihan-Nya, dalam Tuhan kita Yesus Kristus dengan tidak memperhatikan perbuatan-perbuatan mereka.  Tetapi, yang lain-lain agar ditinggalkan-Nya dalam keruskan dan penghukuman itu, agar dalam diri mereka menunjukkan keadilan-Nya.[20]   
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, ada dua bagian sisi dalam predestinasi.  Yang pertama, dari sejak semuala Allah telah menentukan dan menetapkan sebagian orang tertentu menjadi pilihan-Nya (pemilihan/seleksi).  Yang kebua, disamping Allah menentukan orang-orang pilihan-Nya berdasarkan kehendak dan rencana, Ia juga menetapkan sebagian orang ditinggalkan-Nya dalam penghhukuman dan kebinasaan (penolakan/reprobasi).  Edwin Palmer mengatakan bahwa predestinasi terdiri dari dua bagian :  pemiliahn dan penolakan.  Pemilihan adalah bagi mereka yang menuju ke sorga dan penolakan adalah bagi mereka yang menuju ke neraka.[21]
1.       Pemilihan
Kata pemilihan  menunjuk pas suatu tindakan atau karya Allah yang berdsarkan rahmat-Nya, menarik orang-orang pilihan-Nya yang telah ditentukan-Nya jauh sebelum dunia dijadikan, dengan tujuan untuk menyelamatkan teristimewa untuk memuliakan diri-Nya sendiri.  Dan itu semuanya sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.  Bruce Milna,  menguraikan bahw apemilihan adalah karya anugerah Allah yang meilih individu-idividu serta kelompok untuk suatu rencana dan tujuan sesuai dengan kehendak-Nya.[22]  Dan juga pemilihan tersebut tidak berdasrkan pada kondisi dan situasi yang ada pada manusia.  Seperti yang dikatakan oleh Yakub B. Susabda, Unconditional election-pemilihan Allah yang sama sekali tidak pada kondisi dan kebaikan menusia[23]  
Di dalam Alkitab kita dapat melihat bagaimana Allah memilih dan memanggil Abraham dengan tujuan untuk menjadikan dia menjadi sebuah bangsa yang besar (Kej.11: 31-12:7). Allah memamnggil pulang bangsa Isrel yang menjadi budak di tanah Mesir untuk kembali ke negeri yang dijanjikan (kel. 3:6-10).  Sehubungan antara Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yes. 42:1-2; 53:10-11) dan sehubungan dengan Yesus Kristus sebagai sasaran pemilihan yang bersifat khusus (Luk. 9:35; 1 Pet. 2:4-5).  Dan masih banyak lagi.  Jadi, apa sebenarnya pemilihan itu?  Louis Berkhof mengatakan bahwa arti pemilihan adalah:
a.         Pemilihan atas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah yang mendapat tugas khusus, Ul. 4:7; 7:6-8; 10:15; Hos. 13;5.
b.        Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk tugas atau jabatan tertentu atau untuk melakukan pelayanan tertentu, seperti Musa, para imam, para nabi dan para rasul.
c.         Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk menjadi anak-anak Allah dan pewaris dari kemuliaan-Nya.[24]
Ada banyak arti yang terkandung dalam kata pemilihan, tetapi yang hendak ditekankan adalah bagaimana Allah memilih umat-Nya yamg khusus yang telah ditentukan dalam Kristus dari sebelum dunia ijadikan (Ef. 1:4).  Selanjutnya Louis Berkhof mendefinisikan kata tersebut sebagai tindakan kekal allah di mana Ia dalam kesukaan dalam kesukaan kedaulatan-Nya tanpa memperhitungkan jas adan kebaikan manuisa memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus dan keselamatan.[25]  Hal ini juga sama yang dikemukakan oleh Wilhelmus A. Brakel, mengatakan bahwa:  Election is the foreordination of God Whereby He eternally, certaninly, and sovereign has decreed to lead some speific individuals, unto eternal salvation, not because of foreseen faith or good pleasure, to the glory of His grace.[26]  (Pemilihan adalah prapengetahuan Allah, di mana Allah memiliki keputusan yang kekal, pasti dan tidak berubah untuk memimpin secaya khusus beberapa individu pada keselamatan yang kekal, bukan karena iman dan perbuatan-perbuatan baik, melainkan pemberian yang murni oleh keistimewaan-Nya dan kesukaan kedaulatan, untuk memuliakan kasih karunia-Nya).
Jelas bahwa pemilihan yang dimaksudkan adalah tindakan kekal Allah yang dengan kedaulatan-Nya dalam memilih umat-Nya.  Sekali lagi tanpa memperhitungkan apa yang ada pada manuisa.  Tindakan Allah itu nyata dalam diri yesus kristus.  Hanya karena kasih dan anugerah-Nya, kepada orang-orang yang layak untuk dihukum dan dimurkaikarena dosa.  Henry B. Thiessen mengatakan bahwa, pemilihan itu meruoakan suatu tindakan kasih karunia, karena Allah memilih orang yang sama sekali tidak layak untuk diselamatkan.[27] 
Jikalau kita perhatikan sebenarnya banyak arti dari kata pemilihan itu, seperti yang telah dikemukakan di atas.  Karena ada banyak tindakan pemilihan dan sejarah umat Tuhan.  Akan tetapi, berhubung dengan pemilihan Tuhan kepada orang-orang tertentu untuk diselamatkan hanya ada satu pemilihan saja dan tidak pernah berubah-ubah, yaitu keputusan Allah yang berdaulat memilih dan menyelamatkan mereka dan memberikan hanya kepada mereka saja kehidupan yang kekal.  Secara jelas C. J. Haak mengatakan bahwa:  Pemilihan oleh Allah berarti suatu keputusan Allah yang tak berubah-ubah untuk memilih, oleh sebab kerelaan kehendak-Nya yang bebas san berdaulat dan karena kasih anadi-Nya, sebelum dunia dijadikan sejumlah orang tertentu, yang dalam kristus sebagai gereja-Nya, yang sama berdosa dengan orang-orang yang tak terpilih, dari seluruh kaum manusia, agar mereka itu beroleh keselamatan yang kekal.[28]  Maksud dan tujuan dalam tindakan Allah ini, tidak lain hanua untuk keselamatan orang pilihan dan teristimewa hanya untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya.  Allah memilih orang-orang yang telah ditentukan-Nya dari sejak semula dalam diri Yesus kristus dan hanya menunjukkan satu jumlah yang terbatas.  Dalam hal ini
Louis Berkhof mengatakan bahwa, Alkitab berulangkali menyebut yang kepadanya Kristus memberikan hidup-Nya dengan satu cara untuk menunjukkan satu jumlah tertentu yang terbatas.  Bagi mereka uia menerita dan mati dan mereka disebut oleh Kristus sebagai “domba-domba-Nya”, Yoh. 10:11, 15, “Gereja-Nya”, Kis. 20:28; Ef. 5:25-27, “Umat-Nya”, Mat. 1:21, dan (Orang Pilihan), Rm. 8:32-35.[29] 
Kristus adalah Juruselamat bagi orang percya kepada-Nya.  Dia datang dan mengosongkan diri-Nya serta mengambil rupa sebagai seorang hamba hanya untuk menyelamatkan manusia dari dosa.  Yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan dan yang tidak percaya akan binasa karena kedegilan dan kekerasan hati-Nya.
Dengan anugreah-Nya Allah menarik umat kepunyaan-Nya, yang telah ditentukan-Nya dari kekal sampai kekal.  Dalam anugerah-Nya Allah menginsafkan kita, supaya kita menyadari akan kemalangan hidup kita yang penuh dengan dosa, yang sebenarnya pantas untuk dimuerkai oleh Allah.  Oleh sebab itu, dengan hati yang percaya, dan penuh pengharapan di dalam Yesus Kristus merendahkan diri dihadapan Allah, karena kita tidak berhak sedikit pun memegahkan diri dihadapan Allah. 
Duane Edward Spenser mengatakan, The Calvinist insist that salvation is based on the free will of God, and since god is omnipotent, His grace cannot be resisted.[30]  (Calvinis dengan tegas mengatakan bahwa keselamatan berdsarkan kehendak bebas Allah, karena Allah itu Mahakuasa, anugrah-Nya tidak dapat ditolak).  Dalam hal ini, seorang calvin menegaskan bahwa keselamatan yang diperoleh oleh manuisa itu, sepenuhnya hanya rahmat allah yang berdasarkan kehendak-Nya sendiri.  Dan juga orang dipilih oleh Allah tidak dapat menolak hal itu.  Dari pendapat ini sama juga yang dikemukakan oleh Dieter Becker yang mengatakan bahwa keselamatan terjadi hanya oleh anugerah, tetapi bukanlah tanpa manuisa.[31]  
2.      Penolakan
Penolakan sama seperti kata pemilihan, kata penolakan juga menunjukkan tindakan Allah dalam keputusan-Nya untuk tidak memilih sebagian orang tertentu atau membiarkan mereka dalam keadaan dosa, yang hasilnya mereka akan mendapat penghukuman yang kekal.  Supaya nyata dan terbukti keadilan Allah dalam diri mereka yang tidak menerima kayra keselamatan yang ada dalam diri Yesus Kristus.  Dalam hal penolakan Allah, telah nyata dalam Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau.  Hal itu sudah ada dalam keputusan Allah sejak dari semula, dari kekal dan manusia tidak pernah tahu akan hal itu, karena Allah memang tidak menyatakan keputusan-Nya kepada manusia.  Allah sudah menetapkan bahwa yang tua akan melayani yang muda.  Pada sisi lain kita juga melihat bahwa meskipun Rut dan Orpa mendapat pemberitaan Injil yang ama dari naomi, namun Allah meilih Rut dan membiarka Orpa utuk kembali pada bangsanya yang berhala.
Wilhelmus mengatakan bahwa: We define refrobation to be the predestination of some specific, individuals, idenfied by name, uot of sovereign good pleasure to the menifrstation of God’s justice in them by punishing them for them for their sains.[32]  (kita mendefinisikan penolakan sebagai predestinasi pada bebrapa individu, ditetapkan oleh nama, karena kesukaan kedaulatan-Nya, untuk mwnytakan kedaulatan Allah dalam diri mereka denganmenghukum mereka karena dosa-dosa mereka). 
Keputusan penolakan allah itu, sedah ditetapkan Allah dari sejak semula jauh sebelum dunia dijadikan, dan Allah memilih sebagian orang-orang tertentu. 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam keputusan predestinasi ada dua sisi penting, yaitu pemilihan dan penolakan.  Dlam menjelaskan kedua kata ini sering disebut dengan sisi fositif dan negatif.  Sisi fositif menunjukkan pemiliihan Allah.  Dalam hal ini R. L. Dabney mengatakan bahwa if the negative part of decree predestination the must be spoken of as a decree of refrobation.[33] (Jika memandng sisi negatif dari predestinas itu, maka yang dibicarakan adalah keputusan penolakan Allah).  Negatif memang suatu hal yang buruk dalam kenyatannya, dan itulah yang harus dijalano oleh orang yang mengeraskan hatinya untuk tidak percaya kepada Allah.  Allah bertindak dalam semuanya itu untuk menyatakan kemuliaan diri-Nya dalam umat yang terbuang.

DAFTAR PUSTAKA
Ames, William. The Marrow of Theology, Tranlate from latin with an introduction by john Dykstra Eusden.
Becker, Dieter. Pedoman Dogmatika, Suatu Kompedium Singkat, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2000.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1, Doktrin Kristus, Pen: Yudha Thianto, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1; Doktirn Allah, Pen: Yudha Thianto, Cet-6, Momentum (LRII), Surabaya, 2004.
Boettner, Loraine. Reformed Faith, Pen: Hendry Ongko Widjojo, Cet-1, Surabaya, Momentum, 2000.
Bois, James P. Abstract of Systematic, Rerinted by the Dulk Christian Foundation, Handford, 1887.
Brakel, Wilhelmus A. The Christian’s Reasonable Servis, Vol. 1, Traslated by Bartel Elshout, second Printing, Roterdam, D, Bolle the Neherland, 1992.
Brakel, Wilhelmus A. The Cristian’s Reasonable Service, Vol.1, Translated by Bartel Elshout,  Second Printing, Roterdam, D. Bolle The Nederland, 1992.
Brill, J. W. Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Kudus, Bandung.
Calvin, Johanes. Institutio; Pengajaran Agama Kristen, Pen: Th. Van den End dkk, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2003.
Dabney, R. L. Sistematic Theology, First banner of Truth Editon, USA, The banner of Truth Trust, 1993.
Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2000.
Erikson, Millard J. Teologi Kristen, vol. 1, Cet-1, Malang, Gandum Mas, 1999.
G.  I. Katekismus Singkat Westminster, Pen: The Boen Giok, Cet-1, Momentum, Surabaya, 1999.
Haak, C. J. Dogmatika Reformasi; Pemilihan, Cet-3, 1988.
Hodge, A. A. Outlines Theology, The First Published by the Barner of Truth Trust, Reprinted, 1991.
Hodge, Charles. Systematic Theology, Vol. 1, USA, wm. B. Eedmans Pubblising Company Grand Rapids, 1997.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pembinaan Pengembangan Bahasa, Ed-2, Cet-19, Balai Pustaka, Jakarta, 1992.
Kersten, Rev. G. H. Reformed Dogmatics, Vol. 1, Second Printing, USA.
Lloyn-Jones,  Martyn. God the father God the Son, Firt Printing, USA, 1996.
Milna, Bruce. Mengenal Kebenaran; Panduan Iman Kristen, Pen: Connie Item-Corputty, cet-3, Gunung Mulia, Jakarta.
Palmer, Edwin. Lima Pokok Calvinisme, Pn: Elsye, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996.
Soprul, R. C. Dasar Iman Kristen, Pen: Rahmiati Tanudjaja, Cet-4, Departemen Literatur SAAT, 2002.
Spenser, Duane Edward. TULIP; the Five Points of Calvinis in the Ligth of Scriptura, Cet-18, USA, 1998.
 Susabda, Yakub B. Pengantar ke dalam Teologi Reformed, et-2, Momentum (LRII), Surabaya, 2001.
Thiessen, Henry B. Teologi Sistematika, Cet-4, Gunung Mulia, jakarta, 1997.
Tomatala, Yakub. Yesus Kristus Juruselamat Duia; Satu-satunya Jawaban Atas Masalah, Cet-1, YT Leadership Foundation, Jakarta, 2004.
Tong, Stephen. Siapakah Kristus?; Sifat dan Karya Kristus, Cet-1, LRII, Jakarta, 1992.
Zandbergen, Dj. Pengakuan Iman Reformasi, Jayapura, Yapelin, 1982.


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pembinaan Pengembangan Bahasa, Ed-2, Cet-19, Balai Pustaka, Jakarta, 1992, h . 804.

[2] A. A. Hodge, Outlines Theology, The First Published by the Barner of Truth Trust, Reprinted, 1991, page. 200.
[3] Millard J. Erikson, Teologi Kristen, vol. 1, Cet-1, Malang, Gandum Mas, 1999, h . 448.

[4] James P. Bois, Abstract of Systematic, Rerinted by the Dulk Christian Foundation, Handford, 1887, page. 115.

[5] Charles Hodge, Systematic Theology, Vol. 1, USA, wm. B. Eedmans Pubblising Company Grand Rapids, 1997, page. 535.
[6] J. W. Brill, Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Kudus, Bandung, t.t, h. 208.

[7]  Martyn Lloyn-Jones, God the father God the Son, Firt Printing, USA, 1996, h.  98.
[8] William Ames, The Marrow of Theology, Tranlate from latin with an introduction by john Dykstra Eusden, h . 100.
[9] Rev. G. H. Kersten, Reformed Dogmatics, Vol. 1, Second Printing, USA, Page. 106.
[10] Loraine Boettner, Reformed Faith, Pen: Hendry Ongko Widjojo, Cet-1, Surabaya, Momentum, 2000, h . 11.
[11] Dj. Zandbergen, Pengakuan Iman Reformasi, Jayapura, Yapelin, 1982, h . 28.
[12] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1; Doktirn Allah, Pen: Yudha Thianto, Cet-6, Momentum (LRII), Surabaya, 2004, h . 183.
[13] G. I. Katekismus Singkat Westminster, Pen: The Boen Giok, Cet-1, Momentum, Surabaya, 1999, h . 39.
[14] Johanes Calvin, Institutio; Pengajaran Agama Kristen, Pen: Th. Van den End dkk, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2003, hlm. 195.
[15] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1; Op. Cit, hlm.197.
[16] R. C. Soprul, Dasar Iman Kristen, Pen: Rahmiati Tanudjaja, Cet-4, Departemen Literatur SAAT, 2002, hlm. 219.
[17] Stephen Tong, Siapakah Kristus?; Sifat dan Karya Kristus, Cet-1, LRII, Jakarta, 1992, h .30.
[18] Yakub Tomatala, Yesus Kristus Juruselamat Duia; Satu-satunya Jawaban Atas Masalah, Cet-1, YT Leadership Foundation, Jakarta, 2004, h . 135.
[19] Edwin Palmer, Lima Pokok Calvinisme, Pn: Elsye, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996, h . 32.
[20] Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2000, h . 6.
[21] Edwin Palmer, Lima Pokok, …, Op. Cit, h . 31.
[22] Bruce Milna, Mengenal Kebenaran; Panduan Iman Kristen, Pen: Connie Item-Corputty, cet-3, Gunung Mulia, Jakarta, h . 254.
[23]  Yakub B. Susabda, Pengantar ke dalam Teologi Reformed, et-2, Momentum (LRII), Surabaya, 2001, h . 5.
[24] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1; Doktirn, …, Op.  Cit, h . 207.
[25] Ibid
[26] Wilhelmus A. Brakel, The Christian’s Reasonable Servis, Vol. 1, Traslated by Bartel Elshout, second Printing, Roterdam, D, Bolle the Neherland, 1992, page. 214.
[27] Henry B. Thiessen, Teologi Sistematika, Cet-4, Gunung Mulia, jakarta, 1997, h . 393.
[28] C. J. Haak, Dogmatika Reformasi; Pemilihan, Cet-3, 1988, h . 237.
[29] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1, Doktrin Kristus, Pen: Yudha Thianto, Cet-1, LRII, Jakarta, 1996, h . 211.
[30] Duane Edward Spenser, TULIP; the Five Points of Calvinis in the Ligth of Scriptura, Cet-18, USA, 1998, h . 44.
[31] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, Suatu Kompedium Singkat, Cet-4, Gunung Mulia, Jakarta, 2000, h . 148.
[32] Wilhelmus A. Brakel, The Cristian’s Reasonable Service, Vol.1, Translated by Bartel Elshout,  Second Printing, Roterdam, D. Bolle The Nederland, 1992, page 220.
[33] R. L. Dabney, Sistematic Theology, First banner of Truth Editon, USA, The banner of Truth Trust, page, 239.

Tidak ada komentar:

Kata kata

Cintailah seseorang sepenuhnya, termasuk kekurangannya, dan suatu saat kamu akan pantas mendapatkan yang terbaik darinya.

SESUATU YANG BERHARGA

Terkadang, Tuhan menghilangkan sesuatu yang sangat berarti dari genggamanmu, agar kamu menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik.